Jaringan Narkotik Tambah Buas Pertengahan 1980-an, pemerintah Italia dan Amerika melakukan perang habis-habisan melawan mafia. "Jaringan obat terlarang mafia Sisilia telah dibongkar," kata juru bicara FBI di Washington, pada musim semi 1988. 1990: Sebuah buku berjudul Octopus terbit. Karya bekas wartawan perang bernama Claire Sterling itu membuktikan bahwa mafia tetap hidup, malah tambah merajalela dalam perdagangan narkotik. 16 Oktober 1990: pemerintah Italia mencanangkan perang melawan mafia kembali. Hari itu 14 bos mafia ditahan, berkat info dari seorang cewek gangster yang pacarnya dihabisi mafia. Selingan berikut diolah dari buku Octopus yang dipuji menyajikan data akurat lewat riset beberapa tahun. HAKIM-HAKIM di Sisilia menyebutnya mafia. Tapi orang Italia sendiri lebih suka menjulukinya Octopus alias urita. Yang jelas, dengan nama apa pun yang diberikan, inilah "permukiman para bos perdagangan obat bius dunia", yang kakinya menjulur-julur melintasi marcapada. Hampir semua keluarga mafia Sisilia terlibat dalam bisnis ini. Jumlahnya meliputi 150 klan dengan anggota 50 atau 100 orang per komplotan -- setidaknya-tidaknya menurut perhitungan terakhir. Mereka memiliki perwakilan di seluruh Amerika Serikat dan lusinan pangkalan dari Bangkok ke London, Karakas, dan Montreal. Ribuan warga setempat diupah atau bekerja untuk mereka: orang-orang Belgia, Belanda, Britania- Raya, Muangthai, Libanon, Palestina, Israel, Turki, Cina, Nepal, Brasil, Kanada, dan Amerika. Pada musim semi 1988, pernah diumumkan: Octopus tersebut telah digilas. "Jaringan obat terlarang mafia Sisilia telah dibongkar," kata juru bicara FBI di Washington. Pimpinan FBI, yang jagoan dalam urusan kejahatan yang terorganisasi itu, sempat sesumbar bahwa mereka telah menumpas para penyalur heroin dunia. "Mereka telah mampus. Yakinlah bahwa mereka telah habis dalam penangkapan terbesar sepanjang sejarah," katanya. Memang benar juga, waktu itu, ratusan pedagang narkotik Sisilia di Italia dan Amerika digulung, dan 150 tokohnya roboh. Oleh banyak orang, perburuan terhadap gurita itu bahkan disebut sebagai "Perang Dunia Ketiga". Sang Octopus itu begitu licin. Ia telah berhasil bersembunyi selama seperempat abad. Dari tempat persembunyiannya, ia mampu menciptakan demam kecanduan racun di Barat dan sekaligus memenuhinya. Ia jadi mesin yang menciptakan blantika perdagangan ini sejak 1950-an dan kemudian mendominasinya sejak 1970-an. Sampai 1984, tentara rahasia mereka di luar negeri tak pernah tercium oleh para penegak hukum di mana pun. Tahun-tahun lewat sebelum FBI (Federal Bureau of Investigation) bisa meraup perusahaan bawah tanah itu. Menurut Direktur FBI William Sessions, "organisasi ini menyuplai sebagian besar heroin yang diperdagangkan di Amerika Serikat dari 1975 sampai 1984". Sebelumnya, diperkirakan sampai 85%. Di jalan-jalan Amerika saja, barang haram itu mencakar US$ 12 sampai 20 milyar tiap tahun. Secara keseluruhan, perdagangan itu melalap US$ 110 milyar setiap tahun di Amerika Serikat, US$ 35 milyar di Italia, dan US$ 300 milyar lainnya berserakan. Jumlah pencandunya menggila. Di penjuru dunia ini, pelanggannya diperkirakan sekitar tiga juta orang, dan jumlah itu terus bertambah. Pemakai di Eropa Barat tercatat melebihi pencandu di Amerika Serikat. Menurut keterangan tak resmi Departemen Luar Negeri AS, orang-orang Eropa mengkonsumsi 10 sampai 15 ton heroin per tahun pada 1988, dan sedikitnya setengah dari jumlah itu per kapita yang ditenggak di Amerika Serikat. Italia punya 300 ribu pencandu heroin pada 1988, itu tiga kali lebih banyak ketimbang di AS per kapita. Di antaranya, 800 orang mati karena overdosis -- berarti naik empat kali dalam waktu lima tahun. Di Jerman Barat, ada setengah juta konsumennya, 150 ribu di antaranya adalah pencandu berat. Padahal, dasawarsa sebelumnya, hanya ada 27 orang saja. Tunas-tunas pemakai heroin naik tiga kali lipat per tahun. Di Berlin Barat, ada 9.000 orang dari 2 juta penduduk yang ditaklukkan jahanam ini. Dengan kata lain, lebih dari dua kali rata-rata di Amerika. Spanyol punya 125 ribu pemakai. Di Prancis dan Britania Raya, korban narkotik masing-masing naik sekitar 120 ribu, dan angka Inggris meningkat 25 persen per tahun. Penyitaan heroin tujuh kali lebih banyak di Eropa Barat daripada di AS: sekitar 3,5 ton pada 1987. Itulah semua rentetan panjang korban barang dagangan sang Octopus. Jadi, tak mengherankan bila berita kemenangan perang 1988 terhadap momok itu membesarkan hati. Terutama karena sepertinya tak ada lagi hantu serbuk putih yang ganas itu. Obsesi kemenangan ini membuat pers, rakyat, dan bahkan para penegak hukum terbuai. Mereka seperti melupakan bahwa kegiatan ini belum mencapai titik punah. Sesungguhnya, kerepotan bius yang mematikan itu tetap bertahan. Bahkan sejak 1988, nilainya mencapai sepuluh kali harga emas. Memang gebrakan tahun 1988 itu bisa mengungkapkan fakta-fakta baru. Tapi rantai yang diputuskan itu ternyata hanya sebagian. Bukan seluruhnya. Mereka, umpamanya, mengira bahwa mafia Sisilia hanya tertanam di sepanjang pesisir timur. Kini mereka menemukan bahwa sepak terjang organisasi itu meliputi sedikitnya 25 kota besar di berbagai pulau. Mereka menganggap pembongkaran dan penangkapan spektakuler di kedua pesisir Atlantik itu akan benar-benar menghentikan perdagangan. Padahal, hanya menurunkan 30% pasaran di Amerika, yang kemudian ditutupi oleh Triad Cina dengan 40%. Kenyataannya, komplotan Cina ini yang mengambil alih pemasokan heroin ke Sisilia untuk diedarkan ke New York. Pengilangan heroin milik mafia di Sisilia juga diperkirakan sudah tutup dan pengirimannya berkurang karena para agen narkotik tidak menemukan rute melintas Atlantik seperti biasanya. Kenyataannya, Octopus itu memindahkan rute pengiriman: Dari jumbo jet -- yang biasanya di bawah pengawasan ketat -- ke cara kuno kapal kargo. Sebagian heroin itu datang dari Timur Tengah dan Timur Jauh. Tapi kebanyakan, tak salah lagi, tetap buatan Sisilia atau daratan Italia. Agen-agen narkotik Italia dan Amerika tetap berburu kilang-kilang baru di sana. Meskipun FBI mengumumkan jaringan narkotik mafia Sisilia (MS) sudah tamat, bukti-bukti memperlihatkan adanya ekspansi yang makin mengerikan. Pengungkapan perdagangan narkotik Sisilia pada 1988 sesungguhnya memperlihatkan masa depan yang mengerikan: Pertukaran heroin yang mereka bawa ke New York dengan kokain untuk dibawa pulang ke Eropa. Heroin laku US$ 50.000 per kilo di Italia, tapi harganya melambung empat kali lipat di New York: sekitar US$ 200 ribu. Sebaliknya, kokain hanya dihargai US$ 11.000 per kilo di New York, tapi naik US$ 50 ribu tiap kilo untuk penjualan di Italia. Tak ada yang bisa menangani tukar-menukar seperti yang dilakukan mafia Sisilia ini. Kegilaan pada kokain pernah meledak pada 1980-an. Konsumsinya lebih dari dua kali lipat di Amerika pada dekade itu -- dari 31 ke 72 ton untuk 6 juta pemakainya. Sejak 1988, pengguna narkotik naik tiga kali lipat per tahun di Eropa -- atau naik 350 persen dari tahun 1987. Hampir seluruh lalu lintas kokain itu diatur dari Kota Medellin di Kolombia, Amerika Latin. Tetapi, sejak 1988, pedagang kokain Kolombia memerlukan pedagang heroin Sisilia. Pasaran di Amerika jenuh, dan harga kokain jatuh lebih dari dua pertiganya dalam dua tahun. Di lain pihak, di Eropa, kokain terjual empat kali lebih banyak. Kegemaran baru itu melanda Old Continent. Penggemarnya di Britania Raya, Prancis, Jerman Barat, Denmark, Swedia, Belanda, Italia, dan Spanyol tumbuh dengan kecepatan yang mengerikan. Di Spanyol saja, polisi menyita lebih dari tiga ton kokain antara Januari dan Juni 1988. Kalau begitu, di Eropa, sedikitnya ada sepuluh kali lipat lagi melalui saluran ini, sekitar 60 ton setahun. Itu tak lama sebelum Eropa menyusul atau melampaui Amerika dalam pasar kokain. Di sinilah mafia Sisilia dapat melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh kartel (gabungan perusahaan) Medellin Kolombia. Yaitu, menjadikan Eropa sebagai pasar khusus lebih dari 25 tahun. Octopus itu juga sudah mampu merangkul para pedagang kokain Kolombia lebih dari yang diketahui orang. Misalnya, MS cabang Venezuela telah mengirim "sejumlah besar" kokain ke Eropa, sekurang-kurangnya sejak 1978. Empat tahun kemudian malah telah menjadi pialang 60% dari kokain yang transit di situ -- ini menurut DISIT, biro intelijen Venezuela. Dan empat per lima dari kokain yang dikapalkan ke AS dan Eropa disalurkan melalui Venezuela. Pada 1984, cabang ini telah sibuk dengan "pertukaran besar-besaran kokain untuk heroin". Kini, para ahli menemukan bukti kerja sama penuh antara mafia dan kartel Medellin. "Mafia Sisilia mengambil alih distribusi kokain di Eropa karena mereka memiliki jaringannya. Sedangkan Kolombia tidak," ujar asisten jaksa Louis Freeh, Kepala Tim Kejahatan Terorganisasi untuk Distrik New York Selatan pada saat itu. Tahun-tahun berikutnya, kerja sama tiga pihak itu berlangsung dengan kompak: Sisilia, Kolombia, dan Eropa. "Trisula" itu tampak mengerikan. Para pedagang narkotik Kolombia boleh disebut paling keji di persada ini. Sedangkan Sisilia terkenal kecanggihannya dan punya pasaran yang baik. Kerja sama untuk perjanjian dagang keduanya diperkirakan mencapai US$ 200 milyar setahun. Secara bersama, kedua organisasi ini mampu menyebarkan malapetaka yang tak terbayangkan. Kedua mata rantai ini tetap kukuh selama hampir satu dasawarsa meskipun undang-undang membuka lebar-lebar kesempatan untuk mengganyang mafia Sisilia. Dalam tahun 1980-an memang pernah timbul sensasi. Ada pengkhianat di antara mereka yang siap buka mulut, berlanjut dengan penangkapan, penyidangan, dan penghukuman di Italia dan Amerika. Rahasia dibongkar, jalur perdagangan dikacaukan, para pemimpinnya dari semua generasi dipenjarakan atau dipaksa keluar dari persembunyiannya, untuk kemudian dikuliti kekayaannya. Tuntas? Tidak. Mereka malah tampak lebih kukuh sebagaimana biasanya. Mereka memang benar-benar seperti "setan belang" yang tak terjangkau tangan manusia tanpa wajah, tak berbadan, berhati dengki dan tak mempan dijarin-g hukum, bernapas dari kematian dan kehancuran. Awal 1980, ketika perdagangan heroin mencapai puncaknya, terjadi peristiwa berdarah di antara klan Sisilia. Mayat-mayat bergeletakan di Palermo -- ibu kota Sisilia. Sejumlah tokoh ternama dihajar oleh peluru di siang bolong atau dengan bom di mobilnya: lima hakim, seorang penuntut umum, jaksa pemerintah, dua kepala polisi, seorang kolonel dan kapten dari Carabinieri (polisi militer elite Italia), seorang wartawan yang gencar memberitakan pemberantasan narkotik, sekretaris provinsi Kristen Demokrat, sekretaris partai komunis wilayah, pimpinan pemerintah daerah Sisilia, dan pahlawan antiteroris Italia Jenderal Carlo Alberto Dalla Chiesa. "Mayat orang-orang terkenal," begitu kata orang-orang Italia. Mayat-mayat orang yang kurang top berserakan di bar, tempat sampah, vila di pinggir pantai, dan tempat parkir mobil. Kebanyakan dari tubuh tak bernyawa itu disetel sedemikian rupa hingga menjadi mayat cabul. Umpamanya mulutnya tersumpal kelamin dan selangkangan disodok lembaran uang. Di antaranya ada yang tanpa kepala. Yang lainnya mati dengan cekikan, dengan simpul hidup yang melibat lehernya dengan lengan, kaki, dan punggungnya. Tak satu pun penegak hukum Italia yang mengerti arti drama ini. Sesungguhnya klan Palermo sedang membuat "perhitungan" menurut cara-cara kesukuan yang aneh itu. Bahwa yang bisa berjaya di Palermo akan menguasai pasar narkotik. Para polisi ketika itu bahkan tak tahu bahwa MS memiliki pasar heroin dunia di sana selusin tambang di Sisilia, setengahnya lagi di selatan Italia, pasukan tentara yang tersebar di berbagai pulau untuk mengatur perdagangan dan lisensi untuk pasaran yang paling rakus: Amerika Serikat. Tak satu kata pun tentang ini terungkap, baik di dalam maupun di luar negeri, sampai mendekati akhir "Perang Mafia Besar" 1981-1983.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini