EMIL Salim, 60 tahun, bernasib sama dengan Presiden Mikhail Gorbachev. Pekan lalu, keduanya sama-sama mendapat Hadiah Nobel. Bedanya, Nobel Emil untuk konservasi. Ini penghargaan tertinggi bagi mereka yang berprestasi dalam lingkungan dari Getty Wildlife of Conservation. Sungguh, hadiah buat Emil disebut "Nobel Konservasi". Apa kata Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup itu? "Heran..., saya sungguh heran," ujar Emil Salim kepada TEMPO lewat sambungan internasional Jakarta-AS. "Saya sampai harus mengecek dulu, apakah ini sungguhan atau main-main. Soalnya, saya anggap yang selama ini saya lakukan, ya normal-normal saja sebagai seorang menteri. Di mata para juri internasional itu, Emil dianggap luar biasa telah memperkenalkan sistem Andal (Analisa Dampak Lingkungan). Dan lulusan Universitas Berkeley AS ini memang keranjingan mendorong semua perusahaan agar menggunakan Andal sebelum mereka memulai proyek-proyeknya. Emil dicatat menyelamatkan candi bersejarah di Muara Takus dari bencana air, ketika ada rencana pembangunan listrik tenaga air di Kota Panjang. Dewan juri juga mencatat prestasi Emil menggiring sejumlah gajah nyasar di Air Sugihan ke hutan Lebong Hitam di Sumatera Selatan, 1982. Dengan pertimbangan itu, Emil, yang sudah 12 tahun menjadi menteri lingkungan hidup, dinilai juri berhak menerima Hadiah Nobel Konservasi. Ia dianggap telah berhasil melestarikan lingkungan dan populasi dalam konteks pembangunan. Yang jelas, setelah Kathryn S. Fuller -- Presiden WWF -- memberikan penghargaan tersebut di Dean Achesen Hall, State Department, di Washington D.C., Kamis sore lalu, kantung Emil pun menjadi tebal. Maklum, ia mendapat hadiah US$ 50 ribu (hampir Rp 100 juta). Buat apa, Pak Emil? "Belum tahu, soalnya saya belum lihat uangnya," jawabnya riang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini