JALAN tol menjadi lahan bisnis yang subur di Prancis. Dengan panjang ruas jalan 600 km, gerbang tol di Prancis bisa mengeduk 17 milyar franc (Rp 5,8 trilyun) setahun, dari sekitar 30 juta mobil yang berkeliaran di Prancis. Dengan populasi mobil yang tinggi itu, kini muncul masalah baru: sering terjadi antrean panjang di mulut tol, hal yang juga sering terjadi di mulut-mulut jalan tol Indonesia. Di akhir pekan, antrean itu bisa berkilo-kilometer panjangnya. Orang merasa kehilangan banyak waktu di situ. Maka, kini Prancis mencari jalan keluar dari "antrean" itu. Dipilihlah alat pencatat elektronik, yang memungkinkan pemakai jalan membayar tanpa harus berhenti di gerbang tol. Salah satu teknik yang telah dikembangkan itu berupa penempatan kamera video di atas gerbang tol. Kamera ini akan mencatat nomor mobil yang akan melintas. Lantas, nomor mobil itu diproses dalam komputer. Kalau pemilik mobil itu tercatat memiliki rekening di bank atau kartu kredit, pintu tol akan membuka secara otomatis. Proses ini cuma makan waktu dua detik. Cara ini memang lebih efisien. Pengemudi mobil tak perlu berhenti untuk menyerahkan recehan dan menerima tanda pembayaran. Dia cukup melambatkan kendaraannya, pada kecepatan 30 km per jam, lalu bisa kembali ngebut. Uang tol akan ditagih lewat bank. Tapi jika nomor mobil tak tercatat dilengkapi dengan rekening bank atau kartu kredit, berlakulah cara pembayaran manual. Namun, belum teknik kamera video itu berjalan, telah muncul gagasan lebih baru dari perusahaan Compagnie Generale d'Automatisme CGA-HBS. Lebih canggih. Teknik baru dari CGA-HBS itu disebut Hamlet, dan bekerja atas sistem bidirec ional, alias komunikasi dua arah. Pada sistem ini, antara mobil dan pengelola tol terjadi komunikasi. Lewat sebuah antena, Hamlet memancarkan gelombang radar dalam frekuensi tinggi, 10 giga Hertz. Pancaran gelombang itu diterima oleh sebuah lencana (berisi mikroprosesor) yang dipasang di kaca depan mobil. Lewat gelombang frekuensi tinggi itu, Hamlet memberitahukan pada lencana elektronik itu mengenai uang yang harus dibayarkan. Lantas, lencana itu secara otomatis juga memberitahukan identitas mobil, terutama kartu kredit pemiliknyaa dan rekening banknya. Lencana elektronik itu juga bisa dihubungkan dengan komputer mini yang ada di dalam mobil. Lewat layar komputer mobil itu, sewaktu-waktu pemilik mobil bisa mengecek jumlah uang tol yang harus dibayarkan. Sistem Hamlet memang dirancang agar pengecekan bisa dilakukan oleh kedua belah pihak. Pada sistem Hamlet itu, pengendara mobil boleh melewati gerbang tol dengan kecepatan 130 km/jam. Untuk membangun sebuah gerbang tol ala Hamlet, diperlukan biaya sekitar 5 juta franc (Rp 1,7 milyar). Sedangkan lencana elektronik itu harganya Rp 104 ribu (300 franc), tentu tidak termasuk komputer mini yang dipasang di dalam mobil. Namun, tampaknya masih ada satu soal: Hamlet hanya cocok untuk jalan tol yang tarifnya "jauh dekat sama". Lencana elektronik itu tak cuma bisa dipakai sebagai "karcis tol". Alat elektronik itu kabarnya akan diperlakukan pula sebagai kartu kredit biasa, khususnya untuk transaksi di rumah makan atau pompa bensin. Komputer mobil itu pun juga serba guna. Dia bahkan sanggup berperan sebagai pesawat TV, yang bisa menangkap siaran lalu lintas, tentang jalan-jalan yang berkabut atau yang lalu lintasnya padat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini