FANG Lizhi, 54 tahun, astrofisikawan dan pembangkang terkemuka Cina, kini boleh tenang. Beserta istrinya, Shuxian Li, ia biasa bersepeda melewati gedung-gedung kuno dan reruntuhan daun musim gugur menuju Jurusan Astronomi Universitas Cambridge, London -- setelah 25 Juni lalu ia diizinkan keluar dari Cina. "Saya memilih Cambridge karena jurusan astronominya terbaik. Saya sedang melakukan riset kosmologi," katanya kepada Leila S. Chudori dari TEMPO, Sabtu, 13 Oktober siang, yang mewawancarainya di kantornya -- sebuah ruang tak terlalu besar, yang di papan tulisnya penuh coret-coret rumus fisika. Fang mengenakan kemeja dan sweater merah anggur. Ia suka berenang kalau udara baik, gemar membaca karya mendiang Hu Shi, sastrawan Cina yang lari ke Taiwan pada 1949. Bapak dua anak ini, selain sering tertawa selama wawancara, setiap menyebut nama Deng ia membuat isyarat segi empat di wajahnya tampaknya untuk menunjukkan bentuk muka persegi Deng. Inilah petikan wawancara itu. Apa yang Anda lakukan sekarang? Sudah tiga bulan ini saya melakukan riset. Saya juga sedang mempersiapkan diri untuk mengajar di Princeton University. Januari depan saya pindah ke AS. Benarkah Anda menandatangani pengakuan bahwa Anda mengakui melanggar konstitusi Cina? (Tertawa terbahak-bahak) Saya tak pernah menggunakan kata "mengakui". Saya menggunakan kata note bahwa saya menentang Empat Prinsip Dasar (jalan sosialis, kediktatoran proletariat, kepemimpinan PKC, dan Marxisme-Leninisme-Pikiran Mao). Mana mungkin saya menentang konstitusi Cina karena dalam pembukaannya disebutkan juga Cina mengakui hak asasi manusia. Bagaimana ceritanya ketika Anda bersembungi di Kedubes AS di Beijing? Saya dan istri saya berdiam dalam sebuah ruangan di rumah dubes AS selama 13 bulan. Selama itu saya tak bisa keluar dan bahkan tak bisa melongokkan kepala melalui jendela. Lama kami tak melihat matahari. Terkadang kami keluar kamar dan melihat langit dari jendela lain. Jika kami berani keluar, kepala kami bisa kena tembak. Saya masih bisa mengadakan kontak dengan kolega-kolega saya lewat kantung diplomatik. Tapi agak susah untuk mendapat surat dari mahasiswa. Saya hanya mengikuti dari berbagai media, siapa saja yang ditahan. Buat kami, problem di Cina belum selesai, karenanya kami selalu prihatin. Kalau begitu, mengapa Anda pergi? Saya sudah memikirkannya begitu lama. Mungkin bergerak di luar negeri pengaruhnya tak akan sebanyak jika seseorang bergerak di Cina. Namun, jika tetap di Cina, saya tak akan bisa bergerak. Saya pasti akan dipenjara, dan jika sudah masuk penjara, saya tak akan bisa apa-apa. Anda tahu, bagaimana orang diperlakukan di penjara Cina? Sangat buruk. Anda lihat, paling tidak orang seperti Mandela bisa keluar dengan tubuh dan otak sehat. Di Cina, setelah 10 tahun penjara, Anda jadi gila. Tampaknya, Anda begitu optimistis, tekanan internasional akan mengubah Cina. Paling tidak pemerintah Cina sudah melepaskan beberapa tahanan dan UU darurat ditiadakan. Saya kira sanksi internasional cukup efektif. Dan lihat saja bagaimana Cina ikut sibuk menjatuhkan sanksi pada Irak. Setelah kejadian buruk di Tiananmen, Cina ingin memperbaiki citranya. Saya juga tahu bahwa Indonesia sekarang membuka kembali hubungan diplomatik dengan Cina, setelah 23 tahun. Tapi saya tak tahu banyak tentang Indonesia. Mungkin itu boleh-boleh saja karena ada kepentingan ekonomi. Tapi ... ya, hati-hatilah, karena situasi politik Cina belum beres, ha-ha-ha.... Asian Games berlangsung dan negara-negara Asia tak keberatan turut serta...? Sejarah negara-negara Asia itu berbeda dengan Barat. Mungkin, negara-negara Asia cukup terintimidasi oleh Cina yang begitu besar. Asumsi saya yang lain, demokrasi di negara-negara Asia belum sekuat di Barat. Kita belum memiliki tradisi demokrasi seperti mereka. Tepatnya, kritik Anda pada pemerintah Cina? Marxisme tidak sesuai lagi bagi Cina. Setelah era Mao katanya ada reformasi, ada perbaikan. Tapi buat saya, dalam banyak hal, Cina sudah kembali lagi ke masa Mao, terutama dalam hal penindasan terhadap kebebasan -- kebebasan berbicara, pers, dan mengekspresikan diri. Pokoknya, prinsip-prinsip dasar hak asasi manusialah. Ada seorang ilmuwan Cina ingin mempublikasikan hasil risetnya yang betul-betul ilmiah dan eksak, sama sekali tak berbau politik. Tapi ia dilarang, karena tidak pro-Deng. Jadi- ia harus menjilat-jilat Deng dulu, harus bilang Deng hebat dan sebagainya, baru hasil riset itu bisa dipublikasikan. Apakah Anda termasuk yang tak bebas itu? Di luar Cina, tentu saja tidak. Tapi di Cina, buku teks saya tentang fisika yang jelas-jelas tak bicara soal politik -- Anda tahu, buku teks ilmu pasti itu di mana pun sama saja -- dilarang walaupun sudah tujuh tahun dipakai. Jika Marxisme tak cocok lagi, apa yang sesuai buat Cina? Lihatlah di Eropa Timur dan bahkan Rusia. Sudah terbukti komunisme gagal. Ini sudah saya katakan 10 tahun yang lalu. Entah kapan, tapi saya yakin, di Cina akan terjadi perubahan itu. Dan itu akan terjadi secara internal. Mengapa demonstrasi mahasiswa di Tiananmen gagal? Saya kira karena terjadi dengan spontan, kurang terencana. Komunikasi di Cina apalagi yang politis, sulit. Kalau semua direncanakan dengan baik, bisa saja demonstrasi berhasil. Tapi kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa, tak ada yang bisa mengontrol keadaan waktu itu. Anda terlibat dalam peristiwa Tiananmen? Saya memang tidak ada di Lapangan Tiananmen. Tapi banyak pemimpin mahasiswa Universitas Peking mendirikan kemah di halaman rumah saya. Ada beberapa mahasiswa yang sekarang tercantum dalam daftar hitam pemerintah Cina datang berkonsultasi. Saya katakan supaya mengontrol diri. Sebagian mahasiswa menyetujui anjuran saya. Tapi begitu sampai di lapangan, mereka lepas kontrol. Kapan Anda kembali ke Cina? Saya ingin, tapi saya tak bisa mengatakan kapan. Yang pasti, saya ingin kembali dan mengajar lagi. Ada perbedaan mengajar di Cina dengan di Inggris? Sebenarnya di Inggris ini saya hanya riset dan sesekali mengajar, tapi tidak reguler. Materi pengajaran eksak seperti fisika ya sama saja di dunia mana pun. Yang beda mahasiswanya. Saya merasakan mahasiswa di Cambridge tidak tegang oleh keadaan di sekeliling. Juga tak merasa dipaksa melakukan hal-hal tertentu seperti di Cina. Apakah Anda akan tetap mengkritik pemerintah Cina secara terbuka? Tentu saja. Saya menulis beberapa artikel di media Amerika. Saya juga menulis sebuah artikel di kumpulan esei tentang Cina yang berjudul The Broken Mirror, dengan editor George Hicks (Fang menunjuk buku-bukunya di mejanya). Siapa yang layak memimpin Cina? Deng masih sangat kuat dan berpengaruh. Dalam generasi Li Peng, saya tak yakin siapa yang layak memimpin. Menurut saya, Li Peng tak terlalu kuat. Dia itu banyak disetir. Jadi, terus terang saya tak tahu siapa yang bisa dan layak menjadi pemimpin Cina kelak. Bagaimana dengan Zhao Ziyang? Dia memang seorang pro-reformasi ekonomi. Tapi saya tak yakin ia sangat proreformasi politik. Dan di Cina, tak mungkin melakukan sesuatu tanpa mendapat persetujuan yang lain. Jadi, Anda menganggap tak satu pun pemimpin muda Cina yang bisa melakukan reformasi politik dan ekonomi? Mungkin ada yang mampu dan percaya akan gagasan itu. Tapi mungkin orang semacam ini masih mengenakan topeng supaya tak dituduh pembangkang, ha-ha ha.... Banyak media menyebut-nyebut nama Li Ruihuan. Pidatonya memang berbeda dengan pidato Li Peng. Tapi saya belum bisa mengatakan bahwa ia seorang demokrat. Apakah suatu hari, jika didorong orang, Anda tertarik terjun ke kancah politik dan menjadi pemimpin Cina? (Fang tertawa keras) Wah, tidak, tidak. Saya tak tertarik. Saya ingin tetap duduk menjadi ilmuwan dan berkecimpung di dunia intelektual. Saya hanya akan mengkritik kalau mereka (maksudnya politikus) tak beres, ha-ha-ha .... Kapan pertama kali Anda mengkritik Pemerintah secara terbuka? Sepuluh tahun yang lalu, secara terbuka dan keras saya berceramah tentang bagaimana sudah usangnya Marxisme itu, ha-ha-ha.... Saya katakan konsep diktator proletariat itu tak masuk akal. Sampah. Saya mungkin orang pertama di Cina yang bicara terang-terangan bahwa Marxisme itu kuno dan tidak bisa dipakai lagi. Saya ingat, diskusi waktu itu keras, yang pro dan kontra hampir sama banyak. Sesudah itu, Pemerintah memanggil saya dan mengatakan, jangan ngomong macam-macam. Tentu saja saya tak peduli ha-ha-ha.... Apa yang mendorong Anda berbicara senekat itu? Begini. Engels pernah mengatakan, ilmu kosmologi tidak konsisten dengan Marxisme. Alasan Engels, alam semesta sudah ditemukan. Pemerintah Cina tentu saja percaya omongan Engels ini. Pemerintah Cina percaya bahwa semua problem kosmologi itu sudah diselesaikan oleh kesimpulan Engels. Jadi, jika Anda mempelajari kosmologi, Anda dianggap menentang Engels (Fang tertawa lagi). Buat saya, mungkin di masa Engels boleh saja ada anggapan alam semesta itu sudah selesai dipelajari. Tapi kan kemudian kita menemukan bahwa alam semesta itu masih terbuka untuk banyak penemuan. Kita masih harus tetap mempelajarinya. Kenapa kita harus mempercayai sesuatu yang menginginkan kita berhenti belajar? Lalu bagaimana nasib Anda dan keluarga? Sejak demonstrasi 1986, keluarga saya mendapat kesulitan untuk bepergian. Pemerintah memata-matai saya dengan ketat. Bahkan jika saya memberikan seminar ilmiah, dijaga polisi. Saya toh tetap mengkritik Marx dengan bahasa akademis, jadi para polisi tidak terlalu mengerti bahwa saya sedang menyindir. Ha-ha-ha..., tentu saja mahasiswa dan kolega saya banyak yang tertawa. Saya dan istri saya tak boleh keluar Cina. Jika mau keluar dari Beijing, harus mendapat izin. Sekarang, kedua anak saya di AS juga belajar fisika. Ibu saya masih di Cina, sudah sangat tua. Ia baik-baik saja. Sistem apa menurut Anda yang bisa menggantikan Marxisme di Cina? Sudah jelas kapitalis ala Thatcher ini terlalu ekstrem, ha-ha-ha.... Kesenjangan kaya dan miskin di Inggris terlalu besar. Saya ingin adanya privatisasi yang diiringi program kesejahteraan yang baik. Terus terang saya tak bisa mengatakan sebuah negara sebagai model yang jelas buat Cina. Tapi, kalau saya harus memilih, mungkin Swedia. Harapan Anda tentang Cina? Generasi baru pasti akan lebih baik daripada generasi Deng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini