Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jenderal (Pol.) Surojo Bimantoro: "Yang Marah Paling Jenderal yang Jualan Senjata"

1 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berondongan senapan otomatis yang membuat musuh terbirit-birit adalah "simulasi pertempuran" yang dipamerkan di hadapan rombongan Komisi I DPR RI, pekan lalu, di Markas Komando Brimob, Kelapadua, Jakarta. Dalam kunjungan pekan lalu itu, para anggota dewan menyaksikan kelihaian senjata otomatis AK-47 yang baru saja dibeli Polri dari Rusia. Seorang ajun komisaris besar polisi—menolak disebut namanya—memperhatikan dengan serius gerak pasukannya. "Senapan baru AK-101 itu memang istimewa," ujarnya kepada TEMPO.

Alasannya? Posturnya ramping dan lebih ringan, membuat gerakan pasukan lebih gesit di lapangan. Senjata ini tidak macet bila terkena air laut dalam operasi di pantai atau terbenam lumpur. "AK jenis ini adalah senapan serbu yang bandel. Larasnya tetap stabil dalam seribu kali tembakan tanpa henti. Itu penting dalam pertempuran sengit," tambahnya.

Polri memang layak membanggakan koleksi terbarunya itu. Kemampuan AK-47 sebagai pelontar gas air mata, misalnya, adalah salah satu kelebihan AK-47 yang bakal membantu kerja polisi di lapangan. Mereka tidak perlu lagi menggunakan senjata khusus pelontar gas air mata. Namun, berita tentang kontroversi pembelian senjata itu sudah tersebar. Sumber TEMPO yang lain memastikan urusan belanja senjata AK-47 dari Rusia itu telah menaikkan suhu hubungan TNI-Polri. Dokumen pembelian senapan serbu jenis AK-47 dari Rusia oleh Polri sudah menyebar ke mana-mana. Sampai-sampai, ada "orang luar" yang menyampaikan dokumen itu ke tangan Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro. Kepala Pusat Penerangan Polri Inspektur Jenderal Dedi Widayadi menyatakan pihaknya akan melacak bagaimana dokumen itu sampai keluar dari laci rahasia Polri.

Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro mengaku, ia memang mendapat dokumen itu. Juga, ia mendengar suara sumbang terhadap Polri, menyusul pembelian AK-47. "Tapi semua itu tidak benar. Cuma rumor sampah," ujarnya kepada TEMPO. Di ruang kerjanya di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Bimantoro menjawab sejumlah pertanyaan wartawan TEMPO Edy Budiyarso.

Berikut ini petikannya.


Benarkah sejumlah jenderal petinggi TNI menentang keras pembelian senjata AK-47 dari Rusia?

Itu rumor. Tidak benar ada petinggi TNI yang marah. Dari awal kami (Polri) sudah melakukan koordinasi dan menyampaikan niat kami membeli senjata untuk kesatuan Brimob.

Kami mendapat informasi, ada jenderal TNI AD yang membuat surat protes. Benar demikian?

Tidak ada. Kalau ada jenderal yang marah, paling jenderal yang jualan senjata. Jadi, ini semua tidak benar. Meminjam istilah Prabowo (mantan Pangkostrad Letjen Prawobo Subianto) semua itu rubbish (sampah).

Apa alasan Polri membeli senjata AK-47 dari Rusia?

Di samping murah, senjata itu punya kualitas bagus. Selain itu, standar peluru AK-47 itu sama dengan standar peluru SS-1 buatan Pindad. Jadi, kami bisa membeli pelurunya dari Pindad. Kelebihan lain senjata ini adalah unggul di medan pertempuran berat dan tahan dalam lumpur. Perawatannya juga mudah. Tapi, yang paling utama, AK merupakan senjata standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO.

Benarkah gara-gara bertransaksi dengan Rusia, ada yang menuding Anda membeli senjata dari pihak komunis?

Apa sekarang Rusia masih komunis? Kalau membeli senjata dari Rusia dianggap komunis, berarti NATO juga komunis.

Ada kabar bahwa tentara Rusia melatih personel Polri—dalam kaitan dengan jual beli senjata ini. Apa betul?

Karena kami membeli senjata dari mereka, kami meminta mereka datang untuk turut serta menguji senjata. Jadi, kami bukan dilatih oleh mereka. Apalagi Brimob sudah lama menggunakan senjata AK-47.

Mengapa, sih, Polri yang sudah sipil membeli senapan serbu selayaknya pasukan tempur?

Senjata ini kan dipakai untuk pasukan elite Polri, Brimob. Kami memerlukan senjata ini karena kepolisian sekarang menghadapi situasi genting, seperti pemberontakan lokal di Aceh. Karena itu, Brimob membutuhkan senjata dengan spesifikasi tempur.

Benarkah Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri pernah meminta Anda membatalkan pembelian senjata itu?

Ibu Mega memanggil saya untuk makan pecel. Dan tidak ada pembicaraan mengenai pembelian senjata Polri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus