Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jitakan maut sang dukun

Karsim,30, kini pergi selama-lamanya setelah berobat ke dukun suhud,40. awalnya ia sakit ingatan karena istrinya minggat. sang dukun berkelit kalau kematian pasiennya akibat teknik pengobatannta, menjitak kepala si pasien.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Jitakan maut sang dukun
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PATAH kaki bisa disambung, tapi patah hati membuat Karsim yang periang menjadi pemurung. Warga Kampung Nangerang di Kabupaten Subang, Jawa Barat, ini oleng-kemoleng ketika istrinya minggat, dan kemudian didengarnya kawin dengan lelaki lain. Sudah tiga tahun ini jebolan SD itu jadi pelamun. Dalam usia 30 tahun, Karsim yang pernah pandai main musik dan melukis itu kadang-kadang menggambar dinding rumahnya. Misalnya, melukis sepasang manusia bermesraan. Di bawahnya ia tulis: ''Derita.'' Ketika Karsim suka tersenyum sendiri, kedua orang tuanya berusia 50 tahun Rasam dan Syarifah, pergi ke dukun. Suatu hari tetangganya bilang ada dukun sakti dari Blitar sudah 11 hari buka praktek di Pasar Domba, Desa Pengaden, Syarifah pun mencobanya akhir Mei lalu. Sang dukun, Suhud, 40 tahun, menurut cerita burung, dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk penyakit Karsim. Gratis, kecuali kalau perlu jamu, ya, harus beli. Hari itu sekitar 300 orang antre. Tiba giliran Karsim. Suhud menyuruh pembantunya memegangi, sementara ia komat-kamit seraya membalurkan minyak gosok. Bagian kepala Karsim diurutnya. Dan pletak! Suhud mengentakkan tangannya ke jidat Karsim. Kena kepret begitu, Karsim terkulai. Ia dibaringkan dan ditutupi kain. Pak Dukun lalu terus mengobati pasien lain. Beberapa saat kemudian, Karsim bangkit dan meronta. Tiga pembantu Suhud berusaha merebahkannya kembali. Gagal. Beberapa penonton ikut membantu. Sekali lagi tubuhnya terkulai. Lalu ditutupi kain. Lewat satu jam, Karsim tak kunjung bangkit. ''Sekarang bawa saja pulang,'' kata Suhud kepada Syarifah. ''Tidur saja dulu di rumah, sebentar juga sembuh,'' tambahnya. Karsim pun digotong ke becak. Sampai sore Karsim tak bangun juga. Ternyata, ia memang tidur nyenyak nian untuk selama-lamanya. Kedua orang tuanya lalu mengadu kepada perangkat desa dan polisi. Sore itu juga polisi menangguk Suhud. Jenazah Karsim malamnya dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, untuk diautopsi. Keesokannya dimakamkan di Kampung Nangerang. Sementara hasil visum belum diketahui, beredar dugaan bahwa Karsim tewas akibat jitakan Suhud. Si dukun berkelit seraya menyalahkan turut campurnya beberapa warga tadi. ''Mestinya mereka tak perlu ikut-ikutan membantu,'' kata jebolan SMEA itu kepada Asikin dari TEMPO, ketika ditemui di Polres Subang. Dukun Suhud boleh saja siap menyahut, tapi apalah gunanya lagi seribu dalih jika ternyata di tangannya Karsim jadi semaput.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus