SIAPA bilang judi sulit diberantas? Di Kampung Durian, Semarang Selatan, paling tidak, kini tak ada lagi yang berani berjudi, main remi atau domino dengan taruhan kecil-kecilan. "Saya kapok, malu, dan tak akan mengulangi lagi," tutur Dadi, yang biasa iseng berjudi bersama temannya. Ceritanya, dinihari 6 Juni lalu - menjelang makan sahur - Kapten AD Basirun berjalan-jalan keliling kampung. Maklum, ia ketua keamanan di lingkungan Durian Gang II. Di depan rumah Pangat, seorang pengusaha tahu tempe, Basirun, melihat lima orang warga asyik mengocok kartu, dengan sedikit uang taruhan. Padahal, kelimanya, termasuk Dadi, sudah diperingatkan berkali-kali. Kini mereka tak bisa berkutik, karena tertangkap basah. Basirun segera memerintahkan kelimanya bersiap seperti militer. Lalu mereka disuruh lari keliling kampung, dan setiap lima langkah mereka harus berteriak, "Saya tidak akan main judi lagi!" Malam itu, penduduk, yang terbangun untuk makan sahur, tertawa geh. Apalagi karena di antara yang lari itu, ada yang sarungnya kedodoran. Juga karena sekitar 10 orang anak kemudian ikut berlari di belakang mereka. Dan satu di antara anak itu, yang juga ikut berteriak "tak akan main judi lagi", adalah anak salah seorang yang kena hukuman. Terakhir, mereka kembali ke rumah Pangat. Di sini Basirun menyuruh agar para penjudi iseng itu minta maaf kepada tuan rumah. Pangat, yang tak tahu bahwa bagian rumahnya selama ini dipakai untuk berjudi, hanya bisa tertawa terkekeh-kekeh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini