Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lika-Liku Gibran Rakabuming Raka Menjadi Wali Kota Solo

Gibran Rakabuming Raka selangkah lagi menjadi calon Wali Kota Solo. Lobi ayahnya setelah pengurus PDI Perjuangan menolak.

13 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo didampingi Gibran Rakabuming Raka, mengunjungi Jakarta Sneakers Day di Jakarta, Maret 2018. Dok TEMPO/Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pencalonan Gibran Rakabuming Raka mengundang kekisruhan di Solo serta memanaskan hubungan Jokowi dan Hadi Rudyatmo.

  • Gibran rajin melakukan manuver politik dengan menemui tokoh-tokoh kunci di PDI Perjuangan.

  • Relawan Jokowi pada pemilihan presiden lalu sudah menyatakan akan mendukung Gibran dalam pemilihan Wali Kota Solo.

DITEMANI sopir dan seorang ajudan, Gibran Rakabuming Raka bertandang ke Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat di Kalibata, Jakarta Selatan, pada pertengahan Oktober tahun lalu. Tiba di Blok CII/293, waktu menunjukkan sekitar dua jam sebelum tengah malam. Rumah yang disambangi putra sulung Presiden Joko Widodo itu ditempati Bambang Wuryanto, Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jawa Tengah.

Bambang bercerita, dalam pertemuan itu, Gibran menyampaikan keinginannya maju sebagai calon Wali Kota Surakarta. Selama sekitar satu jam, keduanya lalu berdiskusi tentang rencana tersebut. “Saya tanya, ‘Sudah izin Pak Jokowi belum?’ Dia menjawab, ‘Sampun’,” kata Bambang pada Selasa, 9 Juni lalu, di kantornya di Kompleks Parlemen, Senayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gibran Rakabuming Raka tiba di kediaman Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Oktober 2019. Tempo/Hilman Fathurrahman W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bambang, Gibran juga menjelaskan soal visi-misi dan persiapannya menjadi calon Wali Kota Solo. Kepada Bambang, Gibran mengatakan telah menemui Ketua PDI Perjuangan Solo F.X. Hadi Rudyatmo. Bambang menyarankan Gibran mengikuti tahapan di lingkungan internal partai terkait dengan pencalonan, termasuk menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. “Yang saya tangkap, anaknya sopan sekali,” ujar Bambang.

Pada 24 Oktober 2019, Gibran menyambangi rumah Megawati di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Mengenakan batik bergambar Presiden Sukarno sedang berpidato, Gibran juga membawa oleh-oleh gudeg kendil. Seorang di lingkaran inti Gibran mengatakan pemilihan oleh-oleh itu didiskusikan bersama tim kecil di Solo. Mereka mempertimbangkan makanan kesukaan Megawati saat berkunjung ke Solo, yaitu gudeg dan soto.

Menurut sumber itu, Gibran menyampaikan keseriusannya maju sebagai calon wali kota di hadapan Megawati dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Seusai pertemuan, Gibran pun membenarkan isi pembicaraan itu. Namun dia hanya tersenyum saat ditanyai soal restu Megawati. Adapun Hasto mengatakan, dalam pertemuan itu, Megawati berpesan agar Gibran bisa mendaftar sebagai calon wali kota dari pintu pengurus cabang, pengurus provinsi, dan pusat. “Kami memegang prinsip kesetaraan,” ujar Hasto.

Pada 18 Desember 2019, Gibran menjemput putri Megawati, Puan Maharani, yang juga Ketua PDI Perjuangan Bidang Politik dan Keamanan, di Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo. Mereka sempat berbincang empat mata di ruang VIP bandara selama sekitar 15 menit. Keduanya melanjutkan pembicaraan saat keluar dari bandara menuju kendaraan masing-masing. Keesokan harinya, Gibran menemani Puan makan di Rumah Makan Soto Ayam Gading 2 sebelum Ketua DPR itu kembali ke Jakarta.

Tiga petinggi PDIP yang mengetahui soal pencalonan Gibran bercerita bahwa surat rekomendasi untuk putra Presiden itu sebenarnya sudah lama diteken Megawati Soekarnoputri. Mereka berujar, tak mungkin partainya mengajukan calon lain. Tapi rekomendasi baru akan diumumkan setelah wabah corona mereda.

Ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto, yang juga ketua badan pemenangan pemilu partai itu, membenarkan kabar bahwa surat rekomendasi sudah ditandatangani Megawati. Soal calon yang akan diusung, “Aku ora ngerti (tidak paham). Itu kewenangan Ibu Megawati,” katanya. Gibran enggan berkomentar panjang tentang surat rekomendasi tersebut. “Kita tunggu bersama keputusan Ibu Megawati,” ujarnya.

Ketua PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat memperkirakan pengumuman calon kepala daerah dilakukan bulan depan. “Insya Allah, rekomendasi di 270 pilkada akan diumumkan pada Juli,” kata Djarot. Menurut Bambang, deklarasi pencalonan Wali Kota Solo dan daerah lain akan diumumkan Hasto Kristiyanto.

Pada 19 Februari lalu, pencalonan Gibran tidak ikut diumumkan Hasto Kristiyanto saat mendeklarasikan puluhan calon yang diusung PDIP dalam pemilihan kepala daerah serentak 2020. Menurut seorang petinggi PDIP, partainya menunggu momen yang tepat karena Solo merupakan salah satu basis utama partai ini. Di kota yang juga pernah dipimpin Joko Widodo itu, PDIP memiliki 30 dari 45 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sumber yang sama mengatakan penundaan deklarasi Gibran juga mempertimbangkan penolakan dari Dewan Pimpinan Cabang PDIP Solo, yang dipimpin F.X. Hadi Rudyatmo, wali kota inkumben. Pada 31 Juli 2019, Rudy—panggilan Hadi Rudyatmo—meminta Gibran tak buru-buru berlaga dalam pemilihan kepala daerah. Alasannya, Gibran masih perlu mematangkan pengalamannya di bidang politik. “Menjadi wali kota itu tidak mudah,” ujar Rudy saat itu.

Rudy menjagokan Wakil Wali Kota Solo AchmadPurnomo dan anggota DPRD tiga periode, Teguh Prakosa. Ketika Gibran mendaftar sebagai kader partai banteng di Pengurus Anak Cabang Banjarsari pada 23 September 2019, Dewan Pimpinan Cabang PDIP Solo justru mengumumkan Purnomo dan Teguh sebagai calon wali kota dan wakil wali kota yang akan diusung. Sejak itulah bursa pencalonan Wali Kota Solo dari PDIP memanas.

Belakangan, hubungan Jokowi dan Rudy, yang pernah berduet memimpin Solo, ikut memanas. Rudy tak lagi menyambut Jokowi ketika sang Presiden pulang ke Solo. Saat Jokowi menghadiri Hari Batik Nasional di Solo pada 2 Oktober di Istana Mangkunegaran, Rudy juga tak tampak. Dia malah menghadiri kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa di tempat berbeda. Rudy juga tak ikut menyambut kedatangan Jokowi di Bandara Adi Soemarmo. Rudy beralasan, “Yang boleh menjemput itu gubernur, pangdam, dan kapolda.”

Barulah pada akhir Januari lalu Jokowi berjumpa secara tertutup dengan Rudy di Yogyakarta. Menurut Rudy, pertemuan itu juga membahas soal calon yang diusung PDI Perjuangan dalam pemilihan kepala daerah Solo. Rudy mengatakan calon yang diusung tinggal menunggu keputusan pengurus pusat.

Dua petinggi PDI Perjuangan bercerita, upaya pengurus pusat menyelesaikan persoalan ini antara lain dengan mengundang pengurus PDIP Solo ke Teuku Umar. Dalam pertemuan itu, kata keduanya, Megawati menyatakan sudah menentukan sikap dan meminta semua kader di Solo mengikuti keputusan partai. Menurut keduanya, Megawati menyatakan pilihannya itu “untuk kepentingan nasional”. Dua politikus tersebut mengatakan kepentingan nasional yang dimaksud adalah menjaga hubungan baik dengan Jokowi.

Petinggi partai juga mengundang pengurus cabang dan anggota DPRD Solo dari PDIP ke markas pusat di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada 3 Februari lalu. Menurut peserta yang hadir dalam pertemuan itu, petinggi PDIP mengingatkan agar mereka tak membantah keputusan Megawati. Pengurus pusat pun menyatakan menyiapkan sanksi untuk mereka yang membangkang.

Akhir April lalu, Achmad Purnomo sempat menyatakan mundur dari bursa pencalonan. Ia beralasan ingin berfokus menangani wabah corona. Namun persoalan tak selesai di situ. Pada Ahad, 7 Juni lalu, Purnomo dipanggil Rudy ke rumah dinasnya. Dalam pertemuan itu, Rudy mengatakan pengurus partai menolak pengunduran diri Purnomo. “Sebagai petugas partai, saya harus siap,” ujar Purnomo.

•••

NAMA Gibran mulai masuk pusaran pemilihan Wali Kota Solo ketika Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi mengumumkan hasil survei pada 25 Juli 2019. Popularitas Gibran kala itu mencapai 90 persen, dengan tingkat penerimaan 61 persen. Tingkat penerimaan terhadap Gibran hanya kalah dibanding Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo, yaitu sebesar 83 persen. Dari sisi keterpilihan, Gibran juga masih berada di bawah Purnomo, yakni 13 berbanding 38 persen.

Gibran mengungkapkan keinginannya terjun ke politik ketika menjadi pembicara dalam Playfest 2019 di kawasan Gelora Bung Karno pada 25 Agustus 2019. Praktis, Gibran mulai terbuka berbicara politik. “Nanti kabari saya kalau pendaftaran sudah dibuka,” kata Gibran kala itu.

Seorang sahabatnya bercerita, Gibran mengutarakan keinginan untuk maju dalam rentang waktu setelah pemilihan umum berakhir dan sebelum pelantikan presiden pada 20 Oktober 2019. Ibunda Gibran, Iriana Widodo, dan neneknya, Sudjiatmi Notomihardjo, pun mendukung keinginan itu. Jokowi, kata sumber ini, tak hadir dalam pertemuan tersebut.

Ketika PDI Perjuangan Solo menutup peluang Gibran menjadi calon wali kota, partai-partai lain justru menyatakan mendukung dia. Ketua Pemenangan Pemilu Golkar Jawa Tengah-Yogyakarta Iqbal Wibisono pada November 2019 mengatakan partainya berancang-ancang mencalonkan Gibran. Itu tak hanya karena peluang Gibran menang cukup besar, tapi juga lantaran adanya instruksi dari pengurus pusat partai. “Masak, anak Presiden tidak kita bantu?” kata Iqbal menirukan ucapan pengurus pusat partainya itu pada Jumat, 12 Juni lalu.

Kabar itu juga dibenarkan seorang petinggi Golkar. Menurut dia, instruksi tersebut disebabkan oleh adanya “permintaan Istana” seandainya langkah Gibran terganjal. Menurut Iqbal, seandainya PDIP tak mencalonkan Gibran, Golkar yang hanya memiliki tiga kursi di DPRD Solo itu akan menggandeng Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Amanat Nasional agar memenuhi syarat mengajukan calon wali kota. Kursi tiga partai itu cukup untuk mengusung pasangan calon.

Jokowi menyatakan tak akan membantu Gibran ataupun menantunya, Muhammad Bobby Afif Nasution, yang berminat menjadi calon Wali Kota Medan. Jokowi juga tak akan berkampanye untuk mereka. Dia mengingatkan, posisi kepala daerah merupakan pertarungan yang memungkinkan kalah atau menang. Lagi pula, kata Jokowi pada pertengahan Januari lalu, “Cari partai saja mereka masih kesulitan.”

 

•••

PADA 12 Desember 2019, Gibran mendaftar sebagai calon wali kota melalui pintu PDIP Jawa Tengah. Salah seorang yang menemani pendaftaran Gibran adalah analis politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Meskipun berada satu bus dari Solo menuju Semarang, Hendri membantah menjadi konsultan Gibran. Hendri mengatakan Gibran memanfaatkan momentum sebagai anak Presiden. “Dia belajar dari anak presiden lain bahwa, ketika momentum hilang, sulit memperoleh suara,” ujar Hendri.

Setelah Gibran mendaftar, partai memberikan akses kepadanya untuk berguru pada kepala-kepala daerah yang dianggap berhasil. Pada 4 Maret lalu, misalnya, Gibran menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, yang menghadiri acara di Universitas Sebelas Maret, Solo. Menurut Risma—panggilan sang Wali Kota—pertemuan itu merupakan inisiatif Gibran yang ingin mengetahui program-program pemerintah Surabaya. Salah satunya mengenai pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta konsep pertanian perkotaan. “Termasuk mengenai kesejahteraan masyarakat,” kata Risma.

Gibran pun membenarkan kabar bahwa dia sengaja mengajak Risma bertemu. “Makan siang sekaligus kuliah pendek,” ujar pengusaha katering ini. Pada pertengahan Mei lalu, Gibran juga menyambangi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang. Saat itu, dia menyerahkan sejumlah bantuan penanganan corona, seperti alat pelindung diri, masker, dan vitamin.

Gibran Rakabuming Raka menemui pendukungnya di Nusuka, Banjasari,Surakarta, Desember 2019. Instagram gibran_rakabuming

Tak hanya mendapat dukungan dari PDIP, Gibran juga disokong penuh oleh relawan Jokowi saat pemilihan presiden. Sekretaris Jenderal Projo, Handoko, mengatakan pernah menanyakan rencana Gibran bertarung dalam pemilihan kepala daerah kepada Jokowi. Menurut Handoko, Jokowi tidak sedang dalam posisi mendorong Gibran untuk terjun ke politik praktis atau mengintervensi pencalonan Gibran. “Pak Jokowi juga tidak dalam posisi meminta Projo mendukung Gibran,” ujar Handoko.

Projo mendeklarasikan dukungan secara resmi kepada Gibran pada 9 Februari lalu. Handoko menuturkan, Projo juga ikut memetakan persoalan di Solo melalui pengurus daerah. Mereka mendukung Gibran karena dia dianggap sebagai tokoh muda potensial yang sukses berbisnis. Handoko juga menilai Gibran sebagai sosok yang mudah bergaul dengan masyarakat luas, seperti ayahnya. “Jadi bukan karena anak Jokowi kemudian Projo mendukung,” Handoko mengklaim.

Ketua Projo Solo, Tego Widarti, yang akrab disapa Wiwin, mengatakan mereka mengerahkan kekuatan pengurus di tingkat anak cabang untuk mensosialisasi Gibran. Para relawan ini tergabung di dua grup WhatsApp, yaitu Posko Induk dan Korsim atau Koordinator Simpul. Dari dua grup inilah perencanaan kegiatan Gibran biasanya didiskusikan. Di era pandemi, kata Wiwin, Gibran mengarahkan agar kegiatan yang mereka lakukan lebih banyak bersifat sosial.

Mantan Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo, yang ikut membantu pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014, juga mengaku sempat dimintai saran oleh Gibran. “Mengenai langkah selanjutnya setelah muncul pandemi corona,” ujarnya. Anggota relawan Gibran, Bagus Andrian John, mengatakan Gibran menghentikan aktivitas politik sejak Solo menetapkan status kejadian luar biasa. “Mas Gibran menginstruksikan ke semua relawan, bantu orang-orang terdampak,” ucap John.

Baik Eko maupun Wiwin mengatakan Jokowi dan keluarganya tidak pernah berpesan agar mereka mendukung anaknya. Namun mereka meyakini keluarga merestui Gibran menjadi calon wali kota. Ketika melepas anaknya mendaftar ke Semarang pada Desember tahun lalu, Iriana menyatakan keluarga mendukung penuh pencalonan tersebut. “Doa ibu untuk anaknya.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Ahmad Faiz, Budiarti Utami Putri, Dewi Nurita, dan Ahmad Rafiq dari Solo berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Seribu Jurus Putra Sulung"

Wayan Agus Purnomo

Wayan Agus Purnomo

Meliput isu politik sejak 2011 dan sebelumnya bertugas sebagai koresponden Tempo di Bali. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk menyelesaikan program magister di University of Glasgow jurusan komunikasi politik. Peraih penghargaan Adinegoro 2015 untuk artikel "Politik Itu Asyik".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus