Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEBERAPA kali menyatakan tak tertarik terjun ke dunia politik, putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia pun mendaftarkan diri sebagai bakal calon Wali Kota Surakarta.
Majunya Gibran menimbulkan kegaduhan karena Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kota Solo menolak pencalonannya. Bahkan, saat ia mendaftar sebagai kader partai banteng pada 23 September 2019, Dewan Pimpinan Cabang PDIP Kota Solo mendeklarasikan dukungan untuk Wakil Wali Kota Achmad Purnomo dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Solo tiga periode, Teguh Prakosa. Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDIP sekaligus Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo pun menyarankan Gibran maju pada 2024.
Ihwal pencalonannya sebagai Wali Kota Solo, Gibran menolak menerima wawancara khusus. Namun, pada Selasa, 9 Juni lalu, ia membalas sejumlah pertanyaan yang dilayangkan wartawan Tempo, Ahmad Rafiq, melalui pesan WhatsApp. Wawancara ini juga dilengkapi dengan pernyataan Gibran dalam berbagai kesempatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kami mendapat informasi bahwa rekomendasi PDIP untuk pencalonan Anda dalam pemilihan kepala daerah Solo sudah ditandatangani Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soal rekomendasi, mari kita tunggu bersama keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri.
Pesaing Anda, Achmad Purnomo, mengundurkan diri dalam perhelatan pemilihan kepala daerah Solo 2020. Bagaimana tanggapan Anda?
Soal pengunduran diri Pak Purnomo dan penolakan Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Solo adalah wilayah Pak Rudy (F.X. Hadi Rudyatmo) selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Solo. Saya dari awal berprinsip, siapa pun kompetitor saya adalah teman dan saudara. Tidak ada masalah. Apalagi Pak Purnomo sudah saya anggap seperti bapak saya sendiri. Saya sangat hormat sama beliau.
Meskipun rekomendasi resmi belum keluar, apa fokus Anda saat ini untuk menggalang dukungan?
Saya sendiri dan kawan-kawan masih berfokus mengurus persoalan kemanusiaan (terkait dengan wabah corona), seperti membagikan bahan kebutuhan pokok, masker, hand sanitizer, wastafel, dan alat pelindung diri. Saya dan tim ingin meringankan beban masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19 di Solo dan sekitarnya.
Sebenarnya kenapa Anda memutuskan terjun ke dalam politik?
Beberapa tahun terakhir ini, saya mulai bertemu dengan banyak orang. Saya beranggapan bahwa kalau begini-begini terus, orang yang bisa saya bantu itu ya begini-begini saja. Misalnya saya punya CSR (corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan), saya punya les Inggris gratis, muridnya sudah ribuan. Kalau saya cuma jadi pengusaha, yang bisa saya bantu cuma ribuan. Kalau saya bisa masuk politik, yang bisa saya bantu, ya, kalau di Solo 600 ribu orang melalui kebijakan saya. Pola pikir masyarakat bahwa politik selalu kotor harus diubah. Anak muda menjadi penggerak, bukan obyek yang digerakkan.
Presiden Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo. Bagaimana Anda menepis prasangka bahwa anak Presiden yang mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo tak bebas dari dinasti politik keluarga?
Mungkin orang bilang dinasti politik segala macam. Saya kan ikut kontestasi, bisa dipilih bisa tidak, bisa kalah bisa menang. Kalau dinasti politik, mungkin kemarin-kemarin saya minta jadi menteri atau apa saja.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo