Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jurus Pisau Paling Mematikan

Hanya tinggal tiga guru yang menguasai Silek Kurambik. Silek menggunakan pisau tajam melengkung berukuran segenggaman tangan.

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ataran tinggi Bukit Sago, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Udara tengah malam di sana saat itu terasa menusuk tulang. Nagari Talang Babungo, yang berada dua kilometer di bawahnya, seperti terlelap. Tapi beberapa pendekar silat nagari itu masih duduk melingkari sebuah arena, tak menghiraukan hawa yang menggigil tersebut. Sebuah ban bekas dibakar sekadar menerangi arena.

Selagi kebanyakan peserta Minangkabau Silek Camp 2014 memilih tidur karena kelelahan, para pencinta silek tuo Minangkabau ini memutuskan berjaga. Malam itu mereka bakal menyaksikan silat khas Talang Babungo yang sudah jarang ditampilkan. Silek Kurambik namanya—diambil dari kata silat dan kurambit (sejenis pisau yang melengkung). Kini hanya tiga orang tuo silek (guru silat) di Talang Babungo yang menguasainya.

Dua di antaranya hadir malam itu: Jufrizal Rajo Malano dan Muslim. "Sudah 20 tahun saya tidak main Silek Kurambik. Pasangan saya selalu Pak Muslim," kata Jufrizal, 58 tahun, pendiri Sasaran Aluang Bunian di Talang Babungo.

Jufrizal lalu menunjukkan sebuah kurambit, pisau yang amat tajam berukuran segenggaman tangan. Bentuknya seperti arit kecil. Kurambit terbuat dari besi, kedua sisinya tajam, gagangnya dari kayu, dan di ujung gagang itu terdapat lubang untuk menyelipkan jari tangan. Bila digenggam, dari arah depan kurambit tak terlihat seperti senjata karena ujungnya yang tajam menghadap ke belakang dan nyaris hilang dalam genggaman. Sebuah senjata rahasia. Senjata ini juga sulit dirampas musuh karena gagangnya terkait dengan jari.

Silek Kurambik berasal dari silek tuo, pengembangan dari Silek Langkah Tigo yang biasa dipakai untuk bertarung. Silek Kurambik dikembangkan pendekar dari Talang Babungo dan kini sudah dikuasai beberapa perguruan silat di Sumatera Barat, seperti Tanah Datar. "Saya adalah generasi keempat yang mewarisi Silek Kurambik. Silek Kurambik berkembang karena pendekar pertama yang mewarisinya merantau ke Payakumbuh," ujar Jufrizal.

Silek Kurambik adalah salah satu silat dengan senjata yang mematikan. Bagian yang diserang senjata itu seperti leher, ketiak, rusuk, perut, paha, dan pergelangan kaki. "Kurambik juga bisa mencancang (mencincang), mencantuak (menghunjam) kepala, dan bagian tubuh lain," kata Jufrizal.

Muslim, 60 tahun, sesama pendekar­ paling tua di Talang Babungo, bersiap.­ Dia kemudian melepaskan kain sarung­ dan jaket tebal. Ia sudah mengenakan­ baju dan celana pendekar serba hitam.­ Sarungnya diikatkan di pinggang seperti halnya dilakukan Jufrizal. Muslim memakai kurambit, memasukkan jari kelingkingnya ke lubang gagang.

"Kita bermain lambat saja. Sudah lama saya tidak pegang kurambit," ucap Muslim mengingatkan Jufrizal. Keduanya bersiap memasang kuda-kuda. Mereka mempertunjukkan gerakan-gerakan dari langkah dan sambuik dalam silat Langkah Tigo (Langkah Tiga). Ciri Langkah Tigo adalah satu kaki sebagai sumbu dan kaki lain bergerak. Arahannya membentuk segitiga.

Jufrizal berusaha menghindari sabetan kurambit yang ada di tangan Muslim. Langkah Tigo yang dipakai dalam Silek Kurambik memudahkannya menghindari sabetan kurambit atau melepaskan diri dari kurambit. Saat arit kurambit melingkar di lehernya, ­Jufrizal berputar 180 derajat untuk melepaskan lehernya dari ancaman sabetan. Ada lima jurus sambuik yang ia gunakan.

Saat berganti posisi pemegang kurambit, kedua pesilat itu makin bermain cepat. Sabetan-sabetan kurambit Jufrizal nyaris bersarang di bagian tubuh Muslim, dari leher, rusuk, pinggang, hingga pergelangan kaki. Tapi Muslim mampu mengelak dengan gerakan berputar. Setelah melakukan Silek Kurambik, keduanya berpeluh dan kepanasan.

"Kalau dengan kurambit, tingkat bahayanya sangat tinggi. Makanya perpu­tarannya itu harus 180 derajat. Kalau cuma berputar 90 derajat, separuh kaki atau leher akan dimakannya," tutur Jufrizal. Yang diperlukan dalam menghadapi Silek Kurambik adalah kelincahan. Setelah dapat menghindari kurambit, baru dibalas dengan tendangan dan pukulan. Kalau dipakai langsung, Silek Kurambik tidak perlu banyak langkah, langsung mendekat dengan gerakan singkat, menyabit dengan kurambit, dan mematikan lawan.

Kurambit masih dibuat secara sederhana oleh pandai besi di Talang Babungo. Tapi Jufrizal meyakini kurambit jenis modern yang dipakai tentara Angkatan Laut Amerika Serikat dulu ditiru dari kurambit di Talang Babungo. "Bentuknya mirip, hanya lebih modern dan sudah dipatenkan untuk senjata Angkatan Laut Amerika. Saya yakin itu berasal dari kurambit karena, pada 1980-an, banyak pelajar Kanada yang ikut pertukaran pelajar ke Talang Babungo dan mereka lama mempelajari Silek Kurambik," kata Jufrizal.

Selain Silek Kurambik, menurut dia, pada dasarnya silek Minang amat berbahaya. Meski hanya menggunakan sedikit tenaga, akibatnya fatal. Selain dengan senjata, ada serangan dengan tangan kosong yang menyasar sendi sehingga bisa melumpuhkan."Sendi bahu bisa tanggal dibuatnya. Begitu juga kaki, leher, dan tangan," ujarnya.

Karena itu, Jufrizal menambahkan, silek Minang menjadi satu-satunya ilmu bela diri di Indonesia yang tidak bisa dipertandingkan karena akibatnya bisa berbahaya. Silat Minang yang dipertandingkan antarperguruan hanya bungo silek atau silat permainan. Tiap pemain berpasangan sesama anggota sasaran dan akan dinilai seni gerakannya saja, mirip peragaan jurus.

Menurut Jufrizal, pada Pekan Olahraga Nasional pertama pada 1960-an, silat di Indonesia sudah mulai dipertandingkan, termasuk silat Minang. "Tapi, saat pertandingan, tujuh peserta mati di tangan pesilat Minang. Yang kedua juga demikian. Akhirnya, pada PON ketiga, silat Minang tidak boleh dipertandingkan," ucapnya.

Febrianti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus