Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Silat Tua dari Pinggang Bukit Sago

Silek atau silat Minangkabau telah menyebar ke mancanegara. Selain di Asia Tenggara, silek dikenal di Hong Kong; Ghana, Afrika; Eropa; dan Amerika Serikat. Tujuh pesilat dari Benua Biru datang ke Minangkabau Silek Camp 2014, yang diselenggarakan di Gelanggang Aluang Bunian, Bukit Sago, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, 20-28 Agustus lalu. Mereka menjajal kebolehan para pesilat Minangkabau sekaligus belajar jurus-jurus tingkat lanjut.

Tempo sempat menyaksikan bagaimana dua pendekar tua silat Minangkabau berlatih jurus-jurus mematikan yang lama tak pernah dimainkan. Jurus itu menggunakan kurambit, pisau amat tajam berukuran segenggaman tangan. Bentuknya seperti arit kecil, terbuat dari besi, gagangnya dari kayu, dan di ujung gagang itu terdapat lubang untuk menyelipkan jari tangan. Bila kurambit digenggam, dari arah depan tak terlihat seperti senjata. Silat ini pada dasarnya adalah silat dengan senjata rahasia.

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hawa sejuk pegunungan yang bertambah dingin sehabis hujan pada Senin terakhir Agustus lalu tak menghalangi orang-orang mendatangi sebidang tanah seluas lapangan voli di sebelah ladang bawang yang basah. Para warga kampung Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, sekitar 85 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat, itu penasaran ingin menyaksikan kejadian yang pertama kali. Pendekar silek (silat dalam bahasa Minangkabau) kampung mereka akan bertanding dengan orang kulit putih dari Eropa yang berpostur tinggi-besar.

Ya, hari itu Sasaran Kincia Tuo—nama perguruan silat yang melatih anak-anak muda di kampung di ketinggian 1.455 meter di atas permukaan laut tersebut—dikunjungi tamu istimewa yang bakal menjajal kemampuan. Sasaran dalam bahasa Minang berarti tempat berlatih silat, kincia tuo berarti kincir tua. Tujuh pesilat dari Eropa itu adalah peserta Minangkabau Silek Camp 2014, yang sejak 20 hingga 28 Agustus 2014 sudah diadakan di "nagari tetangga", yakni Nagari Talang Babungo, yang berjarak 10 kilometer dari situ.

Orang-orang Eropa ini bukan tamu sembarangan. Mereka penggemar bela diri di negara masing-masing. Bahkan ada yang menjadi pelatih bela diri. Johnny Silmon dari London, Inggris, misalnya. Ia editor majalah Martial Arts Illustrated, yang terbit di Inggris dan Eropa. Silmon juga pelatih silat untuk wilayah Inggris dan Uni Eropa. Dia menimba ilmu sejak 1990 dengan mendatangi sejumlah guru silat di Indonesia. Awalnya ia mempelajari silat Cimande dan silat Cikalong di Jawa Barat. Sejak tiga tahun lalu, ia mendalami silek tuo Minangkabau.

"Silat is my passion. Silat itu unik, berbeda dengan bela diri lain. Di silat semua dilatih: tubuh dan mental, serta membentuk karakter yang baik," kata Silmon kepada Tempo. Dengan jaringannya, Silmon mempromosikan silat dan membawa penggemar bela diri dari Eropa melihat negeri asal-muasal silat. Ini kedatangan kedua Silmon ke Minangkabau Silek Camp, yang digelar tiap Agustus di Talang Babungo.

Peserta lain adalah Mattias Persson, 42 tahun, warga negara Swedia. Dia instruktur aneka jenis bela diri yang mengajar di Skandinavia, Belanda, Jerman, Denmark, Inggris, dan Thailand. Sehari-hari Persson tidak hanya melatih perorangan, tapi juga tentara. Dia menguasai kuntao, judo, karate, gulat, dan taekwondo. Persson mendirikan Martial Arts Tactical Transition Combatives cabang AMOK! Combatives di Swedia.

"Saya sudah pernah belajar silat di Norwegia, tapi saya ingin langsung mencari guru di tempat asalnya," ujar Persson. Peserta lain, selain guru taekwondo, adalah seorang dokter tulang dan mahasiswa.

n n n

Sebagai pembukaan, Nasrullah Pituan, 42 tahun, guru dan pendiri Sasaran Kincia Tuo, maju ke tengah arena. Lawan tandingnya adalah Mark Young, dokter tulang dan ahli akupunktur berkebangsaan Inggris. Langkah Ampek (Langkah Empat) yang dimainkan Nasrullah bisa dilayani Young dengan sambuik jurus silek. Sambuik adalah istilah untuk respons terhadap serangan lawan—bisa berupa elakan, tangkisan, tangkapan, atau serangan. Young memang pesilat yang paling maju menyerap ilmu. Dalam tiga kali pertemuan sejak datang sebagai peserta Minangkabau Silek Camp pertama tahun lalu, ia sudah menguasai tiga jurus Langkah Ampek.

Penampil lainnya adalah Cormac Mac Carthaigh dari Irlandia. Ia berhadapan dengan seorang murid Sasaran Kincia Tuo. Mac Carthaigh, yang juga menjadi peserta Minangkabau Silek Camp tahun lalu, telah mampu menggunakan jurus pertama dan kedua dari Langkah Ampek.

Peragaan silat ini menjadi tontonan yang mengasyikkan bagi masyarakat setempat hingga malam hari. Apalagi para murid Sasaran Kincia Tuo memperagakan sejumlah jurus Langkah Ampek. Bahkan kemahiran menggunakan senjata, seperti pisau, pedang, dan tongkat kayu, juga diperagakan. Namun tidak semua jurus Langkah Ampek yang berjumlah 19 itu dipertontonkan.

"Jurus ke-11 dan ke-12, misalnya, itu jurus rahasia dan berbahaya karena bisa mematikan. Jadi tidak kami peragakan di depan umum agar tidak disalahgunakan," kata Nasrullah.

Soal kecepatan para pesilat Eropa dalam menyerap ilmu ini dipuji oleh Nasrullah. Baru lima hari diajari ilmu silat, mereka sudah menguasai banyak gerakan sambuik. "Kami di sini mempelajari satu jurus itu minimal dua bulan, tapi mereka baru lima hari sudah bisa. Mungkin karena mereka juga sudah menguasai ilmu bela diri yang lain," ujar Petir Gumanti, 17 tahun, murid paling senior Sasaran Kincia Tuo.

n n n

Minangkabau Silek Camp memang dibuat untuk mengenalkan silat Minang ke dunia internasional. Jufrizal Rajo Malano, 58 tahun, pendekar silat Talang Babungo, adalah penggagas acara. Prihatin melihat silek diajarkan di luar negeri tanpa membawa jati diri Minangkabau membuat ­Jufrizal menggagas acara ini. "Orang harus tahu di mana daerah asal silek itu dan belajar ke sini. Kami akan mengeluarkan lisensi dan jika mau naik tingkat harus datang ke mari," kata Jufrizal, yang mendirikan Sasaran Aluang Bunian pada 1983 sebagai induk dari sepuluh perkumpulan silat Talang Babungo.

Pada Minangkabau Silek Camp 2013, ­Jufrizal sampai rela menjual mobilnya untuk mengongkosi biaya. Bantuan pemerintah tidak ada. Sedangkan peserta pekan perkemahan silat semuanya tidak dipungut biaya. Tahun ini pun bantuan pemerintah daerah dan beberapa sponsor yang menjanjikan tak kunjung datang sampai acara berlangsung.

Akibatnya, rencana Jufrizal mengundang perguruan silat se-Indonesia ia batalkan. Juga rencana kedatangan 60 peserta dari Belanda akhirnya ia tampik."Sebagai tuan rumah, kami sangat menghormati tamu. Kami terpaksa menolak karena tidak bisa menjamu mereka," ujar Jufrizal. Namun tujuh peserta dari Eropa yang sudah telanjur membeli tiket pesawat mau tak mau tetap ia terima. Ketujuh pesilat Eropa itu sepakat urunan biaya makan dan transportasi selama Minangkabau Silek Camp 2014. "Kami tidak memungut biaya untuk melatih mereka," Jufrizal menambahkan. Sebagai tempat tinggal, para peserta mendirikan tenda di sekitar arena Gelanggang Aluang. Mereka dijamu dengan makanan lokal berupa nasi dan gulai pedas serta sarapan singkong rebus dan tahu goreng.

n n n

Ketertarikan orang asing belajar silek tentu untuk berbagai alasan. Mark ­Young, yang datang belajar silat ke Sumatera Barat untuk ketiga kalinya, mengaku banyak mendapat keuntungan dari belajar silat. Misalnya bagi kesehatan tubuh, khususnya melatih supaya tubuh fleksibel dan kuat. Selain itu, untuk menenangkan pikiran dan membentuk karakter.

"Fleksibilitas dan olah pernapasan dari silat sangat bagus untuk kesehatan," ucap Young, yang juga seorang dokter dan berlatih judo selama 24 tahun. "Saya kembali ke sini karena komunitasnya sangat baik."

Sedangkan Cormac Mac Carthaigh mengaku mengenal silat Minangkabau setelah menonton salah satu program di televisi Irlandia ketika ia berusia 7 tahun. Sejak itu, ia tertarik dan berkeinginan suatu saat dapat mendalami dan berlatih langsung ke Indonesia. Menurut dia, silat menarik bukan pada unsur berkelahinya, melainkan bagaimana menjadi orang yang lebih baik. Bukan hanya tentang pertahanan diri, juga untuk kesehatan tubuh dan pikiran. "Saya datang kembali karena orang-orang sangat menerima. Saya senang melihat wajah-wajah tahun lalu tersenyum kembali kepada saya," tutur asisten pelatih taekwondo di Irlandia ini.

Selama sepuluh hari perkemahan, peserta Minangkabau Silek Camp belajar salah satu ilmu silek tuo. Silek tuo adalah silat tua atau silat tradisi yang sudah berusia berabad-abad di Minangkabau. Kecuali Mark Young yang sudah menguasai jurus ketiga, orang asing peserta perkemahan rata-rata baru mempelajari jurus pertama dan kedua dari Langkah Ampek.

Ilmu silek tuo Minang dikenal dengan "langkah", baik berupa ilmu fisik maupun batin. Khusus untuk kemahiran fisik dikenal dengan Langkah Ampek (Langkah Empat) dan Langkah Tigo (Langkah Tiga). Semua jurus dasar silat Minang terdapat pada Langkah Ampek. Jumlahnya 19 jurus dan 99 sambuik atau respons.

Menurut Jufrizal, semua silat tua Minang berasal dari akar yang sama dengan ciri khas berdasarkan ilmu "langkah". Seorang pesilat akan memulai dari penguasaan Langkah Ampek, kemudian Langkah Tigo, yang merupakan ringkasan atau sari dari Langkah Ampek yang digunakan untuk menyerang. Tingkat berikutnya adalah penguasaan Langkah Duo (Langkah Dua), yang membutuhkan ketajaman pemikiran ditambah pemahaman akidah atau spiritual yang tinggi, dan yang terakhir Langkah Satu.

Silat Langkah Duo bisa membuat pemakainya kebal terhadap senjata karena kemampuan menyalurkan kekuatan batin. Tapi sekarang, kata Jufrizal, sudah tidak pernah dikeluarkan atau digunakan. Sedangkan silek Langkah Satu adalah berserah diri kepada Tuhan. "Langkah Satu itu hanya menggunakan tenaga dalam, jadi serahkan diri ini kepada Tuhan. Dengan keyakinan kalau belum ajal maka tidak akan mati. Langkah Satu itu kita menyatu dengan Tuhan, asalkan kita di pihak yang benar," dia menerangkan.

Menurut Jufrizal, silek bermula dari Datuak Siri Bamego-mego, orang di lingkaran Istana Pagaruyung di zaman Hindu-Buddha. "Dari dialah ilmu ini diturunkan dan dibawa orang-orang Minangkabau saat membuka kampung baru atau merantau, sehingga tersebar ke beberapa tempat di Indonesia dan Malaysia," ujarnya. Di Talang Babungo sendiri, kata Jufrizal, ilmu silat langsung dibawa oleh orang-orang lingkaran Istana Pagaruyung ketika diperintahkan mencari tambang emas baru. Nagari ini dulu lokasi tambang emas yang ditemukan oleh orang-orang kerajaan untuk tambang emas raja. "Ilmu silek sudah ada jauh sebelum Islam masuk. Setelah Islam masuk dan berkembang di Ranah Minang, ilmu silat digunakan untuk tujuan dakwah dan penyebaran Islam," ucapnya.

Kajian sejarah tentang silek memang sangat minim, seminim kajian sejarah tentang asal-usul orang dan kerajaan Minangkabau dan Pagaruyung itu sendiri. Pijakan asal-usul Minangkabau umumnya bersumber pada tambo, tradisi lisan yang diceritakan dari mulut ke mulut. Tidak ada bukti tertulis.

n n n

SAAT ini silek Minang memiliki nama yang berbeda-beda. Perubahan nama itu tergantung lokasi sasaran, budaya setempat, atau pengenalan jurus populer. Contohnya Silek Pangian yang berasal dari Pangian di Lintau, Silek Kumango dari Kumango di Tanah Datar, dan Silek Alibata di Payakumbuh.

Jurus silat banyak yang dipelajari dari alam, terutama dari hewan yang pintar berkelahi, seperti harimau, kucing, monyet, burung, dan ular. "Saat melihat balam (sejenis burung) berkelahi atau kalapuah (pukulan dengan sayap bertubi-tubi) balam, lahirlah jurus Kalapuah Balam. Melihat kucing menangkap tikus, lahirlah jurus Kucing Tikam Tuo. Melihat harimau, lahirlah Silek Harimau," Nasrullah menambahkan.

Di Nagari Talang Babungo, aliran silat terdiri atas Silek Langkah Tigo dan Silek Langkah Ampek. Dari situ berkembang menjadi jurus silat lain, seperti Silek Kurambik, yang menggunakan senjata kurambit; Silek Harimau; Silek Kalapuah Balam; dan Silek Kuciang Tikam Tuo. Di Sunur, Kabupaten Padang Pariaman, berkembang juga berbagai jurus silat. Misalnya Langkah Tari, Manggayuang (Menggayung), Rumah Gadang Tak Badindiang, Catuak Ula (Patuk Ular), Manangkok (Menangkap), dan Kabau Gadang (Kerbau Besar).

"Jurus Rumah Gadang Tak Badindiang itu artinya, walau rumahnya tidak berdinding, seekor tikus pun tak bisa masuk. Artinya pertahanan yang kuat, serangan tak bisa masuk. Sedangkan jurus Catok Ula diambil dari gerakan seperti ular yang akan mematuk," kata Razali, 60 tahun, guru silat di Sasaran Harimau Lalok di Nagari Limau Puruik, Padang Pariaman. Razali mengatakan semua jurus itu merupakan pengembangan Silek Tuo Minang dari Silek Langkah Ampek dan Silek Langkah Tigo.

Di Kabupaten Tanah Datar, daerah kerajaan Pagaruyung, yang diyakini sebagai tempat awal berkembangnya silat Minang, bahkan terdapat banyak nama silat. Menurut buku Silat Tradisional Minangkabau yang diterbitkan Dewan Kesenian Tanah Datar (2012), ada 348 jenis nama silat. Sampai kini silat tetap hidup dan dipelajari baik di sasaran maupun di sekolah.

"Silat ini diciptakan bukan untuk berkelahi. Jangankan membunuh, berkelahi saja tidak boleh. Silat digunakan saat tidak dapat mengelak lagi. Musuh tidak dicari, bertemu juga dielakkan," ucap Mantari Alam, pendekar silat dari Cupak yang masih mahir bersilat meski sudah berusia 102 tahun.

Febrianti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus