Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

KAI Pagar Akses Masuk Stasiun Serpong, Pengusaha Parkir Ungkap Ada Setoran PAD dan Suap

Akibat pemagaran tersebut, penumpang kereta di Stasiun Serpong tidak lagi menitipkan motor atau parkir di lahan yang mereka kelola.

20 Desember 2023 | 15.22 WIB

Nana Sumarsana seorang pengusaha parkir di sekitar Stasiun Serpong, Kota Tangerang Selatan. Dirinya tengah menunjuk pagar besi yang dipasang PT KAI dan membuat usaha parkir sepi, Rabu 20 Desember 2023. TEMPO/Muhammad Iqbal
Perbesar
Nana Sumarsana seorang pengusaha parkir di sekitar Stasiun Serpong, Kota Tangerang Selatan. Dirinya tengah menunjuk pagar besi yang dipasang PT KAI dan membuat usaha parkir sepi, Rabu 20 Desember 2023. TEMPO/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha parkir di Stasiun Serpong, Kota Tangerang Selatan menjerit. Pasalnya, akses masuk ke stasiun ini ditutup oleh pihak PT Kereta Api Indonesia atau PT KAI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Malang nian nasib Nana Su Nana Sumarsana (59 tahun) dan Edi Sumarna (65 tahun). Keduanya merupakan pengelola parkir resmi yang di sekitaran Stasiun Serpong. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak akses masuk menuju Stasiun Serpong ditutup pada 13 Oktober 2023 lalu menggunakan pagar besi, kini usaha yang mereka jalankan setelah pensiun sepi. Puluhan pegawai yang dipekerjakanpun kini bernasib sial. 

Nana mengatakan pemagaran yang dilakukan oleh PT KAI ini membuat masyarakat yang biasa menitipkan motornya tidak lagi menggunakan jasa mereka. 

"Tadinya ini gada pager, terbuka aja. Dipager dari 13 Oktober. Jadi 13 Oktober itu malem, siangnya dia bikin pengumuman bahwa ini akan ditutup," ujarnya saat dijumpai TEMPO dikediamannya, Rabu 20 Desember 2023. 

Kata Nana, sebelum dilakukan penutupan dirinya sudah melakukan beberapa upaya. Salah satunya dengan bersurat ke pemerintah daerah.

"Kita sudah bersurat dari kelurahan, gada respon. Ya itu surat tembusannya ke camat ama walikota," kata dia. 

Bahkan saat itu Nana mengaku mendapat intervensi dari beberapa pihak atas penolakan penutupan akses jalan itu.  

"Saya kan protes lah, saya diintimidasi dateng ke rumah bawa TNI aktif sama mantan paspampres ngakunya. Yang TNI itu memang tentara yang di BKO di kereta api," ujarnya. 

Padahal, kata Nana, dirinya bersama pengelola parkir di lokasi ini bukan merupakan pengelola liar. Merekapun membayar retribusi dan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) untuk Pemerintah Kota Tangsel. 

"Pegawai saya ada 5 orang loh, ada istrinya anak anaknya pada sekolah. Tadinya biasanya perhari motor masuk 400, sekarang paling 100 gada setengahnya. Lahan tempat parkiran kitamah pribadi. Kita juga bayar pajak dari Dinas Pendapatan Daerah," ujarnya. 

Kata Nana pihaknya pun sudah berkomunikasi dengan pihak PT KAI. Namun hal tersebut tidak membuahkan hasil. 

"Sudah sudah komunikasi. Bahkan sempat setor uang agar bisa dibuka ke Kepala Stasiun. Saya sempat dipanggil ke Daop 1 di Cikini, didampingi pak RW, waktu itu emang dia sedang periksa kepala stasiun kalau dia itu sudah menerima suap," ujarnya. 

Senada dengan Nana, Edi pun merintih atas adanya penutupan ini. Kata Edi dirinya hanya ingin menikmati pensiun dengan usaha yang dia miliki. 

"Sekarang sudah pensiun, pengennya punya usaha buat biaya hidup sehari - hari. Ini sejak ditutup ya sepi semua muanya, padahal di stasiun lain engga ada yang ditutup kaya gini," kata Edi. 

Dirinya berharap pihak KAI dan Pemkot Tangsel bisa menemukan solusi atas persoalan ini. Edi mengaku bersedia jika memang terdapat hitung hitungan dalam usaha yang dia jalankan. 

"Kami sudah sampaikan jika memang harus bayar kami akan bayar. Toh itu juga yang parkir disini kan konsumen mereka juga, konsumen PT KAI," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus