Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIAP kaleidoskop menyisakan dua pertanyaan: apa yang sudah tercapai, apa yang meleset. Tahun 2021 masih terasa berat karena pandemi tak kunjung terlihat ekornya. Varian baru virus penyebab Covid-19, Omicron, memang disebut-sebut sudah melemah. Ia tak lagi mematikan ketika menginfeksi. Para ahli memberi harapan bahwa kita segera memasuki masa endemi. Artinya, kita akan hidup bersama virus corona dengan daya tahan tubuh yang lebih kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap virus baru, setiap pandemi, juga pelbagai bencana yang datang silih berganti, selalu mengingatkan bahwa bumi tak sedang baik-baik saja. Virus bersarang di tubuh hewan liar. Mereka meloncat ke tubuh manusia karena mereka kehilangan habitat, yang kita rebut, yang kita okupasi, untuk menopang peradaban dan kemajuan. Sejarah pandemi menunjukkan virus-virus baru muncul tiap kali bumi mencatatkan rekor baru temperatur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan kata lain, problem kita hari ini adalah krisis iklim akibat pemanasan global. Suhu bumi yang naik itu adalah resultante gas rumah kaca di atmosfer akibat kelebihan emisi karbon yang kita produksi untuk menopang peradaban tadi. Maka, jika tak ingin bertemu kembali dengan pandemi berikutnya, krisis baru kelak, kita harus mulai peduli pada masa depannya.
Mahatma Gandhi mengatakan bumi cukup memenuhi kebutuhan kita, tapi tak akan sanggup melayani keserakahan manusia. Sayangnya, kebijakan-kebijakan politik yang paling mungkin bisa menghentikan krisis iklim selalu berjalan lebih lambat dibanding kebijakan lain menghancurkannya.
Kaleidoskop 2021, yang mencatat pelbagai peristiwa penting dan genting, seharusnya menjadi cermin untuk menatap dan menata 2022 yang lebih baik. Selamat Natal dan tahun baru.
Salam dari Palmerah 8.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo