KAMPANYE wajib menabung rupanya tak pandang bulu. Sejak akhir
Januari lalu para wanita tuna susila (WTS) di kompleks Kaliuntu,
Rembang (Jawa Tengah) juga terkena wajib menabung.
Yang pertama punya gagasan Moh. Mundakir, Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Rembang. Setiap WTS diwajibkan menabung minimal Rp 500
per hari, ditarik tiap Kamis. Sedang sang germo Rp 300 ditarik
tiap Sabtu. "Ini untuk masa depan mereka. Kalau tak dituntun,
mereka tak pernah memikirkan masa depan," kata Mundakir.
Di kota Kartini ini sebenarnya ada 2 kompleks WTS. Kompleks
satunya lagi yang namanya menggiurkan: Perkampungan Mardi
Wanita Utama Sarang, tak bisa digarap Mundakir karena bukan
lokalisasi resmi di bawah Dinas Sosial setempat. Namun kompleks
Kaliuntu dengan 12 germo dan sekitar 40 WTS rupanya cukup untuk
dijadikan "sasaran" Mundakir. "Ini proyek percontohan untuk Jawa
Tengah," ucapnya.
Ketentuan wajib tabung ini dijalankan dengan ketat. Para WTS di
Kaliuntu ditargetkan punya "masa kerja" 2 tahun. Setelah masa
kerja habis, uang tabungan diambil dan para WTS bisa pulang
kampung untuk bekerja dengan modal tabungan tersebut. Bagaimana
jika ternyata modalnya kurang? "Ya masa kerjanya bisa
diperpanjang," Mundakir tersenyum.
Selain tabungan wajib ada lagi tabungan himbauan: setiap kali
menerima tamu para WTS dihimbau menabung Rp 500 lagi.
Sistem wajib tabung ini sederhana. Untuk menggampangkan, Tabanas
para WTS itu dijadikan satu atas nama Mundakir. Tiap WTS dan
germo mendapat buku catatan kecil. "Soal pembukuan terjamin,
jabatan saya taruhannya," kata Mundakir. Bagaimana kalau WTS itu
ngacir tanpa menghiraukan tabungannya? "Itu berarti uangnya
jali hak pribadi saya. Habis, itu salah dia sendiri," kata
Mundakir terus terang. Bunga bank juga diakuinya menjadi
keuntungan pribadi.
Ternyata memang banyal WTS yang tak hirau dengan tabungan
mereka. "Saya sendiri menganggapnya setoran keamanan," kata
Ratmi, seorang WTS. Menurut dia "tarip" di Kaliuntu Rp 2000.
Separuh dari jumlah itu menjadi bagian germo. Namun ada juga WTS
yang mengeluh karena tabungan tak bisa diambil setiap saat.
"Yang namanya tabungan mestinya kan bisa diambil. Kalau lagi
sepi tamu kami kan tetap perlu makan," kata seorang di
antaranya.
Yang aneh tabungan para germo. Ternyata uang simpanan mereka
bukan menjadi hak mereka, tapi untuk membiayai urusan kompleks.
Misalnya untuk dana keamanan, membuat selokan dan untuk menjamu
para pejabat yang meninjau lokalisasi ini . . .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini