Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Persaingan sang dukun

Dukun Suparno sakit hati karena ulah teman seprofesinya, dukun sumardjo, keduanya tinggal di kudus. puncak persaingan antara kedua dukun itu, berakhir dengan terbunuhnya sumardjo oleh suparno. (ina)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Persaingan sang dukun
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PELANGGARAN kode etik perdukunan ternyata berakibat fatal. Itu terbukti di Kudus, Jawa Tengah. Awal ceritanya, dukun Suparno di Desa Pasuruhan Kidul, Kecamatan Jati, Kudus, sakit hati karena ulah teman seprofesihya, dukun Sumardjo. "Dukun Sumardjo dengan ilmunya merusak ilmu saya, bahkan menyakiti istri saya secara diam-diam," cerita Suparno, 45 tahun, pada TEMPO. Kalau cuma karena itu saja, Suparno dengan ilmunya bisa melawan. Yang menggusarkannya: Sumardo dianggapnya sudah kelewatan. "Dia curang, kendi untuk praktek saya dipecahkannya," tutur Suparno. Padahal kendi wasiat ini pemberian guru Suparno. "Tanpa kendi itu, bagaimana saya bisa praktek?," tambahnya. Yang rupanya juga membikin geram Suparno: praktek Sumardjo mendadak jadi laris. Karena itulah ia kemudian bertekad menghajar Sumardjo. Kesempatan itu diperolehnya awal Januari lalu. Sumardjo, 55 tahun, yang seharian praktek dengan pasien yang melimpah, baru sempat memandikan 3 ekor kerbaunya di sungai pada malam hari. Pulangnya, Suparno mencegat. Dengan sebilah arit panjang ia menghantam Sumardjo berkali-kali. Korban sempat berteriak: "maling . . . maling" sebelum terkapar dan ditinggalkan Suparno. Para tetangga yang mendengar teriakan berhamburan keluar, terrnasuk Suparno yang pura-pura kaget. Ia ikut menggotong tubuh Sumardjo untuk diangkut ke rumah sakit. Esok harinya Sumardjo meninggal. Menutupi ulahnya, Suparno ikut sibuk. Ia mondar-mandir ke berbagai radio swasta memberitahu kematian Sumardjo. Ini menimbulkan keheranan para tetangga karena biasanya kedua dukun ini tidak akur. Kecurigaan ini dilaporkan polisi. Suparno diringkus. Dan mengaku. Ditemui di tempat tahanannya pekan lalu ia berkata "Mulai sekarang saya menghentikan pekerjaan sebagai dukun".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus