INI juga cerita tentang perdukunan. Alkisah, pada pertengahan
1981, Hermansyah Murahman diang kat anak oleh seorang penduk
Tanjunggunung-- 140 km dari Ketapang, Kalimantan Barat -- karena
berhasil menyembuhkan sakit panas anaknya.
Di sini praktek perdukunan anak muda ini berkembang pesat. Dia
menyatakan sanggup mengobati sakit mata, pitam, amandel, usus
buntu, para-paru, jantung sampai pun kanker. Oh, ya: sakit
lumpuh juga sanggup disembuhkannya. Cara pengobatannya: pasien
dirabun dengan asap dupa kemenyan dan diberi air penawar yang
dijampi dengan batu kali dan selembar kain kuning bertuliskan
kalimat syahadat.
Hermansyah juga mengaku bsa menulis huruf Arab "kalau sudah
dalam keadaan tak sadar". Menurut dia, dalam keadaan kesurupan
ia kerasukan jin bernama Dewi Sakti, piaraan orang tuanya yang
juga dukun.
Kehebatan Hermansyah yang semula bernama Ah mad itu terdengar
sampai kota Ketapang. Apalagi setelah ia membedah seorang pasien
berpenyakit gondok dengan pisau lipat. "Isinya seperti ampas
kelapa," cerita Hermansyah. Setelah dibedah, pasien cukup
dibubuhi obat merah dan diplester.
Maka berdatanganlah warga Ketapang ke Tanjunggunung. Salah satu
di antaranya adalah Zukri,- 46 tahun, karyawan Pemda Ketapang.
Zukri melihat lidah Hermansyah ada belang hitamnya. Sang dukun
ternyata juga punya bekas luka kecil di jidat. Maka Zukri pun
yakin, Hermansyah tak lain adalah Penemb ahan Gusti Muhammad
Saunan, Raja Kerajaan Matan (Ketapang) yang "hilang" waktu zaman
pendudukan Jepang. Apalagi ternyata Hermansyah suka makan kue
klepon dan roko-roko, penganan dari ketan yang juga kedoyanan
penembahan. Ada lagi: seperti penambahan, kalau Hermansyah
merokok baru separuh batang diisap rokok terus dibuang.
Begitulah Hermansyah lantas dianggap sebagai Raja Ketapang yang
hilang. Rupanya orang tak peduli akan perbedaan usia keduanya:
Hermansyah baru berumur 20 tahun, sedang Panembahan Saunan
tatkala ditahan Jepang pada 1943 sudah berusia 40 tahun.
Pertengahan Agustus lalu, Kores Ketapang yang menerima laporan
Puskesmas atas pembedahan Herrnansyah - yang ternyata
menimbulkan infeksi. Petugas segera dikirim untuk menjemputnya
guna ditanyai. Berita tentang kedatangan "Panembahan Saunan" ini
ternyata menggemparkan kota ketapang. Ribuan orang
mengelu-elukannya hingga Hermansyah tak sempat langsung dibawa
ke kantor polisi.
Zukri yang menyambut paling hebat. Pagar sampai tangga rumahnya
dibentangi kain kuning. Sebuah kamar disiapkan untuk "sang
penembahan" dengan sprei dan kelambu warna kuning. Segala macam
penganan dari ketan juga disiapkan. Kaca jendela rumah sarnpai
pecah diterjang orang yang ingin melihat kembalinya sang Raja.
Penembahan Saunan memang dicintai rakyatnya. Potretnya sampai
kini masih menghiasi rumah penduduk. Sebagian besar penduduk
memang yakin sang penembahan masih hidup.
Khawatir kehebohan itu berlarut, polisi segera menciduk
Hermansyah. Dia kemudian bahkan diajukan ke pengadilan dengan
tuduhan, antara lain melakukan tindakan medis tanpa izin serta
menggunakan nama Panembahan Saunan. Januari lalu Pengadilan
Negeri Ketapang menjatuhkan hukuman 24 bulan potong tahanan pada
Hermansyah.
Hermansyah sampai sekarang tidak merasa bersalah karena merasa
tidak pernah mengaku sebagai Penembahan Saunan. "Saya tergamam
saja. Orang bilang saya ini raja, tuanku penembahan. Padahal
saya tidak tahu siapa penembahan itu," ujarnya pada TEMPO di
Lembaga Pemasyarakatan Ketapang. Hebatnya, sampai sekarang
sebagian penduduk Ketapang masih tetap percaya sang dukun
Hermansyah adalah Raja Ketapang yang hilang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini