Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PETUAH itu terus saja berdenging di telinga Amien Rais, calon presiden dari Partai Amanat Nasional (PAN). Meski sering mondar-mandir Jakarta-Yogya, Amien belum punya kesempatan khusus menyimak saran para kolega dekat dan pendukungnya. Banyak nasihat, juga kritik, disimaknya serius sambil menyantap hidangan di Rumah Makan Nyonya Suharti, Yogyakarta, Ahad pekan lalu.
Nasihat penting datang dari Ichlasul Amal, sejawatnya yang bekas Rektor Universitas Gadjah Mada. Violis itu mengingatkan, jalur "Amien Rais for President" tidaklah semulus jalan tol. Amien bisa terjungkal pada putaran pertama pemilihan langsung Presiden RI, 5 Juli nanti. Apalagi jika dia tak punya kaki politik yang kuat.
Ichlasul lalu menyodorkan resep: Amien harus menarik gerbong kubu politik Islam. "Asal jangan menjadi tokoh radikal atau fundamentalis," ujarnya. Esoknya, di Jakarta, Amien kedatangan tamu 30 organisasi Islam yang tergabung dalam Gerakan Muda Umat Islam. Di sana ada wakil Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia, Pelajar Islam Indonesia, dan sebagainya.
Kepada para utusan itu, Amien meminta doa agar menemukan pasangan yang tepat. Setidaknya, kata dia, harus ada perpaduan senyawa kimia yang pas. Dan ini yang penting: laku di bursa pemilu. Tapi Amien sendiri sudah punya pilihan sikap. "Bangsa kita adalah bangsa majemuk," ujarnya. Maka, dia menyodorkan resep klasik: Islam harus bergandeng dengan kubu nasionalis.
Lalu, banyaklah tokoh yang dikategorikan "kubu nasionalis" masuk incaran tim sukses Amien. Sebelum pemilu legislatif, Amien sudah melirik tokoh Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono?alias SBY. Bahkan banyak kalangan di luar PAN berharap keduanya bisa bersatu. "Kombinasi itu bisa mengancam Megawati," ujar Rizal Mallarangeng, analis politik dari Freedom Institute, beberapa waktu lalu.
Sayangnya, perolehan suara PAN melorot di bawah Partai Demokrat, kereta politik SBY. Untuk sementara PAN hanya beroleh suara 6 persen, sedangkan Demokrat satu persen di atasnya. Perjodohan politik itu menjadi mustahil. SBY malah maju ke bursa presiden, bergandengan dengan Jusuf Kalla. Bagi Amien, persaingan jadi makin tajam. Apalagi, di medan laga masih ada Megawati Soekarnoputri, plus Jenderal (Purn.) Wiranto yang mencuat dari Partai Golkar.
Mungkin menengok realitas politik itu, Ichlasul Amal memberi nasihat tersebut. Apalagi Amien sempat mencuat lewat manuver Forum Bersama untuk Menyelamatkan Bangsa, bersama Abdurrahman Wahid dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Hidayat Nur Wahid dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tapi forum itu sendiri sulit disebut koalisi kompak. Amien juga merasa mubazir jika calonnya dari kubu Islam. "Itu namanya incest politics," ujarnya.
Gagal menggaet SBY, Amien masih tetap menjaring wakil dari kelompok nasionalis, baik sipil maupun militer. Wakil Direktur Kampanye Amien Rais, Eddy Soeparno, menyebutkan ada sepuluh nama yang masuk daftar usulan dari Rapat Kerja Nasional PAN di Makassar tahun lalu. "Daftar nama itu bisa lebih panjang," katanya. Setelah SBY, kandidat dari militer yang lain pun mulai dibidik tim sukses Amien.
Tapi, seperti diakui Amien, menarik militer bukan pekerjaan mudah. Yang masih aktif tak gampang dicabut dari dinasnya. Misalnya Panglima TNI Endriartono Sutarto, atau KSAD Ryamizard Ryacudu, atau sebutlah Pangkostrad Bibit Waluyo. "Kode etik keprajuritan tak bisa begitu saja meninggalkan tugas," kata Amien. Sementara itu, dari kalangan pensiunan militer pun tak banyak kandidat yang cukup syarat.
Begitu juga Agum Gumelar. Menteri Perhubungan itu sempat ramai digunjingkan bakal berpasangan dengan Amien. Dalam urusan sekondan ini, mereka sudah dua kali bertemu muka. Tapi, bekas orang nomor satu di Komando Pasukan Khusus itu, kata Amien, tak lepas dari kode etik militer pula. Misalnya, Agum tak bisa begitu saja lepas dari kabinet.
Dari sudut pandang Agum, kata Amien, presiden selaku panglima tertinggi sedang kerepotan ditinggal dua menteri koordinator, yaitu Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono. "Masa, mau ditambah satu menteri lagi," ujar Amien.
Ternyata, bagi Amien, dunia kaum nasionalis sangat luas. Tim suksesnya pun beralih ke Siswono Yudhohusodo. Siswono, menurut tim sukses Amien, bukanlah nama baru. Sementara SBY kandidat militer nasionalis terbaik versi PAN, Siswono adalah yang paling top dari sipil. "Siswono adalah nasionalis kelas satu," ujar Eddy Soeparno. Siswono pun sudah lolos syarat internal calon wakil presiden dari PAN.
Bertemulah kedua tokoh itu, Selasa pekan silam. Siswono, bekas Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan bos Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), mengatakan sangat menghargai upaya Amien meminang dirinya. "Tapi saya juga dicalonkan sebagai presiden oleh Partai Sarikat Indonesia (PSI)," ujarnya. Siswono memang masih menimbang lamaran Amien. Sampai Sabtu pekan silam, ia belum resmi menolak.
Satu sumber yang cukup dekat dengan Siswono menyebutkan, selain PSI, banyak partai kecil menyokong Siswono. Antara lain Partai Penegak Demokrasi Indonesia dan PNI Marhaenisme pimpinan Sukmawati Soekarnoputri. Bahkan dua tokoh di kubu nasionalis lain, kata sumber itu, seperti Rachmawati Soekarnoputri dan Eros Djarot, juga mendukung Siswono sebagai calon presiden. "Kalau ditotal, suara mereka sekitar 5 persen," ujar sumber itu. Gerbong itu diharapkan mewakili kelompok proreformasi yang tak puas dengan pemerintahan Megawati.
Misalkan Siswono bergabung dengan Amien Rais, bagaimana peluang mereka? Peneliti politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Dr. Rizal Sukma, mengatakan sulit menebak hasilnya. Yang pasti, Amien Rais didukung suara Muhammadiyah. Menurut dia, dengan siapa pun Amien bergandeng, pertarungannya tetap di figur calon presiden. Jadi, wakil berfungsi menambah perluasan dukungan dari kubu politik lain.
Apalagi, kata Rizal, suara Muhammadiyah lebih cair ketimbang, misalnya, Nahdlatul Ulama (NU). Kelebihan NU, yang berbasis di pedesaan, suara pendukungnya bisa dilimpahkan total kepada kandidat tertentu yang ditunjuk ulama NU. Sedangkan Muhammadiyah, berdasarkan penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI), terpecah-pecah. Rizal sendiri memperkirakan, "Hanya 32 persen suara warga Muhammadiyah yang solid untuk PAN."
Meski begitu, pemilihan langsung presiden punya logika berbeda dengan legislatif. "Selain dukungan mesin organisasi, ketokohan sangat penting," ujar Rizal. Dukungan kubu Islam tentu tak bisa disepelekan. Jika Amien memilih merapat ke kubu nasionalis, tentu ada reaksi. PKS, misalnya, menyatakan pikir-pikir jika Amien menggandeng nasionalis.
Menurut Rizal, PKS bakal mendukung penuh jika Amien memilih wakil dari kubu Islam. Apalagi, meski belum sikap resmi, santer terdengar PKS terbelah antara mendukung Amien Rais atau Wiranto. Tapi, menurut pejabat teras PKS, tak ada pembelahan itu. Sikap partai itu belum final. Mereka masih menunggu keputusan rapat Majelis Syuro, Sabtu sampai Ahad ini.
Mereka juga menunggu hasil calon wakil presiden PAN. "Siapa yang lolos, apakah nasionalis atau Islam," kata Wakil Ketua Umum PKS, Al-Muzzammil Yusuf, kepada Adek M. Rosa dari TEMPO. Masalahnya, masa pendaftaran paket calon presiden dan wakil presiden kian dekat. Setelah menengok kanan-kiri, Amien Rais tentu harus segera mengambil keputusan penting.
Nezar Patria, Widiarsi Agustina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo