Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari sudah siang, kesibukan di kompleks gedung MPR sudah dimulai. Namun, bangunan bertingkat empat itu senyap. Para petugas keamanan di lobi tetap melek, biarpun pengunjung sepi.
Gedungnya sendiri terlihat gagah dan mewah. Berada di sebelah utara bangunan Nusantara V MPR, bangunan anyar ini didominasi warna krem. Terbagi dua gerumbul, sayap kiri dan sayap kanan. Dari luar, gedung ini tampak siap dipakai. Nah, inilah gedung buat para anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), senator yang terpilih dari seluruh pelosok Indonesia. Luasnya lebih dari 19 ribu meter persegi.
Memasuki lobi, sesudah melewati pos penjagaan dan menjawab sederet pertanyaan petugas yang membosankan, aura berbenah masih terasa di gedung ini. Lihat, puluhan kursi empuk masih bertumpuk dengan plastik yang belum dilepas, teronggok beku di lobi, belum diangkut ke ruangan-ruangan yang telah disediakan. Berjalan terus ke sayap kiri, inilah Gedung A, yang disediakan sebagai ruang kerja para senator. Ruangan-ruangan di sektor ini sudah rapi. Lantainya marmer dengan wall paper berwarna krem. Di atas pintu-pintunya, nomor-nomor ruangan bergantungan.
Menurut Sekretaris Jenderal MPR, Rahimullah, di Gedung A ini ada 34 ruangan sekretariat DPD berdasarkan provinsinya. Tiap DPD akan mendapat jatah satu ruang sekretariat dan empat ruang untuk tiap anggota DPD provinsi. Di ruang sekretariat, akan disediakan dua operator komputer dan petugas administrasi bagian umum. Ruang-ruang kerjanya sendiri sudah selesai. ”Tinggal disusun personel administrasi, yang mahir komputer dan ahli tata usaha,” kata Rahimullah.
Tapi, belum ada personel yang dijanjikan. Bahkan para senator yang kebagian ruang kerja di lantai atas mesti rela berolahraga naik-turun. Apa boleh buat, lift yang jadi penghubung antar-lantai belum beres. Menurut Rahimullah, karena lift dipesan dari luar, baru sepuluh hari lagi akan datang. Padahal, sejak Jumat minggu lalu, 128 senator dari seluruh Indonesia sudah mulai ngantor di gedung senilai Rp 58 miliar ini.
Menurut Darsono, karyawan PT Otis Citas Elevator, perusahaan yang ditunjuk untuk mengerjakan lift, paling tidak butuh waktu seminggu agar lift siap. Ini karena dudukan untuk mesin penggerak lift tidak pas. Kelambanan ini membuat pekerjaan Purwanto, pekerja bagian finishing, jadi tertunda. Pria ini mestinya sudah beres memasang keramik di ruang lift.
Lepas dari kelambanan teknis soal lift, Rahimullah menyebut secara keseluruhan bangunan itu sudah bisa digunakan. Dibiayai dari dana APBN 2003-2004, keberadaan gedung DPD merupakan konsekuensi logis dari disahkannya kedudukan DPD tahun 2002. Menurut Djoko Lambang, manajer proyek pembuatan gedung ini, pengerjaan gedung dilakukan sejak 8 Agustus 2003 dan akan berakhir November 2004.
Anggota DPD terpilih, Irman Gusman, yang juga bekas Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR periode lalu, berharap segala persoalan teknis ini bisa beres sebelum masa persidangan. Lebih dari itu, ia memandang keberadaan gedung baru ini sebagai kewajaran dan bentuk penghargaan kepada para wakil daerah terpilih. ”Ini semua kan agar kami bisa bekerja dengan lancar,” tuturnya.
Nun di lantai paling atas gedung bagian B, teronggok sebuah meja keamanan. Pada tubuhnya tertempel cap tahun inventarisasi, bulan VII tahun 2001. Laci kanan meja terlihat patah dan belum dibetulkan. Padahal, menurut Rahimullah, anggaran furnitur gedung baru ini makan biaya hingga Rp 7 miliar. Apakah meja bekas ini termasuk pembelian baru?
Agus Hidayat, Indra Darmawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo