Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Abdul Wahid Maktub, punya kesibukan baru. Sejak pekan lalu, Wahid Maktub harus bolak-balik ke kantor pusat Al-Jazeera di Doha, Qatar. Soalnya, stasiun Al-Jazeera baru saja menayangkan video penyanderaan dua pekerja wanita Indonesia di Irak. Dari tayangan Al-Jazeera, dua sandera itu diidentifikasi sebagai Rosidah binti Anom dan Rafikan binti Anim. Tak ada informasi lain. "Kami tak punya kontak selain Al-Jazeera," ujar Wahid. Tapi Wahid berjanji melakukan negosiasi untuk membebaskan kedua sandera.
Penyanderaan Rosidah dan Rafikan langsung menuai perhatian publik Indonesia. Maklum, Irak kini menjadi negeri antah-berantah yang "tak berhukum". Sejak jatuhnya pemerintahan Saddam Hussein tahun lalu, tercatat 140 warga negara asing telah diculik. Dan 26 orang di antaranya dipastikan telah dieksekusi. Untuk mendiskusikan pelbagai langkah untuk membebaskan Rosidah dan Rafikan, wartawan Tempo Setiyardi dan Johan Budi S.P. mewawancarai Duta Besar RI di Qatar, Abdul Wahid Maktub, lewat sambungan telepon internasional.
Berikut kutipannya:
Apa yang dilakukan Kedutaan Besar RI di Qatar untuk membebaskan dua TKW Indonesia di Irak itu?
Penculikan ini tak cuma menimpa warga negara Indonesia. Nah, karena itu kita berusaha mendapat informasi dari duta besar negara-negara yang pernah mengalami penculikan di Irak. Tadi malam, saya melakukan ambassador gathering di rumah saya. Beberapa duta besar yang warganya pernah diculik di Irak—seperti Filipina, Nepal, dan Korea—ikut hadir. Saya mempelajari kejadian yang menimpa warga mereka. Kami juga bertukar pikiran. Nepal, misalnya, mereka gagal membebaskan 12 sanderanya. Semua mati ditembak. Sedangkan Filipina berhasil membebaskan warganya yang juga diculik di Irak. Kesimpulan saya, bila negara serius berusaha membebaskan, para penyandera akan melunak. Lihatlah Filipina yang presidennya terlibat secara aktif.
Mengapa Nepal gagal menyelamatkan warganya yang disandera?
Karena persoalan komunikasi yang tak optimal. Negara Nepal sepertinya tak terlalu peduli. Nah, kita harus memetik pelajaran dari kegagalan Nepal itu. Saya mengharapkan Presiden Megawati bisa melakukan sesuatu. Respons yang baik dari pemerintah Indonesia akan membuat penyandera lebih lunak. Kalau tidak diperhatikan, mereka bertambah keras.
Indonesia tak terlibat koalisi dengan Amerika. Mengapa warga kita diculik?
Secara umum Indonesia memang tidak tersangkut langsung dengan peristiwa di Irak. Namun kasus penculikan di Irak memang tak sebatas pada warga negara yang negerinya ikut membantu Amerika secara langsung. Negara yang juga memberikan "dukungan" kepada Amerika, seperti Mesir, juga mereka culik. Tapi motivasi penculikan warga Indonesia ini belum jelas benar. Kita sedang menggali apa kemauan mereka. Soalnya, ada banyak kelompok militan di Irak, seperti Jihad wa Tauhid dan Tentara Islam.
Apakah Anda mendapat informasi dari Al-Jazeera?
Pihak Al-Jazeera tak bisa memberikan kontak ke para penculik itu. Al-Jazeera memang tak berhubungan dengan me-reka. Para penculik hanya menggunakan Al-Jazeera untuk menyiarkan video penculikan itu. Soal bagaimana cara Al-Jazeera mendapatkan videonya, saya tak tahu sama sekali.
Benarkah penyandera menggunakan bahasa Indonesia beraksen Arab?
Ya, di antara mereka ada yang berbahasa Indonesia. Ada dua kemungkinan menurut saya, para penyandera itu orang Arab yang pernah tinggal di Indonesia atau orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Irak. Kami sedang mencari tahu.
Mungkinkah motif penculikan ini hanya sebatas tebusan?
Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Tetapi hingga kini kami belum mendapat informasi yang jelas soal motif penculikan itu. Kami berharap dapat melakukan kontak langsung dengan para penyandera. Saya juga sudah meminta Menteri Hassan Wirajuda mencari keluarga sandera. Bila kita bisa menyiarkan harapan keluarga sandera, itu akan mempermudah pembebasan. Apalagi kita tahu bahwa dua pekerja itu hanya mencari nafkah di Irak. Mereka tidak bekerja untuk Amerika Serikat.
Apakah Anda sudah mendapat sedikit titik terang tentang para penculik?
Sebenarnya seorang staf lokal kedutaan secara tak sengaja ikut masuk mailing list para penyandera (Jihad wa Tauhid). Dari kiriman e-mail di milis itu, dijelaskan mengapa mereka melakukan penculikan dan eksekusi. Rupanya mereka menjadikan penculikan sebagai bentuk balasan untuk Amerika dan sekutunya. Aksi penculikan ini mungkin dianggap cukup efektif untuk menekan Amerika. Mereka tidak main-main. Beberapa orang yang diculik bahkan sudah dieksekusi. Dalam tayangan video juga jelas, sebelum dieksekusi sandera ditanya baik-baik. Penculik menanyakan kesalahan para sandera dan negaranya. Prinsip penculik, jika negara sandera mendukung Amerika, baik secara terang-terangan maupun secara halus, si sandera layak dihukum. Gaya mereka seperti yang dilakukan Hamas di Palestina. Kalau kita paham bahasa Arab, kita tahu bahwa mereka sangat profesional.
Apakah sandera Indonesia sudah dibahas di milis para penculik?
Belum, sandera Indonesia sama sekali belum disebut-sebut di milis tersebut. Mereka sudah membicarakan alasan aksi mereka. Mereka juga telah membicarakan mengapa beberapa sandera, seperti dari Korea dan Mesir, akhirnya dieksekusi. Mereka bilang hal itu untuk mencegah jatuhnya korban yang lebih besar. Soalnya selama ini koalisi yang dipimpin Amerika telah salah sasaran. Banyak orang tak berdosa, anak-anak, orang tua yang mati akibat bom Amerika. Nah, para penculik yakin aksi mereka akan efektif. Buktinya mereka berhasil mengusir tentara Israel dari Libanon dengan cara-cara seperti ini. Mereka berharap sukses di Libanon itu akan terulang di Irak. Ini merupakan cara perlawanan karena dari segi personel militer dan persenjataan mereka jauh tertinggal.
Bagaimana sikap para penyandera?
Para sandera selalu berharap dapat mati syahid. Tapi mereka berusaha tak melukai orang yang lemah dan tak bersalah. Makanya, selama ini mereka memperlakukan sandera dengan sangat baik. Saya yakin mereka juga akan memperlakukan dua TKW kita dengan cara yang sangat santun. Apalagi yang mereka sandera adalah perempuan. Selain itu, saya yakin para penyandera tahu bahwa selama ini negara Indonesia sangat peduli pada nasib rakyat Irak. Jadi, kalau sekarang kita jadi sasaran, pasti ada hal-hal lain yang harus diungkapkan. Saat ini saya sedang mempelajari bagaimana dan mengapa mereka melakukan penyanderaan dan eksekusi. Yang pasti, mereka mau juga melakukan negosiasi dengan cara yang sangat hati-hati namun keras. Lihatlah sandera asal Filipina dan Italia yang akhirnya dibebaskan. Negosiasinya itu dilakukan di Doha, Qatar.
Bagaimana cara mereka bernegosiasi?
Memang harus ada instrumen untuk melakukan tawar-menawar dengan mereka. Saya melihat tawar-menawar itu dominan dilakukan di Qatar. Kita harus mengirim pesan ke mereka. Masalahnya, Al-Jazeera mengaku tidak mempunyai hubungan dengan para penculik. Biasanya, Al-Jazeera hanya mengirim pesan melalui e-mail atau berita yang mereka buat. Misalnya, dengan mewawancarai ulama-ulama besar yang mengimbau agar para sandera itu dibebaskan.
Apakah Anda berharap ulama Indonesia terlibat?
Ya, saya berharap ulama Indonesia terlibat. Saya mendengar Departemen Luar Negeri meminta Gus Dur ikut. Hal ini bisa sangat mempengaruhi sikap penyandera. Apalagi kalau kita membeberkan persoalan syar'i yang benar. Harapan kami para ulama dan pejabat bisa memberikan pernyataan bahwa WNI yang ada di Irak tidak dalam rangka mendukung siapa-siapa. Contohnya, wartawan Prancis dibebaskan setelah ada imbauan para ulama dan pejabat Prancis bahwa wartawan itu tidak ada kaitannya dengan Amerika maupun perang di Irak.
Sebenarnya bagaimana citra Indonesia di Irak?
Saya bergaul dengan berbagai kalangan. Mayoritas warga negara-negara Arab memandang Indonesia cukup positif. Bahkan dalam beberapa khotbah Jumat yang disampaikan ulama besar, Indonesia kerap dipuji-puji. Mereka bilang Indonesia tegas, tapi tidak keras. Soal Israel, misalnya, mereka sangat respek dengan sikap Indonesia yang tak mau membuka hubungan diplomatik. Bagi mereka itu penting, karena Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Padahal ada negara di Timur Tengah yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Siapa saja ulama yang menyukai Indonesia?
Salah satunya Yusuf Qardhawi. Beliau ulama besar yang sangat berpengaruh. Tadi siang saya salat Jumat bersama Yusuf Qardhawi. Asistennya memperkenalkan saya sebagai duta besar Indonesia. Beliau menjabat tangan saya dengan sangat erat.
Apakah Anda akan meminta Yusuf Qardhawi membantu membebaskan sandera kita?
Ya, saya memang berpikir akan meminta bantuan beliau. Yusuf Qardhawi adalah ulama yang sangat berpengaruh. Saya yakin kata-katanya akan sangat didengar oleh para penyandera. Saya akan menghubungi beliau.
Sebenarnya berapa jumlah pekerja Indonesia di Irak?
Saya tak tahu jumlahnya. Kita tak punya data pasti soal itu. Yang jelas, sejak Pe-rang Irak berkecamuk, pemerintah Indonesia melarang warga negara kita masuk ke sana. Soal jumlah pekerja ini memang rumit. Di Qatar pun saya tak tahu persis jumlahnya karena banyak yang masuk secara ilegal. Yang saya dapat hanya data dari pemerintah Qatar yang me-nyebut jumlahnya se-kitar 18 ribu.
Apa yang bisa kita petik dari peristiwa pe-nyanderaan ini?
Saya tak menerima penyanderaan ini. Tapi saya bisa merasakan perasaan para penyandera. Hal ini terjadi karena brutalitas tentara Amerika kepada rakyat Irak sudah sangat keterlaluan. Banyak rakyat Irak, bayi, anak-anak dan wanita menjadi korban kekejaman tentara Amerika. Itu yang tidak pernah diungkap secara luas oleh media. Mereka, Jihad wa Tauhid, memperlakukan sandera dengan baik dan sopan. Dalam tayangan yang pernah saya lihat para penyandera menjelaskan mengapa mereka melakukan penyanderaan. Mereka sopan dan tidak kasar seperti yang digambarkan selama ini. Dalam video berbahasa Arab mereka bilang, "Kami sebetulnya tidak mau melakukan hal ini. Kami terpaksa melakukannya karena saudara kami, anak-anak kami, dibantai oleh tentara Amerika dengan kejam. Qishas merupakan hukum Tuhan."
Abdul Wahid Maktub
Tempat, Tanggal Lahir:
- Bangkalan, 14 Agustus 1963
Pendidikan:
- Hubungan Internasional UGM (lulus tahun 1990)
Karier:
- Ketua Departemen Luar Negeri DPP Partai Kebangkitan Bangsa (2000—sekarang)
- Konsul Jenderal RI di Jeddah (2001-2002)
- Duta Besar RI untuk Qatar(2002—sekarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo