Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kematian enam pengawal Rizieq Syihab berawal dari bentrokan mobil mereka dengan polisi di sekitar kilometer 50 jalan tol Cikampek.
Polisi menyatakan rombongan pengawal hendak menyerang petugas dengan senjata tajam dan senjata api, sehingga terjadi baku tembak.
FPI menyatakan tidak ada anggotanya yang membawa senjata tajam dan senjata api.
JAKARTA – Penembakan terhadap enam anggota pengawal Rizieq Syihab berawal dari bentrokan mobil yang digunakan polisi dan pengiring pemimpin Front Pembela Islam tersebut. Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Inspektur Jenderal Fadil Imran, mengatakan mobil petugas dipepet saat menguntit rombongan yang terdiri atas sembilan mobil tersebut di jalan tol Cikampek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas mengeluarkan tembakan peringatan ke udara sebelum menembak ban mobil yang ditumpangi anggota laskar pembela Islam itu. Mobil itu terhenti di sekitar kilometer 50 di Karawang. Menurut Fadil, terdapat sepuluh laki-laki yang kemudian keluar dari mobil itu dan mencoba menyerang enam petugas dengan senjata tajam dan senjata api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Anggota yang terancam keselamatan jiwanya karena diserang kemudian melakukan tindakan tegas," kata Fadil di kantornya, kemarin siang. Polisi membalas tembakan itu dengan menewaskan enam orang, sementara empat lainnya melarikan diri.
Tidak ada korban di pihak polisi, kecuali mobil yang rusak kena pepet dan kaca depannya tertembus peluru. Dari mobil pengawal Rizieq, petugas menyita senjata dua revolver Colt, 20 peluru, celurit, katana, tongkat runcing, dan pedang lengkung.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat, menyalahkan keputusan pengawal Rizieq yang menyerang petugas. Terlebih, posisi penguntit saat itu tidak membahayakan mereka karena hanya ada enam petugas dalam satu mobil. "Mereka sudah tahu itu mobil polisi yang tidak melakukan apa pun, tetapi malah menyerang," ujarnya.
Polisi mengantongi bukti lain berupa rekaman suara yang diduga berisi percakapan para pengawal Rizieq. Dalam rekaman sepanjang 19 menit itu tergambar sejumlah instruksi selama perjalanan. Di awal rekaman, misalnya, ada omongan untuk menabrak Avanza hitam yang mereka duga akan mengganggu iring-iringan. Namun hal itu langsung dibantah pembicara lain yang meminta untuk menunggu perkembangan situasi. Menjelang akhir rekaman, para pengawal tertawa-tawa karena merasa berhasil mengelabui para penguntit.
Ambon, nama panggilan satu dari enam korban tewas, beberapa kali disebut di rekaman. Ia, misalnya, diminta untuk memperlambat laju mobilnya. Di detik-detik akhir, seorang pembicara mendengar kabar adanya penembakan. Dia meminta Ambon memberi respons, tapi tidak ada jawaban.
Sekretaris Umum FPI Munarman mengatakan Rizieq tengah melakukan perjalanan ke pengajian keluarga di tempat yang mereka rahasiakan. Mengajak serta anak, mantu, hingga cucu yang masih bayi dan balita, mereka naik empat mobil. Laskar pengawal menggunakan empat mobil lain.
Munarman merasa tindakan mereka menghalangi penguntitan sebagai hal yang sepatutnya dilakukan pengawal. Namun nada bicara Munarman melonjak saat mengomentari penyerangan petugas. "Fitnah besar bahwa laskar kami disebut membawa senjata api dan terjadi baku tembak," katanya di kantor FPI di Petamburan. Dia menyatakan semua anggota laskar dilarang membawa senjata tajam, senjata api, dan bahan peledak.
Dia menampik keterangan polisi soal baku tembak yang menewaskan enam rekannya di jalan tol Cikampek. Munarman mengidentifikasi kejadian menjelang pintu keluar Karawang Timur, sekitar 3,2 kilometer di timur kilometer 50. Dari keterangan anggotanya berselang dua jam setelah kejadian, mereka tidak mendapati jenazah ataupun keramaian polisi.
Seorang korban sempat mengirim rekaman suara rintihan rekannya yang ditembak. Munarman menduga polisi membawa mereka ke tempat lain sebelum mengeksekusi.
Warga sekitar gerbang tol Karawang Timur mengatakan tidak mendengar suara baku tembak dan keramaian polisi pada Senin dinihari. "Semalam tidak terdengar ribut-ribut," kata Drajat Hasibuan, tukang tambal ban.
Euis Julianti, pedagang, juga tak mendengar suara keramaian ataupun sirene polisi dan ambulans. "Sepi, biasa saja," katanya.
GANGSAR PARIKESIT | JULNIS FIRMANSYAH | LANI DIANA | M. HISYAM LUTHFIANA (KARAWANG)
Bentrokan Senyap di Jalan Tol Cikampek
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo