Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Karena Ambulans Bukan untuk Membawa Jenazah

Supriyadi terpaksa membopong jenazah keponakannya.

26 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cuplikan video Supriyadi membopong jenazah keponakannya di Puskesmas Cikokol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria itu melangkah dengan hati masygul saat meninggalkan Puskesmas Cikokol, Kota Tangerang. Dia terpaksa membopong jenazah keponakannya karena tidak mendapat pinjaman ambulans. Sedangkan untuk menyewa kendaraan, dia tidak memiliki uang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya tidak punya pilihan. Pokoknya jenazah keponakan saya harus dibawa pulang. Bagaimanapun caranya," kata pria bernama Supriadi itu saat ditemui di kediamannya, kemarin. Pria berusia 42 tahun itu tinggal di Kampung Kelapa, sekitar 1 kilometer dari Puskesmas Cikokol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keponakan Supriyadi bernama Husein. Usianya baru 9 tahun. Bocah itu tewas tenggelam di Sungai Cisadane pada Jumat lalu. Saat itu Husein dan teman-temannya tengah bermain di pinggir sungai. Arus Cisadane yang deras karena habis hujan menyeret Husein dan kawannya yang bernama Fitrah, 12 tahun. Mereka ditemukan tewas beberapa jam kemudian oleh Tim SAR.

Jenazah Fitrah langsung dibawa pulang oleh keluarganya untuk dimakamkan di Yogyakarta. Sedangkan jasad Husein dibawa ke Puskesmas Cikokol. Supriyadi segera datang ke puskesmas setelah mendengar kabar jenazah Husein ditemukan. "Menjelang magrib, jenazah hendak saya bawa pulang," kata Supriyadi. "Mau pinjam ambulans puskesmas, tapi kata petugas tidak bisa untuk membawa jenazah."

Petugas itu, kata Supriyadi, mengatakan ambulans hanya bisa digunakan dalam keadaan darurat untuk membawa orang sakit. Misalnya mengantar pasien rujukan ke rumah sakit. Mendengar jawaban itu, Supriyadi pun hanya terdiam.

Supriyadi hanya bekerja sebagai buruh harian lepas di kawasan Modernland. Ia tidak memiliki uang untuk menyewa kendaraan. Sementara itu, dia juga tidak ingin membiarkan jenazah keponakannya berlama-lama di tempat itu. "Akhirnya saya bopong," katanya.

Tidak ada yang menghentikan langkah Supriyadi saat itu. Sekitar seratus meter setelah ia meninggalkan puskesmas, barulah seorang lelaki mengejarnya dan menawarkan bantuan. "Masih ada orang yang baik hati," katanya. Supriyadi tidak mengenal lelaki itu. Si penolong hanya mengatakan tinggal di Kalideres, Jakarta Barat. "Orang itu bersedia mengantarkan dengan mobilnya."

Berita tentang Supriyadi membopong jenazah cepat tersebar. Masyarakat berdatangan untuk menyampaikan bela Sungkawa. Bahkan Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah turut bertakziah. "Saya atas nama Pemerintah Kota Tangerang menyampaikan turut berdukacita," kata Arief kepada Supriyadi.

Arief tidak menyangkal ambulans puskesmas memang disediakan untuk orang sakit, bukan untuk membawa jenazah. Tapi, dengan adanya peristiwa itu, dia meminta Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang untuk mengubah prosedur operasional standar penggunaan ambulans. "Untuk kegawatdaruratan, saya instruksikan segera di revisi SOP-nya. Jadi, bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat," kata Arief.

AYU CIPTA | SUSENO

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus