Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kasparov vs mafia

Profil gary kasparov, 24. ia berjuang menerobos mafia pejabat catur di soviet yang melindungi juara dunia anatoly karpov dengan motif politis. akhirnya kasparov dapat mengalahkan karpov.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESENYAPAN itu patah. Sebagian penonton berdiri, tepuk tangan meledak, mereka berteriak, "Gary, Gary." Orang-orang yang datang dari Azerbaijan, negara bagian Uni Soviet sebelah selatan, berjingrak, saling memeluk, di lobi Gedung Tsaikovsky, Moskow. Hari itu, 9 November 1985, Gary Kimovich Kasparov, pemuda dari Baku di Azrbaijan, hampir 2.000 km dari Moskow, memukul si juara 10 tahun, Anatoly Karpov. Seorang perempuan tua berdiri, ia Rhona Petrosian, janda bekas juara dunia Petrosian, lalu kepada ibu Kasparov ia berteriak: "Inilah kemenangan bagi keadilan." Sorak-sorai tak tertahan lagi, seorang panitia berdiri, lalu berseru: "Tenang, tenang. Ini pertandingan catur, bukan sepak bola." Kini, dua tahun kemudian, di Seville, Spanyol, ganti Kasparov, 24 tahun, harus bertahan terhadap musuh lamanya itu. Karpov, yang mencoba merebut kembali mahkotanya, sudah sesumbar bahwa pertandingan ini milik dia. Masih susah meramalkan, benarkah ia akan membuktikan kata-katanya. Di partai kedua ia memang menang, setelah remis di pertama dua pekan lalu. Tapi masih ada 22 partai lagi. Menyambut pertandingan di Spanyol ini, terbit otobiografi Gary oleh penerbit Inggris Century Hutchinson. Dalam buku itu sang juara bertutur tentang perjuangannya yang tak sebatas papan catur. Ia ternyata harus mengalahkan "mafia Karpov" sebelum berhadapan dengan sang juara. * * * KETIKA aku berusia tujuh tahun, pada tahun ayahku meninggal, aku dibawa ke Istana Pioneer di Baku untuk mendapatkan bimbingan bermain catur. Pada usia 10 tahun, aku masuk Sekolah Catur Botvinnik. Dialah salah seorang guruku, seorang grandmaster yang tiga kali menjuarai dunia. Pada usia 14 tahun, tahulah aku sudah bahwa catur adalah hidupku. Mengapa seseorang menjadi juara sementara yang lain kurang sukses tampaknya sesuatu yang misterius. Sesuatu yang sulit dijelaskan lebih daripada segala tipu daya di papan catur itu sendiri. Musik, matematika, dan catur, tiga dari kegiatan olah pikir dan rasa yang paling halus, cenderung berjalan bersama. Kegiatan di tiga bidang itu samasama berhubungan dengan daerah di otak kita yang disebut cortex. Ibuku tentulah menganggap hari terpenting bagiku jatuh pada 13 April 1963, hari ketika ia melahirkanku. Dengan sepenuh maaf, aku sendiri memilih hari lain sebagai yang terpenting, jauh lebih penting daripada tanggal lahir maupun tanggal 9 November 1985, ketika aku menjadi juara dunia. Itulah 15 Februari 1985, hari yang memalukan dalam sejarah catur dunia. Hari itu Federasi Catur Internasional, FIDE -- waktu itu diketuai oleh Florencio Campomanes -- bekerja sama dengan penguasa catur Uni Soviet menghentikan pertandingan pertamaku dengan juara dunia, Anatoly Karpov. Penguasa Soviet berupaya melindungi juaranya. Masalah ini bergema sepanjang tahun itu. Aku tak menghentikan tantangan, aku pun memprotes putusan itu. Perjuanganku disiarkan ke seluruh dunia. Dan itu bukan cuma perjuangan dalam dunia percaturan. Di balik upaya menegakkan olah raga catur agar terbebas dari campur tangan politik, sebenarnya aku memperjuangkan nilai-nilai yang lebih dalam. Nilai-nilai yang berkaitan dengan perubahan penting dalam sejarah negeriku. Akulah anak zaman perubahan itu. Yang terjadi di Uni Soviet bukan cuma masalah sosial dan ekonomi. Juga soal psikologis, pembentukan kembali sikap terhadap hidup dan kerja. Pertempuranku adalah simbol perjuangan yang lebih luas antara hitam dan putih, tua dan muda, yang terjadi di semua sektor di masyarakat negeriku. Kemenangan Karpov dari Bobby Fischer tanpa perjuangan pada 1975, bersamaan dengan era korupsi dan birokrasi di Uni Soviet. Karpov menggabungkan diri dengan kekuatan konservatif untuk menggalang kekuasaan bagi dirinya dan mereka yang bergantung pada buntut jasnya. Aku bertemu Karpov pertama kali di Leningrad, pada 1975, pada tahun ia menjadi juara dunia. Ia berumur 24 tahun, aku 12 tahun. Gambar pertandingan bersejarah ini masih tergantung di koridor sekolahku di Baku. Tak seorang pun dari kami, dan juga penonton, waktu itu yang membayangkan bahwa setelah pertandingan itu aku dan dia harus bertarung seratus kali lagi selama lebih dari 450 jam. Waktu itu aku berniat membangkitkan semangat pecatur sebayaku untuk tak merasa kalah sebelum bertanding dengan seorang kampiun dunia. "Ia boleh juara, tapi tetap bisa saja salah langkah," kataku. Seorang dari tim Karpov mendengar itu dan mendatangi ibuku, memarahinya karena kesombonganku. Bagaimanapun pertandingan ini sangat baik bagiku. Waktu itulah Botvinnik mengucapkan ramalannya yang kemudian bergema ke seluruh dunia: "Di tangan bocah ini masa depan catur terletak." Waktu itu aku masih seorang yang inosen. Saya tak tahu apa-apa tentang percaturan di dunia catur itu sendiri, yang ternyata kemudian melibatku. Baru kurasakan getaran itu dalam pertandingan yang disebut Turnamen dari Generasi ke Generasi, yang diselenggarakan oleh Federasi Catur Uni Soviet di Moskow, untuk memeriahkan Kongres ke-26 Partai Komunis, Februari 1981. Empat tim ambil bagian: tim catur nasional pertama dan kedua, tim veteran, dan tim pecatur muda. Di tim terakhir itu aku termasuk di dalamnya. Wajar bila aku menginginkan dipasang di papan pertama dalam timku. Meski aku baru 18 tahun, dengan mudah aku diakui sebagai pecatur terkuat. Aku pun sudah punya peringkat di tingkat internasional, termasuk peringkat terbaik di Uni Soviet sendiri. Lalu apa masalahnya? Baru kini kusadari persoalan itu. Karpov, sang juara dunia, tentu saja bermain di papan pertama di tim nasional pertama. Tapi ia menolak bertanding bila dalam tim kami aku berada di papan pertama. Akhirnya timku mengadakan pemungutan suara. Panitia sebenarnya tak setuju dengan voting itu. Tapi kami tak memberinya pilihan lain. Dan aku menang dengan suara lima lawan tiga. Maka, "Tolya" pun akhirnya harus berhadapan muka denganku untuk kesekian kalinya. Kami bermain dengan cemerlang. Saling memotong dan menelusupkan serangan. Para penonton terpesona. Tulis seorang pengamat olah raga catur: "Inilah pertandingan terbaik. Dua grandmaster memeras kemampuan masing-masing sampai ke intinya. Yang satu menyerang, dibalas serangan balik, lalu bertahan, masing-masing melibat raja, mencari jalan maju dari detik ke detik." Dua partai berakhir dengan draw. Yang menarik bagi penggemar catur, pertandingan kami merupakan pertarungan dua gaya yang berlawanan. Karpov lahir dengan instink memahami papan catur dan permainan selangkah demi selangkah. Ia selalu menghindarkan komplikasi. Ia dari jenis pecatur yang hanya berpikir sebatas papan catur saja. Sementara itu, aku pecatur yang investigatif. Selalu mencari variasi baru, melakukan riset panjang, membuat langkah komplikasi, memeras otak. Tapi kami berdua menganggap bahwa catur pada awalnya dan pada akhirnya adalah sebuah perjuangan, pertempuran, karena itu pihak lawan harus dikalahkan. Tapi tak seperti kebanyakan orang menganggap, catur bagi kami adalah seni. Saya ingin menang, mengalahkan siapa saja, dalam satu pertarungan yang jujur, dengan langkah-langkah yang indah. Tahun berikut, 1982, adalah tahun yang penting bagi perkembanganku sebagai pecatur. Saya menerima sejumlah undangan pertandingan internasional. Yang menarik, pertandingan di London, Turin, dan Bugojno. Setelah konsultasi dengan pelatihku, kami memilih Bugojno, Yugoslavia. Tentu saja aku harus minta izin Federasi Catur Soviet dan Komite Olah Raga. Sudah kuduga, keharusan ini bukan semata formalitas. Sungguh, Nikolai Krogius, Ketua Departemen Catur di Komite Olah Raga, cuma menawariku pertandingan kelas dua di Jerman. Ia sama sekali tak menawarkan turnamen-turnamen kelas satu yang kuinginkan. Aku membantah, mengapa karierku dihalangi seperti ini. Lalu jawabnya, dengan alasan yang dicari-cari, "Sekarang ini kami sudah punya seorang juara dunia dan kami tak menginginkan juara yang lain." Memang, Karpov telah mengembalikan kebanggaan Soviet, setelah kekalahan Boris Spassky di Reykjavik pada 1972, oleh Bobby Fischer. Dimulai dari Botvinnik, Smyslov, Tal, Petrosian, Spassky -- dan kemudian seorang pecatur eksentrik dari Amerika mematahkan rantai itu. Bisa dimengerti bila Karpov menduduki tempat penting dalam sistem catur Soviet. Tak ada yang berlebihan untuk kejayaan catur Soviet. Begitu seorang juara muncul, semua pintu akan terbuka baginya, perjalanan-perjalanan ke luar negeri disiapkan. Sebaliknya, bila pecatur nasional kami jatuh, para pejabat Departemen Catur pun akan mendapat kesulitan. Maka, mereka kini begitu bergantung pada Karpov, yang sedang naik bintangnya. "Kamu terlalu muda," pesan Ketua Departemen Catur. "Lupakan dulu kejeniusanmu dan bawa kembali nanti, bila kami membutuhkanmu." Ini sungguh membingungkan, bakatku dianggap berlebihan untuk kebutuhan negeri saat itu. Tapi bukankah itu cuma pendapat satu orang? Memang. Namun, kala itu kata seorang bisa menjadi sekuat undang-undang. Aku tahu kini, keberatan mereka terhadapku bukan karena aku berdarah campuran Yahudi dan Armenia. Keberatan itu politis sifatnya. Tiba saatnya bagiku untuk menjawab politik dengan politik. Tapi apa dayaku, seorang muda berusia 18 tahun, yang selama ini sama sekali pasif berpolitik? Muncullah sebuah nama yang tak jauh dariku. Geidar Aliev, pemimpin Azerbaijan. Ia salah seorang kuat di Kremlin, dan orang yang tak cuma haus kekuasaan tapi orang yang ingin melihat segala sesuatu berjalan pada tempatnya. Aku percaya kepadanya. Aku pikir ia akan bangga bila Azerbaijan mempunyai seorang kampiun catur. Dan rasanya ia pun suka denganku. Ia mengundangku, akhirnya. Tak lama, cuma 10 menit aku bicara. Sejumlah orang dari Federasi Catur Soviet dan Komite Olah Raga ikut hadir, entah siapa mengundang -- nereka. Tapi kesempatan ini kumanfaatkan benar. Kataku, aku bangga bawa aku didukung oleh negeriku, Republik Uni Soviet, dalam tiap pertandingan. Itu suatu kehormatan bagiku. Hasilnya sungguh ajaib. Aku diizinkan mengikuti pertandingan di Bugojno, Yugoslavia. Dan tak lama kemudian diumumkan, Karpov akan mengikuti dua turnamen dunia di London dan Turin, tapi tidak di Bugojno. Ia rupanya sengaja menghindariku. Ia tentu akan kehilangan muka bila sampai kalah olehku. Setelah itu kesempatan untuk berhadapan dengan Korchnoi si penyeberang pun tiba. Pertandingan akan dilaksanakan pada Agustus 1983, tapi belum jelas tempatnya. Pada Juni, Campomanes, Presiden Federasi Catur Internasional, memutuskan tempat pertandingan di Pasadena, California. Banyak orang salah menduga keberatan pemerintah Uni Soviet atas keberangkatanku ke Pasadena. Ada yang bilang itu karena masalah sekuriti. Bahkan ada yang mengatakan, Pasadena dengan neon-neonnya yang gemerlap adalah ancaman bagi bintang catur muda sepertiku: mereka khawatir aku mengikuti jejak Korchnoi, menyeberang ke Barat. Inilah pengalaman politik internasional pertamaku. Aku menduga ini permainan diplomasi agar Campo mengubah pilihannya. Aku menduga kebanggaan nasional dipertaruhkan. Karena itu, aku menolak pergi ke Pasadena. Tibalah Agustus, dan tak suatu perubahan pun terjadi. Penguasa Soviet mulai membujukku, bila aku tak bertanding melawan Korchnoi waktu itu, aku bisa mengikuti putaran kejuaraan dunia berikutnya. Aku masih muda, aku masih punya waktu, kata mereka. Ketika itulah baru kusadari ini semua sebuah muslihat, ternyata. Yang dijalankan dengan amat licin, bak sebuah mesin yang dilumuri oli. Betapa kerja sama antara Federasi Catur Soviet dan FIDE sungguh erat, membuatku pusing. Dan akhirnya, 6 Agustus pagi, Korchnoi menangg tanpa bertempur. Tapi yang lebih penting, ia dinyatakan boleh langsung ke babak final. Tamatlah aku sebelum mulai. Di rumahku, di Baku, aku benar-benar merasa terpukul. Kucoba menebak maksud Moskow sebenarnya. Mungkin, usiaku yang begitu muda membuat mereka semua merasa tak enak. Mengapa aku datang dan mengusik dunia mereka yang mahal dan mapan? Mengapa pula mereka harus mempertaruhkan hak istimewa yang selama ini mereka peroleh. Aku mulai mengerti. Karpov seorang pahlawan bagi mereka. Dialah simbol kekuasaan mereka, juga kekuasaan Soviet. Dan suasana di Kremlin memang memungkinkan mafia catur ini bertahan. Untunglah, waktu itu perubahan hidup dl Soviet di ambang pintu pula. Karpov anak era Brezhnev, sedangkan aku anak zaman perubahan. Intuisiku mengatakan aku bagian dari revolusi baru pemikiran. Bila saja aku berani berjuang untuk demokrasi dalam dunia catur, seperti yang lain-lain yang melawan kebekuan di sektor lain pula. Bagiku tak ada lagi Federasi Catur Soviet, yang ada Federasi Catur Karpov. Aku membutuhkan seorang yang kuat, jujur, cerdas. Dan aku kembali menengok Geidar Aliev. Singkat cerita, lampu merah pun berubah hijau. Maka, para pejabat olah raga Soviet sungguh malu. Mereka mesti menelan kue busuk, dan harus memohon kepada Campomanes dan FIDE agar mengulang pertandingan semifinal, dan mengizinkanku melawan Korchnoi. Celakanya lagi, mereka pun harus merunduk kepada si penyeberang Korchnoi untuk menganggap kemenangannya melawan "hantu" di Pasadena tak pernah ada. Akhirnya aku mengalahkan Korchnoi di London, dan jago tua Smyslov di Vilnius -- di kota di negeri Lithuania itu pula aku merayakan ulang tahunku ke-21. Dan kinilah aku penantang Karpov terdepan. Di Soviet ada cerita rakyat, seekor monster bernama Kaschai Abadi bersemayam jauh di istananya. Ia tak pernah keluar, cuma anak buahnya saja yang dikirimkan menghadapi para penyerbu. Baru di saat krisis, ketika bala tentara habis, ia maju sendiri. Tak pernah kupahami benar makna cerita ini. Tapi rasanya aku kini merasa kuat karena semua percobaan, dan aku kini merasa memasuki istana "Kaschai" yang bernama Karpov. * * * Dan Garik, yang kedua orangtuanya insinyur, itu memang membuktikan kemenangannya, 9 November 1985 di Moskow. Bisa jadi dorongan dari ibunya, yang oleh Garik dipanggil "Klara" (seorang guru sekolah) memang besar. Ketika Garik telah punya reputasi internasional, ibunya keluar dari pekerjaan untuk menyertai anaknya ke luar negeri. Kata Garik, "Klara itulah sobat karibku dan pelatih pertamaku."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus