Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rahmat Triyono, mengatakan industri yang berlokasi di dekat pantai di kawasan Anyer, Cilegon, dan Merak, Banten, rawan bencana. Karena itu, kata dia, harus ada pengamanan khusus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apalagi industri kimia. Jika kena tsunami, produknya jadi polusi, dampaknya bisa panjang," kata dia. Namun, kata Rahmat, lembaganya tak memberikan rekomendasi mengenai pemindahan lokasi pabrik atau upaya lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaku industri yang beroperasi di kawasan tersebut saat ini menyiapkan prosedur antisipasi bencana susulan pasca-tsunami Selat Sunda. Direktur PT Chandra Asri Petrochemical, Suryandi, mengatakan salah satu bentuk prosedurnya adalah pengetatan proses penghentian operasi mesin. "Untuk keselamatan pekerja, proses mematikan mesin harus dipercepat dari biasanya tiga menit menjadi satu menit," kata dia, kemarin.
Pabrik bahan kimia milik Chandra Asri Petrochemical yang terletak di Jalan Anyer Kilometer 123 Ciwandan Cilegon sempat terkena sapuan ombak setinggi tiga meter, Sabtu lalu. Namun, kata Suryandi, ombak hanya sampai pelabuhan dan tak mengenai pabrik, karyawan, dan peralatan produksi utama.
Menurut Suryandi, datangnya bencana semacam ini sudah diperhitungkan dan menjadi risiko pelaku usaha. Pelaku industri, kata dia, disyaratkan untuk memiliki sistem mitigasi bencana. Namun Suryandi berharap sistem peringatan dini yang menjadi tanggung jawab pemerintah selalu dalam kondisi prima.
Direktur PT AKR Corporindo, Suresh Vembu, juga menyatakan perusahaannya tetap beroperasi normal. Distributor bahan bakar serta bahan kimia yang memiliki terminal di kawasan Kepuh, Ciwandan, Banten, ini menyiapkan fasilitas cadangan di lokasi lain. "Terminal itu untuk mendukung sarana yang sedang tak bisa beroperasi," kata dia.
Kawasan Industri Cilegon di Jalan Raya Anyer, Banten, Kilometer 115 sampai 130 ditempati puluhan pabrik skala besar. Selain Chandra Asri dan AKR, ada pabrik milik PT Asahimas Chemical, PT Tripolyta Indonesia, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, hingga pelabuhan PT Indah Kiat.
Berdasarkan pantauan Tempo, kemarin, kawasan industri yang berjarak sekitar 50 kilometer dari bibir pantai tersebut masih beroperasi. Sejumlah karyawan mengatakan aktivitas pabrik tetap normal selepas tsunami. "Kami hanya diminta lebih waspada," kata pegawai PT Asahimas yang menolak disebut namanya.
Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menegaskan tak ada rencana relokasi atau pemindahan lokasi pabrik karena bencana. Adapun Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian, Wahyu Utomo, mengatakan akan melakukan hearing bersama pelaku industri di wilayah yang terkena dampak tsunami. ANDI IBNU | REZKI ALVIONITASARI | EGY ADYATAMA | CAESAR AKBAR | INDRI MAULIDAR (PANDEGLANG)
Dari Baja hingga Bahan Kimia
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo