Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cahaya purnama berpendar-pendar di padang rumputyang sebagian telah beralih menjadi rawa nan luaspada suatu malam Maret lalu. Di dekat savana bermandikan sinar bulan itu, sejumlah pria sibuk mengencangkan tali pengikat dan membasuh tiang-tiang kayu trembesi yang kokoh menyangga sederet kandang. Mereka, penduduk desa di seputar Rawa Pemokou, Tulang Bawang, Lampung, tengah bersiap menyambut tamu agung: kerbau liar dari hutan.
Para saman masuk hutan hingga 20-an kilometer untuk menemui dan mengajak pulang para kerbau. Ribuan hewan itu mula-mula digiring ke dalam Rawa Pemokou—yang menjadi semacam transit gallery. Setiap pemilik kandang pun bergegas menjamu tamu-tamu jauh itu dengan sarapan.
Ini semacam moment of joy: berendam dalam rawa, mereka melumat rumput segar di atas papan-papan kayu yang menjulur hingga ke tengah rawa. "Berendam menurunkan suhu tubuh, membuat mereka santai dan bugar," Ahmad Asik, tokoh adat dan ahli kerbau Tulang Bawang, menjelaskan.
Menjelang gelap, kerbau-kerbau itu keluar dari rawa, beriringan menuju kandang yang terang oleh api unggun. Mereka tidur mengitari api, bersantai menghangatkan tubuh. Kandang dan rawa itu menjadi tempat kediaman mereka selama kurang-lebih empat bulan, selama padang rumput masih berupa rawa-rawa penuh air. Di masa ini pula transaksi miliaran rupiah terjadi: dari pemotongan hewan sampai penjualan kerbau hidup.
Saat Rawa Pemokou mengering pada akhir April nanti, anak-anak hutan itu menjadi gelisah. Maka tiba saatnya melepaskan kerbau-kerbau itu kembali ke hutan, tempat mereka beranak-pinak, tumbuh dewasa, dan kembali lagi untuk menempuh ritual ngandang kibau—atau masuk kandang—pada musim "panen" berikutnya. l
Amston Probel | Nurochman Arrazie, HYK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo