Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kebersamaan Di Dapur Umum

SEBUAH spanduk bertulisan ”Dapur Umum Tanggap Bencana Gempa Palu-Donggala” terbentang di pagar Hotel dan Restoran Mary Glow.

28 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Shirley Chowindra bersama suami dan karyawannya di Palu, Sulawesi Tengah. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama awal Oktober hingga awal November lalu. Spanduk itu sebagai penanda hotel dan restoran milik Shirley Chowindra tersebut menjadi dapur umum bagi korban gempa Sulawesi Tengah yang dibuat oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Al-Azhar bersama World Central Kitchen (WCK), organisasi nonprofit dari Amerika Serikat. Setiap hari relawan WCK asal Amerika dan Indonesia, relawan Al-Azhar, serta Shirley beserta para karyawannya bersatu padu memasak ribuan porsi makanan untuk disalurkan kepada pengungsi.

Aryatinoor, relawan WCK dari Balikpapan, Kalimantan Timur, begitu merasakan perpaduan itu. ”Saya kan pengusaha. Kalau dipikir, untuk apa berlama-lama di sana. Tapi saya betah karena semuanya membaur tanpa melihat ini Mary Glow, ini Al-Azhar, atau ini WCK,” katanya saat dihubungi pada akhir November lalu.

Suasana kerja sama dan saling menghargai perbedaan dari para relawan itu tak hanya berlangsung di dapur umum. Benny Abdullah, koordinator lapangan LAZ Nasional Al-Azhar untuk gempa Sulawesi Tengah, menyebutkan momen ketika relawan WCK ikut ke Desa Sidera, Kabupaten Sigi, untuk membagikan makanan di posko pengungsian. Saat itu pembagian dilakukan setelah magrib. Menurut Benny, relawan WCK dengan senang hati menunggu relawan Al-Azhar menunaikan salat magrib. ”Mereka paham bahwa kami mau beribadah dulu,” ujar Benny.

Benny mengatakan kerja sama yang terbangun antara Mary Glow, Al-Azhar, dan WCK itu dapat menepis asumsi yang selama ini berkembang di masyarakat mengenai perbedaan. Menurut dia, perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, dan sebagainya tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak bersinergi. Salah satunya dalam aksi kemanusiaan. ”Al-Azhar memang lembaga berbasis agama, tapi kami tidak mau eksklusif. Mentang-mentang lembaga Islam, tidak mau bekerja sama dengan yang berbeda,” kata Benny.

Sebelum memutuskan memakai Mary Glow sebagai dapur umum, menurut Benny, Al-Azhar memang sempat menanyakan kehalalan masakan yang pernah dibuat di restoran itu mengingat pemiliknya adalah pemeluk Kristen. Dia mengatakan konfirmasi itu dimaksudkan untuk memastikan makanan yang dimasak bagi muslim oleh Mary Glow sesuai dengan aturan dalam Islam. ”Ternyata mereka malah menunjukkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia,” ujar Benny.

Pemilik restoran Mary Glow, Shirley Chowindra, mengaku paham terhadap pertanyaan Al-Azhar itu. Menurut dia, sebenarnya Al-Azhar tidak mewajibkan Mary Glow memiliki sertifikat halal. Namun, untuk meyakinkan mereka, Shirley tak segan menunjukkan sertifikat halal restorannya. Apalagi saat itu Al-Azhar memiliki pilihan tempat lain untuk membuat dapur umum, yakni di halaman sekolah Al-Azhar di Palu. ”Tapi fasilitasnya kurang menunjang,” kata Shirley. Karena itu, ia tergerak untuk meminjamkan dapur restorannya. ”Saya ingin membantu dengan segenap kemampuan saya.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus