Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kemenyan dari Penjaga Pintu

Peran Sjahril Djohan mengendalikan rekayasa kasus Gayus Tambunan dan PT Salmah Arowana Lestari perlahan terkuak. Dia berkeras hanya berperan sebagai penghubung. Belakangan, Susno Duadji malah terseret.

19 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG pukul dua sore Rabu pekan lalu, ketegangan di lantai dua ruang rapat utama Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia meningkat. Para penyidik tahu, mereka hanya punya waktu kurang dari tiga jam sebelum masa pena hanan 1x24 jam tokoh itu berakhir. Pemeriksaan sejak malam sebelumnya tidak banyak membuahkan hasil. Dengan lihai, sang buruan berkelit, menepis setiap upaya polisi menjeratnya dengan pasal pidana.

Pria 65 tahun yang sedang diperiksa tim independen bentukan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri itu memang bukan orang sembarangan. Sejak tiba di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, sesaat setelah mendarat dari Singapura, dia sudah menunjukkan kelasnya. Meski agak pucat karena lelah dan sakit, dia masuk ke ruang pemeriksaan dengan dagu tegak. Tak ada tanda-tanda dia digiring sebagai pesakitan.

Tokoh itu adalah Sjahril Djohan. Mantan diplomat di Kementerian Luar Negeri itu punya pengalaman panjang di dunia intelijen. Dia juga sudah bertahun-tahun menjadi staf ahli di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Kabarnya, Sjahril kenal hampir semua petinggi di sana.

Waktu terus bergulir. Jarum jam makin mendekati angka lima. Jika tidak ada bukti kuat, demi hukum, Sjahril Djohan harus dilepas. Dia akan melenggang keluar sebagai orang bebas karena perannya dalam patgulipat perkara penggelapan pajak Gayus Tambunan tak bisa ditemukan. Memanfaatkan waktu yang tersisa, penyidik sibuk menyisir satu demi satu tumpukan dokumen yang mereka punyai. Lembar-lembar berita acara pemeriksaan para saksi sebelumnya dipelajari lagi.

Sjahril pun tampaknya tahu posisinya di atas angin. Setiap pertanyaan polisi dija wab dengan lugas dan tenang. ”Dia memang punya peran, tapi melanggar hukum atau tidak?” kata Hotma Sitompoel, pengacara Sjahril, yang setia mendampingi kliennya.

Lalu tibalah dokumen itu: bukti komunikasi antara Sjahril Djohan dan tersangka lain yang sudah mengaku terlibat dalam rekayasa kasus Gayus. ”Saat itu dia mulai goyang,” kata satu sumber Tempo. Sejumlah pengakuan pun meluncur. Tepat pukul lima, penyidik mengubah status Sjahril dari saksi menjadi tersangka. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang mengumumkan keputusan ini sejam kemudian. ”Tersangka langsung ditahan,” katanya.

l l l

PENGARUH dan kekuasaan Sjahril Djohan dibangun selama bertahun-tahun. Semula dia diplomat cemerlang di Kementerian Luar Negeri. Banyak yang meramalkan kariernya bakal cerah di sana. ”Dia sempat jadi anak emas Sekjen Departemen Luar Negeri waktu itu,” kata sumber Tempo yang lama berkarier di Pejambon.

Semuanya berubah pada akhir 1980-an. Sewaktu menjabat Kepala Bidang Ekonomi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern, Swiss, Sjahril mendadak diberhentikan. Dia tertangkap memalsukan ijazah.

”Padahal dia hanya gagah-gagahan dengan ijazah Universitas 17 Agustus 1945 itu,” kata sumber Tempo di kalangan diplomat. Hampir semua pegawai Kementerian Luar Negeri saat itu tidak perlu berijazah strata satu. Cukup mengandalkan ijazah keluaran Akademi Dinas Luar Negeri. ”Kalau tidak tersandung kasus ini, Sjahril punya potensi menjadi diplomat sukses,” katanya. Selain bermodal wajah rupawan, Sjahril cerdas dan lihai melobi. ”Saat itu dia memang dikeluarkan,” kata Hotma Sitompoel, kuasa hukum Sjahril, membenarkan. Adapun Sjahril selama proses penyi dik an praktis tak bisa dihubungi. Hotma tak menggubris permohonan Tempo untuk mewawancarai kliennya.

Selepas episode pahit di Kementerian Lu ar Negeri itu, Sjahril mencoba berwira swasta. Dia mendirikan PT Fankhaus Far-East dan menjadi direktur utama di sana. Perusahaan ini awalnya bergerak di bidang pengadaan peralatan. Mengandalkan koneksi Sjahril yang luas, Fankhaus banyak mendapat proyek dari Tentara Nasional Indonesia. Sjahril memang punya latar belakang intelijen tentara. ”Dia pernah jadi intel di Komando Operasi Pemulihan Ke amanan dan Ketertiban,” kata bekas Jaksa Agung Marzuki Darusman.

Benih kedekatannya dengan petinggi militer makin terpupuk tatkala perusa haan Sjahril mendapat order memba ngun permukiman untuk prajurit TNI Angkatan Darat, sekitar 1985. Peting gi militer saat itu ingin membangun perumahan dengan biaya murah. Fan k haus digandeng untuk mendatangkan mesin dan teknologi pembuatan rumah murah dari Australia. ”Sjahril saat itu sudah jadi pengusaha yang lumayan berduit,” kata satu kawan dekatnya saat itu.

TNI Angkatan Darat dan Fankhaus Far-East menegaskan kerja sama mereka dengan mendirikan sebuah per usahaan patungan bernama PT Trimo dula Kartika. Sjahril Djohan didaulat menjadi direktur utama. Berkat posisi itu, jejaringnya di kalangan elite negeri ini makin mengkilap.

Lama tak terdengar, jejak Sjahril ke mudian tercium lagi di Kejaksaan Agung pada 1999. Saat itu dia diminta oleh Marzuki Darusman menjadi staf ahli. Sejak itu, dia banyak berhubung an dengan penanganan kasus hukum.

Sayangnya, Marzuki tak bertahan la ma di Kejaksaan Agung. Hanya dua tahun. Rontoknya Marzuki membuat Sjahril kehilangan patron. Namun dia sigap merapat ke lembaga lain. Sumber Tempo menyebut, saat itulah Sjahril mulai sering terlihat di Polda Metro Jaya. Pada 2001 itu Kapolda Metro Jaya dijabat oleh Irjen Makbul Padmanagara.

Yang menarik, hampir semua petinggi Mabes Polri sekarang pernah bertugas di Polda Metro Jaya pada periode 2001-2004 itu. Komisaris Jenderal Nanan Soekarna sekarang Inspektur Pengawasan Umum Mabes Polri dan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri saat itu adalah Wakapolda dan Kepala Direktorat Reserse, di bawah pimpinan Makbul. Inilah yang menjelaskan mengapa Sjahril punya hubungan baik di antara banyak petinggi polisi.

”SJ memang banyak berteman dengan para perwira polisi,” kata Makbul, dalam pesan pendeknya dua pekan lalu. ”Namun perkenalan saya dengan dia hanya sebatas teman, tidak lebih dari itu.” Menurut Makbul, semua yang dilakukan Sjahril tidak berkaitan dengan dia. ”Tidak ada rekomendasi dari saya,” tulisnya.

Seorang sumber Tempo di Mabes Polri mengatakan Sjahril dikenal dengan nama sandi ”dukun”. Di antara polisi, bahkan ada gurauan bahwa Sjahril adalah tukang bawa ”dupa” dan ”kemenyan”. Di dunia makelar kasus, dua barang itu adalah kode untuk sogokan alias suap.

Semua kabar miring itu dibantah kuasa hukum Sjahril. ”Dia memang dekat dengan banyak orang,” kata Hotma Sitompoel, saat dihubungi akhir pekan lalu. Namun konteks kedekatan itu bukan untuk jadi mafia hukum. ”Dia berbuat banyak untuk membantu negeri ini, dengan berbagai keahlian yang dia miliki,” kata Hotma.

l l l

DALAM banyak kesempatan bicara di depan publik, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Susno Duadji menuding ada ”sutradara” dalam rekayasa kasus Gayus Tambunan. ”Haposan, Andi Kosasih, dan Gayus itu hanya pion,” katanya saat berbicara di diskusi yang diadakan Forum Umat Islam di gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, awal April lalu.

”Sutradara” yang disebut-sebut Susno adalah Sjahril Djohan. Dalam perkara Gayus, dialah yang dituding mengatur agar Andi Kosasih muncul di hadap an penyidik. Andi kemudian mengaku sebagai pemilik sah duit Rp 28 miliar di rekening Gayus.

”Rekayasa ini terbongkar setelah Pak Susno menginterogasi Andi Kosa sih,” kata sumber Tempo yang dekat de ngan Susno, pekan lalu. Menurut dia, kecuri gaan Susno muncul ketika nilai per ka ra penggelapan dan pencucian uang Gayus menyusut dari Rp 28 miliar menjadi hanya ratusan juta rupiah. Peran Sjahril Djohan sebagai dalang muncul dari pengakuan Andi Kosasih kepada Susno.

Setelah membongkar pengakuan pal su Andi Kosasih, Susno memerintah kan Direktur II Ekonomi Khusus Brigjen Edmon Ilyas meneruskan penyidik an kasus Gayus. ”Kesaksian Andi Kosasih harus diabaikan,” begitu Susno memberikan instruksi. Saat itulah Sjahril Djohan datang sendiri menemui Susno. ”Ketika itu Sjahril menjanjikan macam-macam, tapi semua ditolak Pak Susno,” kata sumber ini.

Sjahril punya versi berbeda tentang apa yang terjadi. Menurut dokumen pemeriksaan yang beredar di kalangan wartawan pekan lalu, Sjahril memang menemui Susno, tapi sekadar untuk menanyakan perkembangan pe nyi dikan kasus Gayus. ”Saya hanya dimintai tolong oleh pengacara Gayus, Haposan Hutagalung, karena saya kenal dekat dengan Susno,” katanya. Tapi dia mengakui pernah menjanjikan Rp 3 miliar dari Haposan untuk Susno, jika kasus ini dibantu.

Dalam kasus sengketa dua pengusaha di PT Salmah Arowana Lestari, Pekanbaru, lagi-lagi Sjahril Djohan dituding berperan menjadi dirigen mani pulasi perkara. Dalam kasus ini, sumber Tempo menuding Sjahril kembali mere kayasa pengakuan Andi Kosasih, agar pura-pura menjadi komisaris perusahaan yang dipersengketakan. Dia juga dituduh turut andil mencari saksi palsu untuk memberatkan tersangka.

Menurut dokumen pemeriksaan, Sjahril membantah tuduhan ini. Sama seperti kasus Gayus, dia mengaku ha nya membantu Haposan Hutagalung pengacara Ho Kian Huat, salah satu pihak yang beperkara. Dalam satu kesempatan, menurut Sjahril, Susno secara tersirat minta ”pelicin” untuk melancarkan kasus ini. ”Saya lalu mengantarkan Rp 500 juta dari Haposan untuk Susno,” kata Sjahril, seperti tercantum di dokumen pemeriksaan.

Kuasa hukum Sjahril, Hotma Sitom poel, menolak mengomentari keterang an Sjahril versi dokumen yang beredar. ”Dokumen berita acara pemeriksaan itu kalaupun benar adalah bagian dari materi penyidikan, yang seharusnya tidak boleh beredar,” katanya keras. Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Zainuri Lubis menegaskan dokumen pemerik saan bersifat rahasia. ”Jadi jangan lang sung percaya pada dokumen itu,” katanya.

Kepada Tempo, Hotma berulang-ulang membantah tuduhan bahwa klien nya adalah makelar kasus kelas kakap. ”Sjahril Djohan hanya berperan sebagai penghubung,” katanya. Dia lalu menganalogikan Sjahril sebagai penjaga pintu di sebuah gedung. ”Saat dia di sana, ada lima orang minta dibukakan pintu,” kata Hotma. ”Dia memang membuka pintu, tapi dia tidak tahu lima orang itu kemudian merampok di dalam,” katanya.

Adapun kuasa hukum Susno, Henry Yosodiningrat, balik menuding kisah versi Sjahril yang menyudutkan klien nya itu sengaja disebar polisi. Dia juga menyesalkan mengapa Susno tidak diperiksa di awal sebagai saksi pelapor. ”Ini fitnah dan pemutarbalikan fakta yang biadab,” katanya marah. ”Kalau benar Susno terlibat, mengapa dia harus repot-repot membongkar kasus ini?” kata Henry.

Jumat malam pekan lalu, empat polisi berpakaian sipil mendatangi rumah Susno di Puri Cinere, Jakarta Selatan. Mereka mengantarkan surat panggilan untuk sang jenderal pembocor. Selasa pekan ini, Susno ditunggu di Mabes Polri.

Wahyu Dhyatmika, Ramidi, Anton Septian, Oktamandjaya Wiguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus