Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA bulan mengintai diskotek MG International Club, Badan Narkotika Nasional membongkar peredaran narkotik jenis amfetamin dan ekstasi cair di tempat hiburan malam di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jakarta Barat, itu. Pada Ahad dinihari pekan lalu, petugas BNN mengepung MG. Enam pegawai MG menjadi tersangka. Tapi pemiliknya, Agung Ashari alias Rudi, masih buron.
Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso memerintahkan anak buahnya segera meringkus Agung. "Temukan dia hidup atau mati," kata Budi kepada tim Tempo di ruang kerjanya, di lantai dua gedung BNN, Jakarta Timur, Jumat pekan lalu.
Mengapa BNN baru sekarang mengungkap peredaran narkotik cair di diskotek MG?
Dalam penelusuran, izin diskotek sebetulnya bukan tanggung jawab BNN. Izin itu dari siapa? Pemerintah daerah. Di mana fungsi kontrol mereka? Jangan terima duitnya doang, dong.
Artinya, tidak ada pengawasan dari pemerintah daerah terhadap MG ataupun tempat hiburan malam lainnya?
Saya tidak bisa mengatakan itu. Kalau sekarang terjadi, yang bertanggung jawab itu siapa? Baru ada kejadian itu, BNN dianggap tidur, tidak kerja, BNN lemah. Cara kerjanya tidak begitu. Kami bekerja kalau ada laporan, informasi. Kami dalami. Dan mendalaminya itu susah. Menelusuri dan mengungkap jaringan narkotik itu paling cepat rata-rata tiga bulan.
Penelusuran jaringan MG ini sampai tiga bulan?
Iya. Awalnya ada informasi dari masyarakat, ada narkotik yang dicampur dengan air kemasan botol, tidak bisa dideteksi. Dari informasi itu, kami coba beli. Kami mendapatkannya dari beberapa tempat.
Artinya, narkotik cair ini tidak dijual di MG saja?
Iya, kami cari suplainya. Kami dalami di tempat-tempat yang memungkinkan. Awalnya, kan, kami tidak tahu bahwa MG yang menjual.
Ini modus baru peredaran narkotik?
Pantauan dari petugas, dulu kan ekstasi dibuat ke tisu. Sekarang sudah tercium karena kami menggunakan anjing. Jadilah mereka menggunakan air. Kalau dia rapatkan tutupnya, anjing belum bisa mencium, kecuali bibir botolnya basah.
Berapa kapasitas produksi MG?
Belum bisa kami hitung karena tersangka utamanya, Agung Ashari, belum ada. Masih buron. Makanya saya sampaikan, temukan dia! Tangkap hidup atau mati.
Siapa jaringan Agung Ashari?
Ini harus didalami. Kami menelusurinya dari pencucian uang. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan akan mengecek transaksi keuangan dia. Mereka berhubungan dengan dana yang mana saja.
Benarkah Agung termasuk pemain lama?
Kami tidak boleh gegabah. Nanti jaringannya menutup. Mengungkap jaringan narkotik tidak bisa cepat. Bahkan harus kami sembunyikan beberapa informasi yang kami dalami.
Selama ini jaringan MG dilindungi siapa?
Selama saya memimpin BNN, tidak ada yang berani bicara beking. Kami hajar. Kalau ada yang bekingi, ya, kami cari.
Bagaimana cara jaringan Agung mendapatkan bahan baku narkotik?
Kalau jaringan apa pun, mereka selalu menggunakan oknum aparat yang ada hubungannya. Misalnya impor barang. Itu oknum aparat dari Bea-Cukai. Nanti, kalau dia transaksi, mungkin dari aparat kepolisian atau apa, itu pasti. Sebab, kalau tanpa melibatkan aparat, mereka tidak bisa. Tanpa melibatkan oknum, dia tidak punya kemampuan.
BNN menemukan pabrik narkotik seperti di MG di diskotek lain?
Saya yakin ada. Tapi sekarang sudah terungkap, pasti mereka lari. Saya berani bilang ada 36 diskotek di Jakarta yang menjadi tempat peredaran narkotik. Saya awasi terus.
Selain di Jakarta, BNN menemukan peredaran narkotik cair di tempat lain?
Ada. Sudah kami temukan di beberapa daerah. Di Medan banyak, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sedang kami dalami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo