Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH Badan Narkotika Nasional memasukkannya ke daftar pencarian orang, Syamsul Anwar alias Awang menyerahkan diri pada Rabu pekan lalu. Koordinator bagian keuangan diskotek MG International Club ini tinggal di rumah kontrakan setelah BNN menggerebek diskotek empat lantai di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jakarta Barat, itu pada Ahad dinihari pekan lalu.
Awang sudah tujuh tahun bekerja di MG- singkatan dari Makassar Group- kota asal Agung Ashari alias Rudi, pemilik diskotek, yang kini buron. "Semua narkoba dibuat Bos," kata Anwar menyebut kakak iparnya. Dengan kalimat pendek-pendek, ia menjelaskan bagaimana diskotek itu beroperasi kepada Syailendra Persada dari Tempo di ruang tahanan BNN pada Jumat pekan lalu.
Mengapa Anda menyerahkan diri?
Karena memang saya tidak ada kaitan langsung dengan kasus ini. Saya tidak bersalah, ngapain saya takut.
Bukan karena disuruh Rudi?
Bukan.
Anda tahu di lantai 4 ada produksi narkotik?
Mungkin semua karyawan tahu.
Sejak kapan MG memproduksi amfetamin cair?
Sekitar dua tahun lalu.
Selain amfetamin, ada narkotik jenis lain?
Mungkin ada. Saya kurang begitu tahu.
Bukankah Anda koordinator di MG?
Bagian keuangan, accounting.
Tugas Anda apa?
Mengurus operasional
Sejak kapan bekerja di MG?
Sejak 2007. Saat itu di staf accounting.
Bukankah keanggotaan MG Anda yang mengurus?
Ada orang yang lain, tapi sudah resign.
Untuk menjadi anggota MG harus bayar berapa?
Rp 600 ribu untuk tiket masuk saja. Selanjutnya gratis.
Jika bukan anggota, berapa uang masuknya?
Hari biasa Rp 75 ribu, saat akhir pekan Rp 100 ribu. Kalau member, datang tiap hari gratis. Di luar pembelian.
Uang penjualan narkotik dicampur dengan omzet diskotek?
Tidak. Itu dipisah. Pelanggan memberikan uang kepada Wastam (karyawan diskotek MG). Setelah itu, dia memberikan ke saya. Esoknya, saya transfer ke Bos.
Bagaimana cara membuat narkotik cair?
Saya tidak tahu. Saya hanya mengurus keuangan.
Siapa yang membuat?
Semuanya Bos. Kami dilarang naik. Karyawan hanya dibatasi di lantai 2.
Kapan Rudi menyiapkan narkotiknya?
Saya tidak tahu. Saya tidak boleh naik ke lantai 4.
Siapa yang diizinkan ke lantai 4?
Bos saja. Dia menurunkan "barang" ke lantai 2.
Anda tidak penasaran ada apa di lantai 4?
Saya tidak tahu sama sekali. Saya tidak pernah mencoba. Selama tujuh tahun, saya disuruh mencoba, tapi menolak. Saya enggak suka narkoba.
Siapa pemasok bahannya?
Tidak tahu.
Berapa omzet MG semalam?
Sekitar Rp 10 juta.
Saat BNN menggerebek, Anda ada di mana?
Sedang makan di belakang bar. Saya pulang karena hasil tes urine saya negatif.
Anda dekat dengan Rudi?
Tiap hari berkomunikasi. Hanya soal kerjaan.
Kapan terakhir melihat Rudi?
Saya datang pukul 7 malam. Ada tagihan bir, saya bayar. Dia datang pukul 12 malam. Saat kejadian, dia sedang keluar.
Sejak kapan Rudi menjadi pemilik MG?
Dari dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo