Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah pusat meminta rel kereta ringan atau light rail transit (LRT) rute Cibubur-Bogor dibangun menapak di atas tanah. Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan pembangunan rel yang menapak di tanah biayanya lebih murah dibanding rel melayang (elevated).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dengan begitu, biayanya bisa di bawah Rp 500 miliar per kilometer," ujar Luhut di kantornya, kemarin. Meski begitu, Luhut mengaku belum mengetahui pasti berapa selisih biaya pembangunan dua jenis rel itu. "Kami belum tahu karena masih studi, yang pasti jauh lebih murah," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menyatakan anggaran pembangunan LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) sebesar Rp 500 miliar per kilometer terlalu mahal. Menurut dia, biaya pembangunan kereta ringan yang sangat besar itu sangat tidak efisien karena dibuat melayang dan berada di pinggir jalan tol. Rel melayang, kata dia, seharusnya hanya dibangun jika sudah tidak ada lagi lahan kosong.
General Manager Light Rail Transit Department PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Isman Widodo, menuturkan rel kereta ringan rute Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas telah dibangun melayang. Per 4 Januari lalu, kemajuan pembangunan jaringan LRT di tiga fase itu telah mencapai 56,41 persen.
Adapun rel kereta ringan ruas Cibubur-Bogor, menurut Isman, masih bisa dibuat menapak di tanah. "Kalaupun mau grounded, mungkin bisa di fase selanjutnya, dari Cibubur menuju Bogor," kata dia.
Menurut Isman, tiga fase kereta ringan Jabodebek dibangun melayang agar biaya pengoperasiannya bisa lebih hemat. Sebab, rel menanjak dan menurun tidak bisa disamakan dengan jalanan beraspal. Semakin banyak rel yang naik dan turun, tenaga yang dibutuhkan kereta ringan juga bakal semakin besar. Hal itu akan berdampak pada meningkatnya biaya operasional kereta ringan itu.
Direktur Operasi II PT Adhi Karya, Pundjung Setya Brata, menjelaskan biaya pembangunan kereta ringan sebesar Rp 500 miliar per kilometer itu telah termasuk biaya pembangunan stasiun hingga depo yang bisa menampung 31 rangkaian kereta ringan tersebut.
Infrastruktur kereta ringan bisa dibangun dengan tiga cara: di atas tanah langsung (at grade), dibuat jalur melayang (elevated), dan di bawah tanah (underground). Rel langsung di atas tanah (at grade) biasanya dibangun di luar kota yang lahannya masih luas serta sedikit perpotongan dengan jalan raya. Rel kereta komuter Jabodetabek dan kereta lintas Jawa sebagian besar merupakan jenis at grade.
Adapun rel elevated biasanya dibangun di dalam kota untuk menghindari perlintasan sebidang. LRT Palembang, LRT Jakarta, dan sebagian MRT Jakarta dibangun melayang. Adapun rel bawah tanah dibangun untuk sebagian jalur MRT Jakarta. Berdasarkan sejumlah kajian, biaya pembangunan rel paling murah adalah rel at grade, lalu rel elevated, dan rel underground.
CAESAR AKBAR | FAJAR PEBRIANTO | GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo