SEPI tak beranjak dari Wisma Hing Puri Bima Sakti Batutulis, Bogor. Jumat pekan lalu, tak ada peristiwa apa pun terlihat di Istana Batutulis--begitu vila tempat Bung Karno pernah dikucilkan dan menghabiskan masa senja kekuasaannya ini disebut. Padahal, sebelumnya santer dikabarkan, selepas salat Jumat hari itu akan berlangsung pertemuan para pemimpin partai politik (parpol) yang diprakarsai PDI Perjuangan. Banyak yang beranggapan, forum ini punya arti strategis dalam membuka gerbang sidang istimewa. Bahkan juga bakal memberi tekanan hebat kepada Presiden Abdurrahman Wahid agar segera mengundurkan diri.
Pertemuan yang ditunggu-tunggu banyak orang itu, menurut Meilono Soewondo dari Fraksi PDI-P, memang tak dibatalkan. Cuma waktunya yang diundurkan setelah 15 Mei. Ini perlu dilakukan untuk menunggu perkembangan 14 Mei, tenggat Presiden bagi Tim Tujuh untuk merumuskan solusi politik yang akan ditawarkan. Menurut seorang pengurus PDI-P yang lain, tempat pertemuan positif akan dipindah dari Batutulis. Satu alternatif yang tengah digodok adalah di rumah pribadi Mega di Jalan Kebagusan, Jakarta. Agenda pembahasan pun tengah diupayakan digeser menjadi sosialisasi konsep pelimpahan wewenang dari Presiden Abdurrahman ke Mega.
Ada apa sebenarnya? Tidak ada yang serius, kata Alvin Lie, anggota DPR dari Fraksi Reformasi. Tanggal 11 Mei sebenarnya belum menjadi keputusan final. Baru sebatas usulan forum lintas fraksi pada pertemuan Rabu dua pekan lalu. "Eh, tahu-tahu kok sudah ada yang ngomong ke pers," katanya. Padahal, jadwal belum dikonfirmasi ke semua ketua partai. Amien Rais, misalnya, baru Jumat sore kemarin kembali umrah dari Mekah.
Tapi sejumlah sumber lain mengungkapkan soal lebih serius dari sekadar mengeklopkan jadwal. Seorang pimpinan fraksi PDI-P mengakui, batalnya pertemuan terkait dengan perpecahan pendapat di kalangan keluarga Bung Karno belakangan ini. Ahad dua pekan lalu, setelah bolak-balik disambangi Presiden Abdurrahman dan petinggi Nahdlatul Ulama, Rachmawati dan Sukmawati Sukarnoputri--dua adik Mega--melansir pernyataan mengejutkan. Mereka menolak penggunaan Istana Batutulis untuk pertemuan pimpinan partai tanpa izin dari seluruh anggota keluarga Bung Karno. "Gara-gara politik belah bambu itu, supaya tidak terjadi keributan dengan keluarga, Mbak Mega terpaksa mengalah," kata sumber PDI-P itu.
Mega juga rupanya masih berupaya menghindari konfrontasi langsung dengan Abdurrahman--setidaknya di muka publik. Kata dua petinggi PDI-P dan Fraksi Reformasi, Mega sempat mendapat tekanan keras untuk membatalkan pertemuan. Ketika bertemu Tim Tujuh di Istana, Sabtu dua pekan lalu, misalnya, Presiden secara halus mengancam dengan menyatakan pertemuan Batutulis bisa ditafsirkan sebagai upaya makar. Mega semula bergeming. Ia cuma bilang tak bisa membendung lajunya sidang istimewa. "Itu sudah diatur konstitusi. Saya tak bisa mencegah atau melarangnya," kata Mega, seperti ditirukan seorang sumber. Baru belakangan Mega surut melangkah dan memilih bersikap low profile. Penundaan diputuskan dalam rapat pengurus pusat PDI-P di Pecenongan, Jakarta Pusat, Selasa pekan lalu.
Faktor penting lain yang ditimbang adalah keretakan di tubuh PDI-P sendiri. Sejumlah tokoh sepuh dan pengurus PDI-P dari faksi "DPP lama" diam-diam menentang keras rencana ini, yang mereka nilai terlampau berisiko dan akan menghadap-hadapkan Mega dengan Presiden Abdurrahman secara terbuka. Selama ini, mereka memang dikenal berseberangan dengan kubu Arifin Panigoro--yang mereka sindir sebagai "kelompok kos-kosan"--dan lebih memilih mempertahankan duet Abdurrahman-Mega sampai 2004.
Seperti diakui seorang sumber dari kelompok ini, mereka memang punya andil penting di balik kandasnya pertemuan Batutulis. Tak lama setelah rencana ini mumbul ke permukaan, sejumlah tokoh dari faksi ini langsung menyambangi Rachmawati. Ketika itulah, adik kandung sang Ketua Umum PDI-P ini mereka minta turun tangan untuk menggagalkan pertemuan. Toh, ketika Rachma lantas bersuara kelewat lantang sampai meminta Mega mundur segala, mereka juga terperangah. Buntutnya, katanya lagi, "Ada yang sampai bilang partai ini di jurang perpecahan."
Sekarang tempat pertemuan dirancang di Kebagusan. Dari Batutulis ke Kebagusan, kerikil apa lagi yang bakal mengganjal?
Karaniya Dharmasaputra, Edy Budiyarso, Wens Manggut, Adi Prasetya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini