SIAPA mau menjadi Walikota Samarinda? Maret nanti Walikota
Samarinda Haji Muhammad Kadri Uning akan mengakhiri masa
jabatannva kedua. Untuk siapapun penggantinya dua pekan lalu
Kadri Uning sudah sempat meletakkan batu pertama pembangunan
rumah dinas walikota di atas tanah tak kurang dari 10 hektar.
Diperkirakan rumah dinas itu akan menelan biaya Rp 128 juta.
Luas bangunannya 434,5 MÿFD. Lantas ada paviliun dan pendopo
masing-masing seluas 147 dan 252 MÿFD. Bentuknya pun bakal
mewah. Menurut Kadri, direncanakan mempunyai "tiga wajah":
Banjar, Kutai dan Bugis. Maksudnya mempunyai ciri-ciri
bangunan tradisionil 3 kelompok warga kota di Samarinda.
Kadri Uning pasti tidak bakal menempati bangunan itu. Tapi ia
puas meninggalkan proyek itu sebab katanya sudah
dicita-citakannya sejak ia menduduki kursi Walikota 10 tahun
lalu.
Tapi peninggalan Kadri Uning tidak cuma itu. Terakhir ada juga
satu jalan baru lebar 6 dan panjang 50 meter yang rencananya
bakal diresmikan akhir Januari lalu. Tapi sampai pekan lalu
ternyata belum terlaksana.
Ceritanya begini. Sejak 7 tahun lalu Samarinda mempunyai
pertokoan berlingkat 3 di Jalan Imam Bonjol. Tapi dari 192 kios
Pertokoan Pinang Babaris itu sampai saat ini baru 85 yang
diambil orang. Itupun, 24 orang di antaranya belum mau berjualan
di sana. Selain karena belum lengkap persyaratannya juga karena
menganggap pusat pertokoan itu sepi.
Untuk meramaikan pusat pertokoan inilah Kadri Uning menutup
jalan yang ada di-depannya untuk dijadikan terminal. Artinya
terminal yang sudah ada sekitar 20 meter di depan pusat
pertokoan tadi digusur dan dipindah ke atas jalan yang ditutup
tadi.
Pertimbangan Kadri dengan dipindahkannya terminal tadi
pengunjung pertokoan bertingkat tak sulit memarkir kendaraan.
Sebab kesulitan parkir itulah katanya yang selama ini menghambat
pertumbuhan pusat pertokoan tersebut. Tapi kalangan DPRD
Kotamadya Samarinda tidak sependapat dengan walikota.
Kredit
"Yang punya mobil kan cuma babe-babe," kata Adji Johansyah,
Wakil Ketua DPRD. Dengan dalih itu orang dari Fraksi PPP ini
bersikeras agar Kadri Uning tidak meresmikan jalan baru dan
tidak memindahkan terminal tadi.
Menurut Aji cara yang tepat untuk meramaikan pusat pertokoan itu
adalah: merubah konstruksinya, melengkapinya dengan fasilitas
air dan WC dan menurunkan harga jual kios-kiosnya.
Kecuali menyangkut soal konstruksi, kedua usul Aji sebenarnya
juga pernah dilontarkan Bank Bumi Daya Cabang Samarinda sebagai
pemberi kredit kepada CV Semoga Raya yang membangun pusat
pertokoan tersebut.
Untuk menambah fasilitas sekaligus perombakan konstruksi, si
pemborong berharap tambahan kredit. Bank masih berfikir-fikir.
Sebab kredit yang sudah dikeluarkannya Rp 250 juta kepada CV
tersebut diperhitungkan dengan bunga selama 6 tahun sudah
mencapai sekitar Rp 1 milyar. Bagi CV Semoga Raya, urusan bunga
tidak menjadi masalah. Sebab hal itu dibebankan kepada pembeli
kios. Tapi dengan tambahan kredit baru untuk perombakan dan
penambahan fasilitas bangunan dengan sendirinya harga kios harus
dinaikkan lagi.
5 tahun lalu kios terbesar (6 x 12 meter) dihargakan Rp 9 juta,
sementara terkecil (6 x 8 meter) Rp 6,1 juta. Sekarang sudah
berubah menjadi masingmasing Rp 15 dan Rp 10 juta. Kalau nanti
CV Semoga Raya dibebani lagi hutang baru entah berapa lagi harga
kios itu jadinya.
Maka sesudah 7 tahun berdiri Pinang Babaris masih saja sepi.
Usaha Kadri Uning meminta para pengusaha kayu untuk berkantor di
sebagian bangunan itu pun tidak sepenuhnya berhasil.
Tapi Walikota Kadri Uning tetap pada pendiriannya untuk
memindahkan terminal-terminal tadi. "Terserah Walikota. Tapi
kalau terjadi apa-apa, fraksi PPP tidak mau bertanggung jawab,"
kata Aji Johansyah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini