Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pemerintah memutuskan untuk melakukan rapid test.
Wisma Atlet Kemayoran digunakan sebagai rumah sakit darurat corona.
Opsi lockdown dinilai bisa membuat perekonomian makin terpuruk.
MENGHADAPI skenario terburuk penyebaran Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19, pemerintah memutuskan untuk memperbanyak rapid test atau tes cepat deteksi virus corona. Pemerintah pun berancang-ancang menyiapkan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan untuk mengantisipasi ledakan jumlah korban yang diperkirakan mencapai 8.000 orang pada April mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan yang tersedia belum cukup untuk menghadapi skenario terburuk. Banyak dokter pun mengeluhkan minimnya alat perlindungan diri. Kepada Tempo, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito tak menampik kondisi tersebut. Melalui wawancara lewat telepon pada Rabu dan Kamis, 18 dan 19 Maret lalu, Wiku menjelaskan sejumlah rencana pemerintah menangani penyebaran corona. Wawancara juga diambil dari konferensi pers online Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenapa kebijakan lockdown belum diambil?
Belum diambil karena lockdown artinya membatasi wilayah. Kebijakan itu memiliki implikasi ekonomi, sosial, dan keamanan. Kebijakan itu belum bisa diambil saat ini. Lagi-lagi social distancing adalah langkah paling efektif.
Pemerintah sepertinya sangat mempertimbangkan kondisi ekonomi terkait dengan rencana lockdown.
Di Indonesia banyak sekali yang bekerja mengandalkan upah harian. Itu salah satu kepedulian pemerintah supaya ekonomi tetap berjalan. Kalau dengan lockdown, orang di rumah, aktivitas ekonomi sulit berjalan dan itu berbahaya.
Bagaimana kebijakan rapid test diputuskan?
Sebelum mengambil keputusan, kami menggelar rapat dan berkonsultasi dengan semua pakar yang sesuai dan relevan. Ada yang ahli laboratorium, sesuai dengan keilmuan. Kami mendapat banyak pertimbangan serta plus-minusnya. Apa yang mau dilakukan atau tidak dilakukan di-review oleh para pakar sehingga timbul kesepakatan. Semua pakar adalah yang terbaik agar keputusan yang diambil juga terbaik.
Apa yang mendasari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan rapid test?
Salah satunya untuk screening. Kalau enggak ada screening, semua orang bisa dirawat di rumah sakit. Akibatnya rumah sakit jadi penuh. Jadi ini juga dalam rangka supaya tidak terjadi penumpukan di rumah sakit. Sekarang ini semua orang panik dan pergi ke rumah sakit.
Dengan adanya rapid test, bagaimana kesiapan rumah sakit yang minim tenaga medis?
Semua itu sudah dibahas dan dipertimbangkan. Salah satunya kami membuka rekrutmen volunteer, yang dilakukan badan usaha milik negara. Nanti mereka akan ditempatkan di fasilitas kesehatan dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Berapa sebetulnya kebutuhannya?
Saya belum bisa jawab. Kami belum sampai situ.
Sejumlah dokter dan rumah sakit mengeluh kekurangan alat perlindungan diri.
Kami sudah tahu. Semua bilang kosong atau terbatas. Sekarang ini kami lagi mau mengadakan.
Jumlah korban corona makin banyak. Selama tiga bulan ke depan, apa yang akan dilakukan gugus tugas?
Yang terutama akan dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi masyarakat. Jadi kami sebagai pakar tidak ingin semuanya ada di kami. Ilmu itu diterjemahkan ke dalam langkah terukur. Dengan adanya sosialisasi, ilmu itu menjadi ilmunya masyarakat. Dengan berilmu, maka mereka sendirilah yang akan menghadapi. Kami tidak bisa menghadapi seluruh Indonesia sendirian. Ini adalah perang bersama. Kalau mampu mengenali lawan dan cara kerjanya, kita bisa melawan. Jadi, selama tiga bulan ke depan, yang terutama tapi bukan satu-satunya adalah edukasi. Harapannya kasus bisa menurun karena penularan terkendali.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo