Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Keterbatasan Ventilator Tingkatkan Risiko Kematian

IDI: Banyak pasien Covid-19 tak tertolong akibat terbatasnya alat bantu pernapasan di rumah sakit.

11 April 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Rumah sakit mengapresiasi inisiatif sejumlah perguruan tinggi yang berinovasi membuat ventilator di tengah kurangnya ketersediaan alat kesehatan ini. Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Seluruh Indonesia, Ichsan Hanafi, berharap pengembangan ventilator ini segera rampung sehingga alat kesehatan buatan dalam negeri tersebut bisa membantu perawatan pasien Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ichsan mengatakan jumlah ventilator di rumah sakit terbatas karena harga yang mahal, bisa mencapai ratusan juta rupiah per unit. Semua ventilator yang digunakan di Indonesia saat ini merupakan barang impor. Jika kampus di Indonesia bisa memproduksi ventilator, Ichsan yakin harganya akan lebih murah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ichsan tak bisa memastikan berapa jumlah ventilator di seluruh rumah sakit swasta. "Meski begitu, saya bisa pastikan, jika jumlah pasien Covid-19 terus bertambah tak terkendali, alat kesehatan yang ada saat ini tak akan memadai," kata Ichsan kepada Tempo, kemarin.

Ventilator merupakan alat kesehatan yang berfungsi untuk membantu pernapasan. Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menyerang saluran pernapasan dan mengganggu fungsi normal sel di paru-paru. Ventilator berperan penting membantu pernapasan pasien yang kritis dan sulit menghirup udara.

Selain ventilator, rumah sakit meminta pemerintah menambah fasilitas pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT PCR). Menurut Ichsan, puluhan laboratorium di Indonesia saat ini belum cukup menampung ribuan permintaan pemeriksaan spesimen pasien Covid-19.

Akibatnya, Ichsan melanjutkan, banyak pasien yang nasibnya menggantung di rumah sakit. "Ada yang gejalanya sudah bagus, tapi berminggu-minggu hasil swab belum keluar," tutur dia. "Jadinya, pasien ini kami sarankan tetap di rumah sakit. Padahal kapasitas ruangan terbatas."

Ratih Purwarini merupakan salah seorang pasien yang tak tertolong jiwanya karena keterbatasan ventilator. Padahal dia merupakan dokter sekaligus Direktur Rumah Sakit Duta Indah, Jakarta Utara. Nina Widyawati, ibu Ratih, menceritakan anaknya sempat dua kali berganti rumah sakit lantaran ruangan penuh dan keterbatasan ventilator. Ratih mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pelni, Jakarta Pusat, pada akhir Maret lalu. Saat itu, almarhumah masih berstatus pasien dalam pengawasan.

Wakil Ketua Umum II Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto, membenarkan jumlah ventilator yang terbatas meningkatkan risiko kematian pasien. "Banyak yang meninggal karena tidak ada ventilator," ujar Slamet. Persoalan lainnya adalah jumlah dokter yang sedikit dan keterbatasan ruangan di rumah sakit.

Menurut Slamet, pemerintah juga terlambat mengantisipasi wabah karena tidak memborong alat tes cepat PCR dalam jumlah besar. Akibatnya, pasien harus menunggu kejelasan status mereka hingga belasan hari. Rekor tercepat perolehan hasil tes swab dari sejumlah lab adalah sepekan. "Mestinya, dalam sehari, hasil tes swab itu sudah keluar," kata dia.

Ketua Dewan Pengarah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Muhadjir Effendy, mengakui adanya keterbatasan ventilator di rumah sakit. "Pemerintah akan terus mencari peralatan tersebut dari luar maupun dalam negeri supaya persoalan itu bisa diatasi," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengklaim bahwa pemerintah sudah mendistribusikan 8.423 ventilator ke 2.867 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia. "Rumah sakit tersebut meliputi rumah sakit pemerintah maupun swasta," kata Terawan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, 2 April lalu. BUDIARTI UTAMI PUTRI | DEWI NURITA | ROBBY IRFANY

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus