Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Antisipasi Krisis Ruang Perawatan

Kapasitas ruang isolasi dan ICU menipis sejak DKI melonggarkan pembatasan lewat PSBB transisi pada Oktober lalu.

17 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga beraktifitas tanpa menggunakan masker di masa penerapan PSBB Transisi di Pasar Jatinegara, Jakarta, 7 Desember 2020. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Ketersediaan ruang perawatan Covid-19 di Jakarta menipis.

  • Tingkat keterpakaian ruang perawatan kurang lebih sama dengan saat DKI memutuskan kembali ke PSBB ketat pada September silam.

  • Ruang isolasi dan ICU di 98 rumah sakit rujukan berangsur penuh sejak DKI melonggarkan pembatasan lewat PSBB transisi pada Oktober lalu.

JAKARTA – Terjadi kejar-kejaran antara daya tampung ruang perawatan dan pasien Covid-19 di Ibu Kota. Pemerintah DKI Jakarta terus menambah kapasitas bilik isolasi dan unit perawatan intensif (ICU) di 98 rumah sakit rujukan, tapi tingkat keterpakaian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) terus tinggi akibat lonjakan jumlah kasus dan pasien yang butuh perawatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan keterisian bangsal isolasi dan ICU satu pekan terakhir hanya bertambah satu persen dibanding awal bulan ini. Keterpakaian ruang isolasi mencapai 79 persen dan ICU 72 persen, per 6 Desember lalu, lalu naik menjadi 80 dan 73 persen pada pekan berikutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, jika melihat variabel lain, ada penambahan pasien yang perlu perawatan. Pada awal bulan ini, ruang isolasi dihuni 4.979 pasien bergejala ringan dari total kapasitas 6.318 tempat tidur. Adapun 630 pasien bergejala berat dan kritis dirawat intensif di ruang ICU yang berkapasitas 872 tempat tidur.

Satu pekan kemudian, DKI berhasil menambah 191 tempat tidur ruang isolasi, sehingga kapasitasnya meningkat menjadi 6.509 tempat tidur. Alih-alih turun, tingkat keterpakaian stagnan dan cenderung meningkat. Sebab, pasien bergejala ringan dan sedang bertambah 206 orang menjadi 5.185 pasien.

Hal yang sama terjadi di ruang ICU. DKI sebenarnya berhasil menambah 21 tempat tidur di ruang perawatan intensif dalam satu pekan atau dari 830 menjadi 855 tempat tidur. Namun BOR-nya belum juga melandai akibat penambahan jumlah pasien gejala berat dan kritis yang lebih tinggi dari tempat tidur di ICU, yaitu 25 orang.

“Mau ditambah berapa pun, keterisian akan tetap tinggi jika angka kasus tak berhasil dikendalikan. Tracing (penelusuran) dan pengawasan harus terus ditingkatkan,” kata epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko, kepada Tempo, kemarin.

Menurut peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu, DKI harus mempertimbangkan opsi pengetatan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Peningkatkan angka keterpakaian rumah sakit berawal saat DKI kembali melonggarkan limitasi lewat PSBB transisi pada 12 Oktober lalu. Padahal, kata Tri, saat itu DKI berhadapan dengan potensi lonjakan jumlah kasus setelah masa libur panjang pada akhir bulan tersebut. “Jangan cabut PSBB ketat hingga angka kasus aktif benar-benar turun,” ujarnya.

Keterpakaian 80 persen ruang isolasi dan 73 persen ICU bisa dikatakan mendekati angka kritis. Hal itu merujuk BOR ruang isolasi sebesar 77 persen dan ICU 83 persen yang menjadi satu pertimbangan utama saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan status PSBB ketat pada 14 September lalu. Angka kasus aktif juga hampir sama, yaitu 11.872 pada pertengahan September dan 11.968 per kemarin.

Sebelumnya, Kepala Seksi Fasilitas Kesehatan Rujukan dan Krisis Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Sulung Mulia Putra, menilai penambahan kasus harian dan keterisian ruang perawatan masih bisa dikendalikan. DKI pun masih berupaya menambah kapasitas ruang isolasi dan ICU secara bertahap. Toh, kata dia, hanya sebagian kecil dari pasien baru yang membutuhkan perawatan. "Dari sekitar seribu kasus baru positif per hari, yang dirawat hanya 10 persenan," ujar Sulung.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan Pemerintah Provinsi sedang berupaya menambah daya tampung ruang perawatan Covid-19 menjadi 7.000 tempat tidur ruang isolasi dan seribu tempat tidur ICU. “Setiap hari kami berusaha menambah kapasitas,” kata dia.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tengah menyiapkan sejumlah skenario untuk mengatasi krisis ruang perawatan. Juru bicara Satuan Tugas, Wiku Adisasmito, mengatakan pemerintah akan mendorong semua rumah sakit rujukan menambah kapasitas dua kali lipat jika jumlah kasus melonjak 20-50 persen. Pemerintah juga akan mengubah ruang perawatan umum menjadi khusus Covid-19 jika penambahan angka kasus harian mencapai 50-100 persen. “Jika lebih dari 100-200 persen, akan dibangun RS darurat dan lapangan,” kata Wiku.

FRANSISCO ROSARIANS


Antisipasi Krisis Ruang Perawatan

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus