Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tenaga Medis Mulai Kelelahan

Ikatan Dokter Indonesia menyebutkan 85 persen tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 mengalami job burnout.

26 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah pasien COVID-19 menunggu bus yang akan membawa mereka menuju Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta Timur, 13 November 2020. ANTARA/Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Badai pandemi yang tiada henti membuat tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit rujukan Covid-19 kelelahan fisik dan mental.

  • RSUD Pasar Minggu gelar acara rohani tiap dua pekan bagi tenaga medis dan RSUD Cengkareng gelar pendampingan ESQ hingga konsultasi psikolog.

  • Suntikan tenaga kesehatan baru dari DKI belum dapat ditugaskan di ruang ICU karena minim pengalaman.

JAKARTA – Peningkatan kasus harian dan pasien aktif Covid-19 berpotensi memperburuk kondisi fisik dan psikis tenaga medis yang telah bekerja nyaris tanpa jeda sejak awal masa pandemi, delapan bulan lalu. Beban tersebut terlihat dari kenaikan bed occupancy rate (BOR) atau keterisian ruang isolasi dan unit perawatan intensif (ICU) di 98 rumah sakit rujukan di Ibu Kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pasien Covid-19 yang tengah menjalani perawatan mencapai 5.099 orang. Mereka terbagi atas 4.521 pasien di bangsal isolasi dan 578 pasien di ICU. Angka ini meningkat 47 persen dari penghuni ruang isolasi dan ICU per 1 November lalu, yaitu 3.467 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ya, sudah sangat kelelahan,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu Yudi Amiarno kepada Tempo, kemarin. "Kita semua berharap pandemi ini bisa segera selesai dan semua dalam kondisi sehat."

Dalam beberapa pekan terakhir, dia melanjutkan, tenaga medis bagian ICU rumah sakit di Jakarta Selatan itu bekerja ekstra karena seluruh kapasitas ruangan penuh atau BOR 100 persen. Dengan keterbatasan jumlah dokter dan perawat, pengelola rumah sakit hanya bisa menerapkan sistem pembagian waktu kerja dan pemberian insentif (upah tambahan).

Sempat ada angin segar saat pemerintah DKI Jakarta merekrut 1.174 tenaga kesehatan baru yang akan bertugas hingga akhir tahun ini. Namun, Yudi melanjutkan, mayoritas dari mereka adalah dokter dan perawat yang baru lulus sekolah, tanpa pengalaman menangani pasien bergejala berat di ruang ICU. Di RSUD Pasar Minggu, tenaga baru itu ditugasi merawat pasien bergejala ringan.

Kondisi ini membuat pengelola rumah sakit tidak memiliki pilihan selain mengandalkan dokter dan perawat senior. Supaya tidak tertular, mereka dibekali alat pelindung diri (APD) lengkap. Untuk mengurangi beban psikologis, pengelola menggelar acara keagamaan bersama setiap dua pekan. “Ada juga lomba di hari ulang tahun rumah sakit kami, tapi secara virtual. Biar ada kegembiraan dan kebersamaan,” ujar Yudi.

Direktur Utama RSUD Cengkareng Bambang Suheri mengatakan kesehatan fisik dan mental para tenaga medis menjadi perhatian karena pagebluk yang melumpuhkan dunia ini belum memiliki titik terang kapan akan berakhir. Pengelola berupaya menjaga kesehatan fisik dan mental para tenaga kesehatan dalam sistem pembagian waktu kerja. Di luar itu, dokter dan perawat pun mendapat bekal kegiatan emotional spiritual quotient (ESQ) serta pendampingan psikolog. “Untuk menghilangkan kejenuhan,” kata Bambang.

Praktik serupa berlangsung di rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Menurut Komandan Kesehatan RSD Wisma Atlet, Letnan Kolonel M. Arifin, beberapa tenaga medis di lokasi tersebut mengalami potensi depresi karena belum bisa berkumpul dengan keluarganya sejak awal masa pandemi.

Tenaga medis pun berpotensi mengalami stres akibat rutinitas penggunaan APD selama berjam-jam hingga mendengar suara sirine ambulans yang keluar-masuk kawasan terbatas tersebut setiap hari. “Kami mencoba untuk tetap memiliki hiburan dan rekreasi dengan memperhatikan protokol kesehatan,” kata Arifin.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar sigi dengan temuan 85 persen dari tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 sejak awal masa pandemi telah mengalami burnout syndrome atau tekanan psikologis akibat pekerjaan. Hal ini semakin parah akibat terus bertambahnya jumlah tenaga medis yang menjadi korban pagebluk, yaitu 159 dokter dan 114 perawat. “Depresi karena pekerjaan dan penanganan Covid-19 yang menguras tenaga dan tak diketahui kapan berakhirnya,” kata Wakil Ketua IDI, Adib Khumaidi.

FRANSISCO ROSARIANS


14

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus