Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Muda dan Peduli Lingkungan

Sejumlah anak semakin berani bersuara dan beraksi menanggapi permasalahan lingkungan serta perubahan iklim. 

4 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivitis lingkungan muda, Aeshnina Azzahra Aqilani, mengikuti aksi dalam memperingnati hari Bumi di Kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, 17 April 2023. Dok.Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bhre Bawana Praja Kawula mengolah puntung rokok menjadi kerajinan tangan.

  • Syazwan Luftan Riady menangani persoalan sampah hingga ke akar rumput.

  • Aeshnina Azzahra sedang berupaya menangani sampah di pesantren tempatnya belajar.

Bagi Bhre Bawana Praja Kawula, nasib sebuah puntung rokok tidak sekadar masuk tong sampah. Menurut bocah laki-laki berusia 10 tahun tersebut, barang berukuran kecil dan tak berguna itu bisa disulap menjadi benda berharga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puntung rokok dalam jumlah banyak ia bisa olah menjadi beragam kerajinan tangan, seperti vas bunga, asbak, tempat pensil, wadah tisu, hiasan gantungan kunci, lukisan, sampai boneka kecil. Setidaknya, Bhre sukses mengubah tumpukan sampah puntung rokok menjadi 12 benda. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hebatnya lagi, kegiatan prakarya Bhre bukan sekadar iseng. Ada semangat kelestarian lingkungan bernama Otis Community di balik beragam benda daur ulang tersebut. Sesuai dengan namanya, otis berarti puntung rokok dalam bahasa Jawa. Ia menginisiasi Otis Community pada tahun lalu. 

"Anggota komunitas kami lebih dari 10 orang, ada teman sepermainan, ada teman sekolah,” kata Bhre saat ditemui di Surabaya, Jumat lalu, 2 Juni 2023.

Cerita bermula pada Februari saat siswa Sekolah Dasar Negeri Pacarkeling V Surabaya itu diminta gurunya ikut lomba Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup tingkat sekolah dasar se-Surabaya pada 2022. Syaratnya, setiap peserta lomba harus mempunyai ide tentang pengelolaan lingkungan.

Mulanya, Bhre bingung akan bikin terobosan seperti apa. Ide cemerlang Bhre datang tanpa diundang. Bocah yang gemar berlatih sepak bola itu menemukan banyak puntung rokok tersebar berantakan di sekitar lapangan tempatnya berlatih. 

Aktivitis lingkungan muda, Bhre Bawana Praja Kawula, menunjukan karya dari olahan putung rokok di Surabaya, Jawa Timur, 2 Juni 2023. TEMPO/Kukuh S. Wibowo

Setelah berdiskusi dengan ayahnya, Sardiyoko, Bhre yakin mengusulkan ide pengolahan sampah puntung rokok untuk ikut lomba Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup. Langkah berikutnya, Bhre mengajak 10 kawannya berburu sampah puntung rokok. Bahkan, nenek dan ayah Bhre ikut membantu. 

Ayah Bhre meminta bantuan sejumlah warung kopi untuk mengumpulkan sampah puntung rokok. Bhre bercerita ada pengalaman lucu saat ia mengumpulkan puntung rokok. Ia sempat dikira orang gila dan gelandangan oleh seseorang.

Namun, setelah Bhre memberi penjelasan tentang ide mendaur ulangnya, orang itu justru membantu mengumpulkan sampah puntung rokok. Walhasil, upaya mengumpulkan puntung rokok semakin luas. "Waktu itu, dalam sehari kami bisa mengumpulkan seribuan puntung," kata bocah berusia 10 tahun tersebut. 

Ribuan puntung rokok itu selanjutnya ia olah menjadi berbagai barang kerajinan. Kegiatan Otis Community semakin terkenal setelah Bhre beberapa kali memamerkan kerajinan dari puntung rokok di berbagai lokasi, salah satunya pameran bertaraf nasional di Gresik. 

Sejumlah pengunjung tertarik dengan inovasi Bhre. Beruntung, saat itu kerajinan yang ia bawa dari Surabaya diborong orang hingga terkumpul duit Rp 1 juta. Karya dan inovasi Bhre mendapat apresiasi dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Ketika itu, Eri berjanji membantu menghubungkan Bhre dengan dinas terkait serta perusahaan yang dapat mendukung kegiatan Otis Community.

Kegiatan Bhre dan Otis Community menarik hati Yayasan Ashoka Indonesia, sebuah jejaring kewirausahaan sosial global. Bhre pun ditetapkan sebagai salah satu pemenang penghargaan anak muda yang punya andil perubahan positif bertajuk Ashoka Young Changemakers. Penghargaan tersebut ia terima pada beberapa hari lalu. Bhre mengaku gembira karena jerih payahnya ada yang menghargai. “Rasanya gembira dapat penghargaan,” ujar Bhre.

Bhre semakin semangat berkarya di Otis Community. Namun saat ini kegiatan mengumpulkan dan mendaur ulang sampah puntung rokok tak sebesar pada tahun lalu. Musababnya, Bhre dan kawan-kawan kini sudah disibukkan dengan kegiatan belajar secara tatap muka di sekolah. Walhasil, kegiatan pengumpulan puntung rokok sekadar dilakukan di sejumlah warung kopi di Jalan Kidal, Jalan Kalasan, dan Jalan Sidotopo, Surabaya. 

Maklum, kegiatan Otis Community pada tahun lalu berjalan lancar lantaran Bhre dan teman-temannya masih bersekolah secara daring. Alasan lain, sampah puntung rokok yang terkumpul masih banyak dan tersimpan di rumah Bhre. Walhasil, jika ada waktu senggang pun, kegiatan Otis Community hanya mengubah puntung rokok menjadi kerajinan tangan. 

Persoalan sampah juga sempat mendera benak Syazwan Luftan Riady, 16 tahun, asal Jember, Jawa Timur. Pengolahan sampah yang tidak cermat membuat tumpukan sampah menjadi persoalan serius. Salah satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari di Kertosari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. 

Aktivitis lingkungan muda, Syazwan Luftan. Youtube/ Ashoka Indonesia

Sampah menggunung di lokasi tersebut berdampak buruk pada lingkungan di sekitarnya. Kebetulan, lokasi rumah nenek Lutfan berada tak jauh dari TPA Pakusari. Mirisnya, selain menimbulkan bau menyengat, tumpukan sampah itu memberi dampak buruk pada sejumlah lahan sawah yang berada tak jauh dari lokasi. "Sampai-sampai pernah terjadi gagal panen," kata remaja yang kini duduk di bangku sekolah menengah atas itu. 

Tumpukan sampah yang menghasilkan gas metana sempat terbakar hingga tiga hari. Selain berisiko menimbulkan bahaya lingkungan, tumpukan sampah di lokasi tersebut berpotensi menimbulkan masalah sosial lain, yakni adanya penolakan terhadap tempat pembuangan sampah akhir tersebut. 

Karena problem itu, Luftan dan belasan kawannya punya gagasan untuk menangani persoalan sampah hingga ke akar rumput. Mereka punya ide memberi penyuluhan atau edukasi ke sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Jember. Alasannya, anak-anak perlu mendapatkan edukasi tentang pemilihan dan pengolahan sampah agar kelak persoalan sampah bisa berkurang. 

Kebetulan, ide tersebut menjadi kampanye yang ia sertakan dalam sebuah kegiatan sosial yang menjaring anak-anak muda untuk beraksi dalam gaya hidup berkelanjutan. Selanjutnya, Luftan menggandeng sejumlah sekolah untuk memberikan edukasi tentang sampah. 

Luftan beralasan, masih banyak sekolah yang tidak mengelola sampah dengan benar. Intinya, sampah yang dihasilkan warga sekolah sekadar dibuang ke tempat sampah. Mirisnya, Luftan sempat mendapat tanggapan buruk saat menyampaikan idenya ke sejumlah sekolah. Beberapa guru masih menyepelekan sistem pengelolaan sampah yang benar.

"Siswa itu rakyat di sekolah, sedangkan yang punya kewenangan itu guru. Kalau gurunya tidak paham (pengelolaan sampah), ya pasti muridnya tidak paham juga," tutur Luftan. 

Beruntung sejumlah sekolah dasar bersedia menerima kampanye dari Luftan dan kawan-kawan. Luftan mengedukasi tentang pentingnya mengelola sampah lewat semboyan 3 R Center. Program tersebut meliputi mengurangi jumlah sampah, menggunakan kembali barang-barang yang tidak berguna, dan mendaur ulang sampah. 

Luftan melakukan edukasi dengan dua cara, yakni bercerita dan bermain. Ia paham betul anak-anak usia sekolah dasar sangat senang dengan permainan. Salah satu contoh permainan adalah membagi anak-anak dalam beberapa kelompok, kemudian mereka diberi tantangan untuk memilih kotak sampah sesuai dengan sampah yang diberikan oleh Luftan dan kawan-kawan. 

"Sembari bermain, mereka belajar memilah mana yang sampah organik, mana yang plastik, dan sebagainya," kata dia. 

Selain itu, Luftan menyisipkan isu krisis iklim dan pencemaran lingkungan saat memberikan edukasi di sekolah-sekolah. Luftan mengatakan anak-anak kelak menjadi pihak yang paling tertantang dengan isu lingkungan. Sebab, persoalan sampah, pencemaran lingkungan, dan perubahan iklim diyakini bakal semakin parah dalam beberapa tahun ke depan. 

"Anak-anak harus siap dengan potensi masalah itu. Isu sampah akan semakin kompleks ke depan." 

Aktivitis lingkungan muda, Aeshnina Azzahra Aqilani. Dok. Pribadi

Sebelumnya, ada aksi Aeshnina Azzahra yang menulis surat terbuka untuk Kanselir Jerman pada 2020 dan Presiden Joko Widodo pada 2022 tentang masalah sampah plastik yang datang dari sejumlah negara ke Indonesia. Nina—sapaan Aeshnina—juga sempat menjadi pembicara dalam forum internasional, Plastic Health Summit 2021, di Belanda. 

Bersama kawan-kawannya, Nina membentuk River Warrior, sebuah wadah kegiatan pro-lingkungan hidup. Organisasi itu diikuti remaja seusia Nina. Dalam organisasi tersebut, mereka menyuarakan fakta bahwa sejumlah sungai di Jawa Timur sudah tercemar mikroplastik yang berbahaya bagi tubuh. 

Sejak Juli 2022, Nina mondok sebagai santriwati di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi, Pondok Pesantren Al Amanah, Sidoarjo. Selama di pondok pesantren, remaja berusia 16 tahun itu tetap menyuarakan gerakan lingkungan dengan mengajak kawan-kawannya cermat mengurangi sampah plastik. 

Nina juga sedang mengupayakan pembenahan penanganan sampah di pondok pesantren. Caranya, membuat kantin sehat yang bebas dari plastik. Selain itu, santri wajib memilah sampah agar sebagian bisa diolah menjadi pupuk kompos dan sebagian lainnya didaur ulang menjadi barang yang berguna serta bernilai ekonomi. 

Selain itu, Nina tengah menyiapkan surat terbuka untuk calon presiden. Tentunya dengan menyampaikan isu lingkungan di dalamnya. Saat ini Nina sedang membuat format surat dan mengajak anak-anak lain se-Indonesia untuk ikut menulis surat kepada calon presiden.
 
"Isinya impian anak-anak tentang sungai, hutan, laut, dan pengolahan sampah di Indonesia."   

KUKUH S. WIBOWO | INDRA WIJAYA 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus