Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DON Quixote berkelana sampai jauh, sampai ke tanah Sunda, suatu hari pada akhir dasawarsa kedua di abad milenium ketiga. Kesatria, setidaknya begitulah ia menganggap dirinya, Spanyol ini lalu mengubah namanya menjadi Den Kisot—mungkin ia sudah membaca terjemahan sastrawan Pujangga Baru, Abdoel Moeis, tentang dia, Don Kisot, yang terbit pertama kali pada 1930-an. Lalu, pada Minggu dua pekan lalu, dua seniman, Goenawan Mohamad dan Endo Suanda, berkolaborasi menghadirkan Den Kisot di Ruang Galeri Salihara, Jakarta. Tak sepanjang kisah di buku, kehadiran teranyar kesatria Spanyol ini, dan untuk pertama kalinya di dunia dalam wujud wayang golek, hanya kurang dari dua jam.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo