Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Geliat Minol, dari Cap Tikus hingga Wine Lokal

DI tengah polemik peredaran minuman beralkohol alias minol, produk lokal justru melejit dengan olahan dan kemasan profesional. Menyusul Cap Tikus, minuman tradisional beralkohol dari Minahasa, Sulawesi Selatan, awal tahun ini muncul Sophia, dari moke dan sopi khas Nusa Tenggara Timur. Beredarnya dua merek itu disokong regulasi pemerintah daerah yang pro-pemberdayaan ekonomi warga. Seperti halnya Bali, yang punya beragam minol, baik yang tradisional seperti arak maupun wine lokal. Sejumlah merek minuman keras itu tak hanya mengandalkan penjualan langsung, tapi juga memanfaatkan media sosial dan pasar daring. Strategi itu pula yang membuat minol yang diproduksi di Semarang, Vibe, bisa meluaskan pasar. Penjualan liquor ini juga disokong capaian Vibe, yang meraih penghargaan di kompetisi level Asia hingga dunia. Tempo melaporkan dari Bali dan NTT.

19 September 2020 | 00.00 WIB

Deretan botol Hatten, wine lokal asal Bali, dan wine Two Island di gerai minuman di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, November 2014./Dok.TEMPO/M Iqbal Ichsan
Perbesar
Deretan botol Hatten, wine lokal asal Bali, dan wine Two Island di gerai minuman di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, November 2014./Dok.TEMPO/M Iqbal Ichsan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

KECAMATAN Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tak hanya menjadi lokasi gudang buah salak pondoh. Di tengah kawasan itu terdapat pula winery—tempat pembuatan wine—yang dikelola Rangga Purbaya bersama kawan-kawannya. Di sanalah Rangga, seniman dari kelompok kolektif Ruang MES 56, meracik beraneka minuman fermentasi. Ada minuman anggur bebuahan (fruit wine) dan tuak yang dijual dengan merek Pondoh, juga minuman keras sulingan alias spirit yang dilabeli Moonshine. Produk itu tak dijajakan di pasar daring (online), tapi lewat jalur underground; jejaring pertemanan dan media sosial. Pandemi Covid-19 tak menjadikan penjualan produknya anyep.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus