Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kisah Mistis Pulau Kosong di Tengah Danau Sunter

Sebelum ditata hingga menjadi cantik seperti sekarang, Danau Sunter kerap dijadikan lokasi ritual mistis, mulai bertapa hingga minta nomor togel.

23 Februari 2018 | 13.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sebuah pulau kecil di tengah Danau Sunter 1, Jakarta Utara, pada Kamis 22 Februari 2018. Orang-orang setempat menyebutnya "pulo". Konon dahulu pulo sering dijadikan tempat ritual meminta nomor judi togel dengan sesajen. FOTO: TEMPO/Alfan Hilmi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Danau Sunter 2018 tinggal hitungan hari. Upaya mempercantik area danau buatan yang akan menjadi lokasi balapan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno versus Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tersebut pun dilakukan Pemerintah Provinsi DKI. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua hari menjelang Festival Danau Sunter, tempat itu telah ditata dengan rapi sesuai dengan keinginan Menteri Susi. Mulai pedestrian, pengerukan lumpur dan membersihkan sampah, hingga memasang lampu jalan. Namun jauh sebelum dipercantik, siapa sangka Danau Sunter kerap dijadikan lokasi ritual meminta togel oleh para pendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ritual itu dilakukan di tengah Danau Sunter. Ada sebuah pulau kecil, yang oleh orang setempat disebut "pulo". Jika berjalan-jalan di sepanjang pinggir Danau Sunter 1 akan terlihat sebuah pulau kecil kurang dari satu hektare di tengah danau. Padahal dari kejauhan pulau tidak berpenghuni itu seperti pulau biasa yang hijau dipenuhi pohon kelapa, mangga, dan pisang.

Jarak antara tepi danau dan pulo sekitar 30 meter. Untuk menuju ke sana dibutuhkan perahu kecil atau getek.

Salah seorang warga setempat, Poniran, 66 tahun, mengaku sering datang ke pulo untuk memancing ikan pada malam hari. Ia tinggal di RT 15 RW 01, Sunter Jaya. Rumahnya memang tepat di belakang Danau Sunter.

Seorang atlet ski berlatih di Danau Sunter, Jakarta Utara, Rabu, 21 Februari 2018. TEMPO/Alfan Hilmi.

Suatu malam, saat sedang anteng menunggu ikan datang di pinggir pulo, ia tiba-tiba mencium bau dupa. Baunya khas seperti di kelenteng-kelenteng Cina.

Heran ada bau dupa di tengah danau, rasa penasaran Poniran timbul. Pikirannya mulai macam-macam saat itu. Ia pun langsung meninggalkan alat pancing dan bergegas menuju sumber bau.

Setelah berjalan beberapa meter ke tengah pulo, tiba-tiba di balik pepohonan ia melihat seorang pria paruh baya sedang menancapkan lima dupa liong ke tanah. Dari perawakannya, pria tersebut keturunan Tionghoa.

Di depan dupa yang ia tancapkan, terlihat berbagai macam buah-buahan, seperti pisang satu sisir, apel, pepaya, dan semangka yang dibelah dua. Buah-buahan tersebut diletakkan sedemikian rupa layaknya sesajen.

Poniran pun menyapa pria itu dengan ramah. Namun pria tersebut kaget setengah mati melihat kehadiran Poniran. Tubuhnya terjengkang ke belakang.

Setengah terlentang, ia menatap Poniran dari kejauhan dengan ekspresi ketakutan. Ketika Poniran bertanya apa yang ia lakukan di pulau, pria tersebut tidak bisa menjawab satu kata pun. Bibirnya kelu dan ia hanya mengeluarkan suara-suara yang tidak jelas.

“Dia seperti orang gagu melihat saya. Saya bilang ke dia, 'Eh kenapa, Pak? Saya manusia, bukan setan, enggak usah takut'," kata Poniran menirukan ucapannya sendiri saat itu.

Tidak ingin cari masalah, Poniran pun kembali ke lokasi  memancing ikan. Ketika di perjalanan pulang, ia bertemu dengan rekannya Sodikin, 56 tahun, di pinggir danau. Poniran pun memberitahukan kepada Sodikin tentang adanya orang yang bermain dupa di pulo. Sodikin menjawab dengan santai, "Itu orang nyari nomor togel, saya yang mengantar pakai perahu."

Poniran tidak ingat pasti kapan kejadian tersebut berlangsung. “Sekitar tahun 1993 atau 1994, lah, lagi maraknya nomor SDSB (sumbangan dermawan sosial berhadiah),” ujarnya. SDSB adalah lotre atau undian berhadiah ala Orde Baru.

Sejak kejadian tersebut, Poniran tidak merasa kaget lagi jika ada orang yang datang ke pulo untuk tujuan aneh-aneh.

Secara pribadi, Poniran belum pernah mengalami kejadian di luar nalar di pulau kosong tersebut. Hanya satu yang ia takutkan saat mengunjungi pulo, yakni serangan ular. Beberapa kali memang sering ditemukan ular sanca di wilayah Danau Sunter.

Beberapa warga setempat menyebut pulo merupakan bekas lokasi berdirinya tiang pemancar Bandar Udara Internasional Kemayoran, yang mulai aktif pada 1940. Jarak Danau Sunter dengan lokasi bekas Bandara Kemayoran memang tidak jauh, yakni hanya 2,5 kilometer.

Kepala RT 22 RW 01 Sunter Jaya Zainudin mengatakan, pulo di Danau Sunter 1 dahulu memang sering dijadikan lokasi bertapa oleh para pendatang. Sebagai kepala RT, Zainudin kerap didatangi orang-orang yang izin bertapa di sana. Mereka biasa datang sehabis magrib dan pulang pada subuh.

“Kata orang-orang yang bertapa di sana, katanya ada sesosok perempuan cantik yang sebagian tubuhnya berbentuk ular. Saya juga tidak pernah lihat,” ucap Zainudin.

Zainudin mengatakan aktivitas bertapa di pulo banyak dilakukan para pendatang. Sedangkan masyarakat setempat lebih banyak melakukan kegiatan sewajarnya jika berkunjung ke pulo, seperti bercocok tanam dan memancing ikan.

Pengunjung Danau Sunter, Jakarta Utara, kini dimanjakan dengan fasilitas pedestrian. Lebarnya bervariasi, dari 4 sampai 7 meter, Rabu, 21 Februari 2018. TEMPO/Alfan Hilmi.

Kini sudah jarang pendatang yang mengunjungi Danau Sunter untuk tujuan mistis. “Sekarang sudah enak, lebih terang, banyak orang berkunjung. Kalau dahulu kan gelap, jadi kesannya seram saja,” tutur Zainudin.

Sebagian area danau buatan tersebut kini sudah ditata dan lampu penerangannya ditambah. Para pengunjung juga dimanjakan dengan pedestrian yang dilengkapi dengan jalur sepeda menjelang Festival Danau Sunter pada 25 Februari 2018, yang akan dihadiri Sandiaga Uno dan Susi Pudjiastuti. Meskipun begitu, air di Danau Sunter masih jauh dari kata jernih.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus