Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Aneka Cerita di Bus Antarkota

Berawal dari hobi, sejumlah pencipta konten video meraih ketenaran setelah rajin membagikan cerita perjalanan mereka menaiki berbagai bus antarkota. Komunitas pencinta bus juga ikut meramaikan konten moda transportasi bus di media sosial.

20 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penumpang menunggu keberangkatan saat berada di dalam bus jarak jauh di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, 18 November 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baru beberapa jam tiba di rumahnya, di Kota Blitar, Andriawan Pratikto seketika sibuk mengutak-atik laptopnya, Kamis lalu. Padahal, sejak beberapa hari sebelumnya, pria berusia 26 tahun itu berkeliling ke sejumlah daerah di Jawa Tengah berburu gambar untuk keperluan konten video di kanal YouTube miliknya.
 
Sembari mengedit potongan video, Andriawan meluangkan waktu sejenak untuk menerima wawancara dari Tempo secara daring. "Saya baru pulang dari Kutoarjo, Solo, dan sebelumnya di Ungaran," kata pria yang kerap disapa Tito itu. 
 
Di situs berbagi video YouTube, Andriawan merupakan kreator konten spesialis cerita perjalanan. Tercatat ia sudah mengunggah lebih dari seribu video dan memiliki 1 juta pelanggan. Video-videonya ditonton ratusan ribu hingga jutaan kali. 
 
Mayoritas video Andriawan adalah cerita perjalanannya menggunakan bus antarkota antarprovinsi alias AKAP. Ia menceritakan secara detail pengalamannya mengendarai berbagai bus milik sejumlah perusahaan otobus. Ia menyusun cerita senatural mungkin layaknya seseorang yang akan melakukan perjalanan menggunakan bus. 
 
Andriawan pun hanya berfokus menceritakan perjalanan bus. Ketika sampai di terminal tujuan, ia akan menyambung perjalanannya ke daerah lain menggunakan bus lain pula. Saking sering naik bus, ia paham jenis mesin, rangka, sampai produsen karoseri dari setiap bus yang ia lihat barang sekilas. "Saya hafal karena sudah terbiasa dan hobi saja," ujar Andriawan sambil tertawa. 
 
Perjalanan Andriawan menggeluti dunia bus terjadi tak sengaja. Awalnya, ia merupakan penggila kereta api. Sejak 2014, ia kerap memburu foto dan video kereta api. Kegiatan itu ia lakukan saat senggang kuliah di Yogyakarta. 
 

Andriawan Pratikto. Dokumentasi Pribadi.

Mulanya Andriawan tak berniat mengunggah foto dan video kereta api ke YouTube. Platform itu menjadi pilihan lantaran ia enggan menyimpan video di dalam hardisk. "Ternyata lumayan juga banyak yang nonton. Tapi baru satu tahun setelahnya saya terima uang pertama dari YouTube."  
 
Namun kanal miliknya sempat tidak berkembang. Untuk penyegaran, Andriawan membuat video tentang bus. Terlebih, sejak awal ia memang suka dengan bus. Hasilnya pun lumayan, terdapat lonjakan jumlah penonton dan pelanggan di kanal YouTube miliknya. 
 
Video Andriawan sempat heboh saat menceritakan tren klakson bus telolet pada pertengahan 2016. Saat itu banyak anak muda di sejumlah daerah berdiri di pinggir jalan sembari menunggu bus lewat. Jika ada bus yang melintas, mereka berteriak "om telolet om" dengan maksud meminta sopir bus membunyikan klaksonnya. Uniknya, saat itu bus-bus AKAP ramai memakai klakson dengan bunyi itu. "Video saya sempat diunggah ulang oleh banyak orang, termasuk artis."  
 
Mendapat sambutan positif, Andriawan makin tertarik memperdalam konten cerita perjalanan bus. Gayung bersambut, sejumlah perusahaan otobus memunculkan armada bus baru dengan fasilitas yang inovatif. Dari layanan makanan yang lengkap, fasilitas kursi tidur atau sleeper bus, sampai bus dua tingkat alias double decker. Singkat cerita, Andriawan punya peluang lebih banyak menggali cerita dari bus di kanal YouTube miliknya. 
 
Menurut Andriawan, persaingan inovasi antar-perusahaan penyedia jasa angkutan bus makin kencang ketika pandemi Covid-19 mereda. Saat itu, pemerintah mulai melonggarkan sejumlah aturan, termasuk urusan mobilitas masyarakat. 
 
Andriawan menyebutkan ramainya inovasi moda angkutan bus terjadi lantaran terciptanya persaingan yang sehat antar-perusahaan otobus. Karena hampir seluruh pemain bus itu perusahaan swasta, persaingan jasa transportasi bus sangat ketat. Berbeda dengan kereta yang cuma satu milik pemerintah, tidak ada kompetitor, jadi terkesan begitu-begitu saja. "Kalau bus tidak ikut berinovasi, ya, pasti akan mati," tutur Andriawan. 
 
Selain itu, munculnya jalan tol Trans Jawa membuat perusahaan bus lebih berani mempercepat waktu tempuh perjalanan. Termasuk penyediaan sejumlah bus dengan badan tinggi seperti double decker. Maklum, jika melewati jalan tol, tak ada lagi halangan, seperti kabel yang menjuntai dan ranting-ranting pohon yang kerap ditemui di jalan raya biasa. 
 
Andriawan menyebutkan berkembangnya layanan bus AKAP tak hanya terjadi di Pulau Jawa. Sejumlah perusahaan otobus di Sumatera dan Sulawesi pun sedang berlomba memberikan layanan terbaik pada armadanya masing-masing. 
 
Selain demi konten, Andriawan menyebutkan video-video tentang perjalanan bus ia bikin semata-mata untuk membantu masyarakat dan warganet. Khususnya mereka yang belum pernah menumpang bus AKAP, termasuk bus yang menyeberang antarpulau. "Karena sejatinya jangkauan bus itu sangat banyak. Bus masih menjadi moda transportasi yang bisa sampai pelosok daerah." 
 
Selain Andriawan, ada Ahmad Wildani, seorang YouTuber yang berfokus menceritakan perjalanan dengan bus. Tercatat Wildani sudah mengunggah lebih dari 500 video di kanal YouTube miliknya yang mempunyai jumlah pelanggan 484 ribu. 
 
Wildani mengaku tak berniat menjadi YouTuber perjalanan bus. Jauh sebelum mengenal media sosial, dia memang tergila-gila dengan bus. "Saya bisa wira-wiri naik bus tanpa tujuan," kata dia, kemarin. 
 
Mulanya ia hanya mengambil foto bus yang ia anggap menarik lalu mengunggahnya ke Facebook. Dari foto, Wildan merambah ke video singkat. Lama-kelamaan, ia membuat video panjang yang menceritakan detail perjalanannya menaiki bus. 
 
"Kok ramai dan dapat uang lumayan dari situ (YouTube), makanya keterusan jadi travel vlogger. Lumayan uangnya bisa dipakai beli tiket bus lagi," kata Wildani. 

Penumpang menaiki bus jarak jauh Rosalia Indah di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, 18 November 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

 
Menurut dia, menjadi travel vlogger spesialis bus sangat menyenangkan. Ia bisa mendapat banyak kenalan sesama pencinta bus selama berpetualang naik bus hingga pelosok Tanah Air. Hal menarik lain dari bus, menurut Wildani, adalah terobosan tanpa henti yang disajikan setiap perusahaan otobus. "Jadi, banyak hal yang bisa kami liput dari bus ini." 
 
Kehadiran berbagai komunitas penggemar bus makin meramaikan media sosial dengan konten-konten bus. Komunitas Bis Mania Indonesia, misalnya, kerap berburu foto dan video bus-bus di berbagai daerah. "Lazimnya, anggota kami kumpul di terminal masing-masing daerah, lalu berburu foto," kata salah satu administrator dan juru bicara Bis Mania Indonesia, Syahril Efendi, ketika dihubungi, Jumat lalu. 
 
Komunitas yang punya anggota dan kepengurusan hingga ke tingkat provinsi serta kabupaten/kota di seluruh Indonesia ini juga rutin menggelar jambore nasional yang lokasinya berpindah-pindah saban tahun. Mereka juga dengan sukarela memberikan informasi kepada warganet yang bingung saat akan mencari bus. "Adanya media sosial makin bisa mempermudah informasi," tutur pria asal Riau berusia 24 tahun itu. "Kami pun akan membantu jika ada yang bertanya."  
 
INDRA WIJAYA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus