Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kisah Sebuah Apotik

Kota denpasar dinyatakan tertutup untuk usaha apotek baru, tetapi jan 78 muncul apotek baru dekat rsup. dprd bali meminta kanwil depkes bali agar apotek tersebut ditutup & bagaimana ijin dapat dikeluarkan. (kt)

11 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Denpasar tertutup untuk usaha apotik baru. Ini sudah berlaku cukup lama. Karena 10 buah apotik yang ada, dirasa sudah cukup. Oleh sebab itu pula berbagai permintaan mendirikan apotik baru terpaksa ditolak. Tapi tiba-tiba pertengahan Januari lalu muncul sebuah apotik baru. Namanya Apotik Sehat. Letaknya hanya 200 meter dari RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) di Jalan Waturenggong. Tentu saja di dalam Kota Denpasar. Dan tentu pula protes mengalir dari kalangan pengusaha apotik yang sudah ada. Apalagi, apotik baru itu terang-terangan mereklamekan usahanya dan buka 24 jam. Maka nmengalirlah mereka yang butuh obat, terutama pasien-pasien rumah sakit. Karena RSUP yang dekat sana ternyata tak punya persediaan obat cukup sehingga mengharuskan penderitanya mencari obat sendiri di luar. Ya, di Apotik Sehat. Apa jawab dr. S.L. Leimena, M.P.H., Kepala Kanwil Departemen Kesehatan Bali? Berulang kali didesak, pejabat ini mengelak memberi tanggapan. Beruntung, ketika suara-suara di luar menuduh Apotik Sehat milik oknum-oknum RSUP dan Kanwil Departemen Kesehatan, ia mencoba menulis fikiran pembaca singkat di dalam harian Bali Post. Tentu pertama-tama yang dibantahnya adalah tuduhan bahwa apotik baru itu milik kawan-kawannya. Tapi dikatakannya, izln apotik baru itu sudah memenuhi persyaratan yang memadai. Ketak-wajaran Itu saja. Tak dijelaskannya, apakah apotik itu terletak di dalam atau di bilangan luar kota - satu hal yang menyebabkan protes-protes itu mengalir. Pihak Gabungan Pengusaha Farmasi Bali, jelas-jelas menyebut letaknya didalam kota. Tapi pihak Apotik Sehat mengatakan lokasinya luar kota. Namun satu hal yang rupanya memang mengaburkan persoalan ini: batas Kota Denpasar amat tak jelas. Dan polemik terus berlangsung. Karena pertikaian pendapat bakal tak akan berakhir, ujung bulan lalu DPRD Bali dan Dewan Mahasiswa Universitas Udayana turun tangan. Dua pihak ini bertemu dan membahas soal itu. Rupanya DPRD Bali sebelumnya sudah siap dengan keputusan: minta kepada Kanwil Depkes Bali agar menutup Apotik Sehat. Pihak mahasiswa setuju. Apotik Sehat pun ditutup. Tapi mereka juga tahu pemilik apotik baru itu adalah juga yang empunya Apotik Sadha Karya dan Apotik Bali Farma yang bukan pribumi. Walaupun apotik itu sudah tiada, tapi baik DPRD Bali maupun Dema Unud tetap ingin mempersoalkan: bagaimana denan izin apotik baru bulan Septcmber tahun lalu, disebutkan sudah ada izin baru yang disetujui. Namun izin Apotik Sehat keluar awal Januari baru lalu - jika benar ini yang dimaksud. Tapi kalau maksudnya bukan Apotik Sehat, berarti akan keluar pula izin apotik baru lagi. "Ketidak-wajaran ini yang dituntut DPRD, jua untuk menjernihkan suarasuara sumbang di luar," ujar seorang anggota DPRD Bali dari Komisi D.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus