Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AS'AD Said Ali adalah orang kedua, setelah Abdullah Makhmud Hendropriyono, di Badan Intelijen Negara pada 2004. Dia antara lain bertanggung jawab dalam perekrutan agen. Ia juga bertugas meneken semua surat yang keluar dari kantor lembaga telik sandi itu.
Ketika Munir Said Thalib dibunuh pada 7 September 2004, As'ad beberapa kali dimintai keterangan oleh penyidik kepolisian. Penyebabnya surat bernomor R-451/VII/2004 yang berisi permintaan kepada Direktur Utama PT Garuda Indonesia untuk menugasi pilot Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai anggota pengamanan internal maskapai penerbangan nasional itu. Tugas sang pilot, menurut surat yang diterbitkan pada Juli 2004 itu, adalah menangkal bahaya terorisme.
Surat itu, menurut Direktur Utama Garuda Indra Setiawan, ditandatangani As'ad. Tapi, kepada penyidik, Indra mengatakan surat itu hilang ketika mobilnya dibobol maling di pelataran Hotel Sahid, Jakarta. Polisi kemudian "menghidupkan" salinan suratnya ketika membongkar komputer di ruang kerja Deputi Bidang Penggalangan BIN Muchdi Purwoprandjono.
Tempo menunjukkan salinan surat itu kepada As'ad dalam pertemuan pada bulan lalu. "Saya baru lihat surat ini," kata As'ad, kini Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Mengapa Anda membuat surat penugasan untuk Pollycarpus?
Tak ada surat seperti itu. Saya juga pernah ditanya penyidik soal surat itu. Saya tanya, "Mana suratnya?" Mereka tak bisa menunjukkannya karena sudah hilang. Surat rahasia, kok, bisa hilang? Kalau surat itu ada, bisa saya tunjukkan surat itu asli atau tidak. Semua surat BIN melewati wakil kepala.
Jadi seharusnya Anda tahu surat itu?
Ya, karena surat keluar melalui saya. Alurnya, surat dari deputi akan masuk ke sekretaris utama, dan dalam surat itu disebutkan pertimbangannya, apakah atas perintah Kepala BIN atau berdasarkan keputusan rapat.
Surat itu memudahkan pembunuhan Munir….
Motivasi BIN membunuh Munir itu apa? Kami tak punya urusan dengan Munir. BIN malah diuntungkan dengan paradigma yang dikembangkan Munir, soal hak asasi yang dimasukkan ke sumpah intelijen. Soal motivasi BIN mesti Anda cari sendiri. Saya tak mau berkomentar karena sudah menjadi ranah pengadilan.
Kami punya surat itu….
(Tempo menyerahkan surat nomor R-451/VII/2004.)
Ini bukan model surat BIN. Kalau bentuknya seperti ini, siapa saja bisa membuatnya. Font surat resmi BIN juga lebih besar daripada font di surat ini.
Apakah surat ini ditunjukkan penyidik yang memeriksa Anda?
Tidak.
Apakah pernah melihat surat ini sebelumnya?
Enggak, saya enggak pernah lihat.
Surat ini kemudian dirujuk Direktur Utama Garuda untuk menugasi Pollycarpus….
(Tempo menunjukkan surat Indra Setiawan nomor GARUDA/DZ-2270/04 tanggal 11 Agustus 2004.)
Itu persepsi untuk mengaitkan saya dengan kasus ini. Saya juga dituduh menjalin kontak dengan Pollycarpus, padahal enggak ada. Apa yang terjadi ini masih teka-teki dan ada persepsi yang diarahkan kepada saya.
Sebetulnya, bagaimana BIN melihat pembunuhan Munir?
Saya enggak tahu. Kan, sudah ada Tim Pencari Fakta. Tim sudah bergerak sampai Deputi V Muchdi Purwoprandjono diadili, tapi tidak terbukti.
Apakah saat itu BIN melakukan evaluasi internal?
Kami dirugikan. Ini tempat kerja saya sejak 1974. Saat diberlakukan daerah operasi militer di Aceh, BIN juga dirugikan. Saat itu kami marah karena diserang padahal tak tahu apa-apa. Saat Munir meninggal, kami belum sadar. Belakangan baru sadar, kok, BIN yang diserang? Saya yang paling tertekan.
Apa reaksi kemarahan pejabat BIN waktu itu?
Kami di BIN tidak pernah dilatih membunuh. Kami hanya punya pistol buat jaga diri. Kami kok diseret sampai dicari-cari surat saya itu. Saat diperiksa, saya ditanya, "Seandainya surat itu ada, bagaimana?" Kalau saya yang tanda tangan, pasti saya tahu.
Mungkinkah ada deputi yang membuat surat itu tanpa setahu Anda?
Kalau teori konspirasi, apa saja bisa, bisa dari luar atau dari dalam.
Apakah BIN pernah berusaha membuktikan tidak bersalah?
Untuk apa? Nanti, kalau turun, malah dikira ada apa-apa. Saya yakin Pak Hendropriyono sebagai Kepala BIN juga enggak melakukannya. Kalau iya, pasti dia bilang ke saya.
Ada analisis bahwa kematian Munir berkaitan dengan pemilihan presiden 2004….
Itu juga ditanyakan kepada saya. Jadi seolah-seolah pembunuhan Munir untuk memenangkan Megawati Soekarnoputri. Seolah-olah militer terlibat. Absurd. Tidak ada dan tak mungkin Megawati seperti itu.
Dengan sosoknya yang antimiliter, Munir dibunuh oleh tentara, institusi Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi rival Megawati….
Bu Mega tak seperti itu. Dia kan pernah hidup tertekan karena ayahnya dianggap melanggar hak asasi, disebut diktator, dan macam-macam. Ibu Mega tak secanggih itu.
Jadi pembunuhan Munir memakai cara canggih?
Iya.
Seandainya BIN menganggap Munir perlu dibunuh, bagaimana caranya?
Masak, Munir dibunuh? Pembunuhan tidak pernah diajarkan di BIN. Membunuh adanya di intelijen tempur. Tugas BIN mencari informasi strategis saja.
Apakah Anda menyimpulkan pembunuhan Munir bagian dari operasi intelijen tempur?
Kalau baca text book, seperti itu.
Di persidangan, ada bukti Pollycarpus menjalin kontak dengan Muchdi dan BIN….
Setahu saya, Muchdi punya tiga nomor telepon yang dipegang asisten dan ajudannya. Saya tak tahu soal telepon itu.
Apakah BIN memakai telepon meja untuk berkomunikasi?
Ada dua nomor, di direktur dan tata usaha.
Setelah dilacak penyidik, nomor yang berhubungan dengan Pollycarpus itu milik BIN….
Saya tak tahu.
Ada berapa jenis agen di BIN?
Dua, yang resmi atau organik dan non-organik yang disebut contact person. Agen resmi dilatih. Kalau non-organik, hanya didata dan tak akan diakui jika terjadi apa-apa.
Apakah setiap deputi tahu siapa saja agen organik?
Harus tahu, karena mereka wajib lapor.
Pollycarpus masuk organik atau non-organik?
Nama dia tak ada di BIN.
Apakah ada sanksi bagi agen yang melakukan kesalahan sehingga operasi terbongkar?
Yang jelas, kalau agen asli tidak akan mengaku. Yang mengaku biasanya cuma informan. Statusnya dipakai untuk malak orang.
Apakah informan BIN ada yang nakal?
Banyak sekali. Mereka tak bisa dikendalikan karena bukan orang kami.
Setiap agen bisa punya agen lagi di lapangan?
Ya, memang seperti itu. Jika mereka ingin memiliki informan, seharusnya mereka lapor agar dibuatkan kartu anggota agar ada batasan. Tapi biasanya diserahkan kepada masing-masing.
Apakah Anda pernah memakai informan?
Pernah. Contact person saya di jaringan kelompok radikal. Tapi selalu saya laporkan karena ini menyangkut gaji. Informan tak mendapat gaji resmi karena dibayar sesuai dengan pekerjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo