Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAYANGKAN semua mobil Lamborghini paling langka dan bersejarah ada dalam satu ruangan. Karena itu, Amanda Conti, pemandu di Museum Lamborghini, berulang-ulang mengingatkan saya dan rombongan untuk tak menyentuh mobil-mobil tersebut. “Jangan sampai sidik jari Anda tertinggal,” katanya sopan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amanda pula yang mencegah kami untuk langsung mendekati deretan mobil di lantai dasar: mobil-mobil super yang produksinya disupervisi langsung oleh Ferruccio Lamborghini, pendiri pabrikan ini. “Kita naik dulu ke lantai dua,” ujar Amanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum Lamborghini di Sant’Agata Bolognese di region Emilia-Romagna di Italia utara terdiri atas dua lantai. Museum terletak di bagian depan pabrik Automobili Lamborghini dengan luas 0,9 hektare. Perjalanan Lamborghini sejak berdiri hingga sekarang ditulis di satu sisi dinding museum. Selain menampilkan berbagai tipe yang melegenda, museum memamerkan beberapa mesin V12 yang menjadi dapur pacu sejumlah model Lamborghini.
Di lantai dua museum pada akhir Januari 2024 itu, mobil-mobil sport Lamborghini yang ikonik terparkir berjejer. Amanda langsung menuntun kami ke arah Reventon. Mobil yang diproduksi pada 2007 ini hanya dibuat 20 unit. Ini salah satu mobil termahal Lamborghini. Saat diluncurkan harganya sekitar 1,5 juta euro. Di sebelah Reventon, ada Sesto Elemento yang juga hanya ada 20 unit di seluruh dunia. Kelebihan mobil yang dibuat pada 2010 itu adalah materialnya yang ringan. Bukan hanya bodinya, suspensi dan interiornya juga terbuat dari serat karbon. Berat totalnya hanya 999 kilogram.
Namun mobil paling langka Lamborghini bukan kedua mobil tersebut. Di sebelah Sesto Elemento, tercogok Veneno. Diproduksi pada 2014, Veneno hanya dibuat empat unit untuk model coupe dan sembilan untuk tipe roadster. Mobil yang terparkir di museum adalah tipe coupe. “Ini nomor nol,” tutur Amanda.
Bersama nomor nol tersebut, berarti hanya ada lima Veneno coupe di seluruh dunia. Menurut Amanda, Lamborghini selalu menyimpan mobil pertama yang diproduksinya. “Semua mobil yang ada di sini adalah nomor nol.”
Demikian pula Centenario yang berada di sebelah Veneno. Diproduksi hanya 40 unit, dengan 20 tipe coupe dan 20 tipe roadster, mobil ini dibuat untuk memperingati 100 tahun Ferruccio Lamborghini. Meski hanya sempat memiliki Lamborghini selama 10 tahun, sejak 1963 hingga 1973, Ferruccio sangat dihormati pegawai pabrik mobil tersebut hingga sekarang. Meski tak seringan Sesto Elemento, bobot Centenario terhitung ringan, yakni 1,52 ton. Ini lantaran bodinya terbuat dari serat karbon. Dibekali mesin V12, Centenario bisa melaju hingga 350 kilometer per jam.
Centenario bukan yang paling cepat. Di deretan mobil-mobil tersebut, ada Sian FKP 37, yang dibuat pada 2019 sebanyak 74 unit. Inilah mobil super pertama dengan mesin hibrida, V12 dan teknologi berbasis superkapasitor. Tenaga yang dihasilkan bisa melesatkan kecepatan lebih dari 350 kilometer per jam. Ini pula mobil Lamborghini yang paling bertenaga, bahkan dibandingkan dengan Countach LPI 800-4 buatan 2021 yang berada di sebelahnya. Sama-sama bermesin hibrida, laju optimal Countach sama seperti Centenario.
Belakangan, Lamborghini memang berfokus mengembangkan mesin hibrida. Pada tahun ini mereka akan memproduksi secara massal Revuelto yang dibekali mesin seperti Sian. “Saat ini mesin hibrida adalah yang terbaik,” kata Head of Motorsport Lamborghini, Giorgio Sanna.
Di lantai dua juga ada Murcielago, yang diproduksi pada 2009 sebanyak 350 unit. Lalu ada Aventador SVJ, yang dibuat 900 unit untuk coupe, 800 roadster, dan 63 special edition pada 2018. Mesin V12 yang digendongnya menghasilkan 770 tenaga kuda, bisa membuat mobil melaju lebih dari 350 kilometer per jam.
Salah satu pemilik Aventador roadster tersebut adalah selebritas Raffi Ahmad. Sebelum punya Aventador, Raffi menyimpan Gallardo di garasinya. “Supercar pertamaku itu Lamborghini,” ucap Raffi. Selain menyukai desainnya yang futuristik, Raffi senang akan tenaganya. “Enak dipakai buat memacu adrenalin,” ujarnya. Jika ingin mengebut, Raffi mengaku membawa Aventador-nya ke Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Lamborghini Veneno di Geneva Motor Show 2013/Lamborghini.com
Bukan cuma mobil edisi terbatas yang terparkir di lantai dua. Di sana juga ada dua tipe Lamborghini yang paling banyak dijual: Gallardo LP 570-4 dan Urus. Diproduksi selama satu dekade, 2003-2013, Gallardo terjual 14.022 unit. Adapun Urus, yang memiliki konsep super sport utility vehicle (SUV), telah dimiliki lebih dari 20 ribu konsumen. Hingga saat ini, Urus terus diproduksi di pabrik di belakang museum.
Mobil terakhir yang ditunjukkan Amanda di lantai dua adalah Huracan GT3 Evo keluaran 2019 yang diproduksi sebanyak 51 unit. Mobil ini dipakai untuk balapan Super Trofeo, GT3, World Endurance Championship, serta The International Motor Sport Association Championship kategori Le Mans Daytona Hybrid. Mesin V10 Huracan memakai pelumas produksi PT Pertamina Lubricants, sponsor Lamborghini dalam balapan tersebut sejak 2015.
“Untuk memenangi balapan yang sangat keras, penting sekali untuk memiliki mitra yang mendukung performa mesin,” kata Giorgio Sanna.
Kami kembali ke lantai satu. Tapi, sebelum kami menuju mobil-mobil awal Lamborghini, Amanda mengajak kami melihat-lihat LM002, mobil tipe off-road mewah pertama dengan performa laksana supercar. Menurut Amanda, tipe awal mobil ini dibuat untuk militer Amerika Serikat dengan kode “Cheetah”.
Hampir sepuluh tahun kemudian, pada 1986, LM002 dibuat untuk warga sipil. Hanya ada 301 unit, pemiliknya antara lain Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Mike Tyson saat masih aktif bertinju, dan gembong narkotik Kolombia, Pablo Escobar. “Saya tahu dari berita,” ucap Amanda. Pemilik lainnya dia tak tahu karena Lamborghini merahasiakan nama para pembeli.
Di lantai satu, hanya LM002 yang tak berbentuk supercar. Sisanya adalah mobil super yang diproduksi saat Ferruccio masih sebagai pemilik dan setelah dia menjual semua sahamnya pada 1974. Mobil lawas yang dibuat setelah Ferruccio pensiun antara lain Countach LP400, mobil pertama Lamborghini yang desainnya futuristik. Nama Countach berasal dari ungkapan yang umum di Piemonte, Italia barat, yang berarti “wow”.
Walau begitu, saya tak berlama-lama di depan Countach. Saya segera menuju mobil yang sejak tadi saya ingin lihat dari dekat: 350 GT, Miura, dan Espada. Inilah mobil-mobil yang diciptakan Lamborghini ketika Ferruccio masih memimpin perusahaan.
Pertama kali diluncurkan pada 1968, Espada adalah mobil kelas grand touring (GT) yang muat buat empat penumpang. Espada diproduksi hingga 1978, setelah Ferruccio pensiun, dengan jumlah total 1.226 unit. Karena punya empat kursi, bodi Espada terlihat lebih gemuk ketimbang Miura P 400S yang ada di sebelahnya. Miura yang pertama kali diproduksi pada 1966 punya dua kursi seperti mobil Lamborghini kebanyakan.
Pada zaman itu, inilah mobil sport yang performanya paling gahar sedunia. Kecepatan maksimumnya tembus 280 kilometer per jam. Bukan kebetulan nama Miura diambil dari nama jenis banteng petarung di Spanyol. Nama ini pun pas dengan Lamborghini yang memiliki logo banteng mengamuk.
Paling ujung di deretan mobil di lantai satu adalah 350 GT. Meski paling jauh, warnanya yang merah menyala langsung membetot perhatian. Mobil 350 GT adalah tonggak awal sekaligus simbol perlawanan Lamborghini terhadap Ferrari. Dibuat pada 1964, setahun setelah Ferruccio mendirikan perusahaan, 350 GT adalah mobil pertama Lamborghini yang diproduksi massal. Selama dua tahun, 1964-1966, mobil berkecepatan maksimal 250 kilometer per jam itu dijual sebanyak 120 unit.
“Ferruccio membuat mobil ini karena dikecewakan Enzo Ferrari,” kata Amanda, pemandu kami, merujuk pada pendiri Ferrari. Enzo tak menerima keluhan Ferruccio soal kopling Ferrari 250 GT kepunyaan Ferruccio.
Bermula dari kemasygulan Ferruccio, perjalanan Lamborghini menjadi merek yang ikonik di dunia otomotif pun dimulai.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Monumen Kemasygulan Ferruccio"