Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ROBERTO berjalan mengendap-endap ke arah barisan Urus yang sedang dirakit. Di punggungnya, ia menggendong bodi berwarna kuning. Menjelang Stasiun 14, ia berhenti, tapi lampu seinnya terus berkedap-kedip. Ia menunggu Roberto yang lain, yang memanggul mesin V8 dan telah dipasangi gardan serta as roda, bergeser dari Stasiun 14—satu dari 24 stasiun, area sekitar 5 x 5 meter, tempat pemasangan komponen mobil dalam setiap tahap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah Roberto dengan mesin V8 bergeser, Robertino dengan bodi masuk ke Stasiun 14. Lalu bodi itu diangkat oleh crane dan Roberto dengan mesin V8 masuk lagi ke Stasiun 14 dengan posisi persis di bawah bodi. Pelan-pelan, derek jangkung itu menurunkan bodi supaya terpasang pada Roberto dengan mesin V8.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roberto adalah nama robot AGV yang bertugas membawa benda berat seperti bodi dan mesin dalam proses perakitan mobil di pabrik Automobili Lamborghini. Ada juga robot yang lebih kecil yang dinamai Robertino untuk mengangkut benda yang lebih ringan. Walaupun hampir semua pekerjaan yang berhubungan dengan memindahkan atau menggeser dilakukan oleh robot, perakitan Urus, super sport utility vehicle (SUV) Lamborghini, dilakukan secara manual.
Karena itu, setelah bodi diturunkan oleh crane dan klop dengan mesin beserta gardan dan as rodanya, para mekanik memasangkan baut dan mengencangkannya. Memang ada juga robot yang mengecek seberapa kencang baut ataupun mengoleskan lem silikon pada tepi kaca mobil. Namun hampir semua komponen dipasang oleh manusia.
Produksi mobil Lamborghini Huracan di pabrik Lamborghini di Sant’Agata Bolognese, Bologna, Italia/Dok.Lamborghini
“Semua mobil Lamborghini pada dasarnya dibuat secara manual dalam skala yang berbeda-beda. Mobil-mobil keluaran lama kami bahkan benar-benar dibuat dengan tangan,” kata Giorgio Sanna, Head of Motorsport Lamborghini, di markas Lamborghini di Sant’Agata Bolognese, Bologna, Italia, pada akhir Januari 2024.
Urus di Stasiun 14 adalah mobil ke 29.956 SUV super ini. Diproduksi sejak 2018, Urus adalah Lamborghini yang paling banyak dilepas kepada konsumen. Urus juga SUV super pertama di dunia. Karena itu, mobil ini dinamai “Urus”, yang merupakan leluhur banteng petarung. Di Eropa, harganya mulai sekitar Rp 3 miliar. Di Indonesia, Urus ditawarkan mulai Rp 8,5 miliar. Berbahan bakar bensin, mesin V8-nya sanggup melesatkan Urus hingga 305 kilometer per jam.
Menurut Dimitrios Korkiniotis, pegawai Lamborghini yang memandu saya dan sejumlah jurnalis lain berkeliling pabrik, dalam sehari Lamborghini merakit 30 unit Urus. Proses perakitan tak termasuk pengepresan, pengelasan, dan pengecatan bodi serta pembuatan komponen lain. Bodi yang sudah jadi dan mesin yang telah dirakit kemudian dipanggul Roberto si robot ke tiap stasiun untuk dipasangi komponen lain. Di tiap stasiun, pemasangan komponen harus selesai dalam 30 menit, termasuk proses pemasangan bodi pada mesin di Stasiun 14 ataupun pemasangan roda di stasiun berikutnya.
Setelah semua komponen terpasang dan mesin serta sistem digitalnya menyala, setiap Urus akan menjalani uji jalan mengelilingi pabrik Lamborghini. Meskipun lulus, mobil tak langsung dikirim ke pembeli, melainkan dibawa ke gedung lain di seberang gedung perakitan untuk dicek sekali lagi. Bukan cuma mesin ataupun kelistrikannya, tapi juga permukaan bodinya. Menurut Korkiniotis, jika ditemukan sebuah garis halus saja, misalnya karena bodi tersambar kerikil saat test drive, mobil akan dipoles lagi. “Skenario terburuk, mobil dicat ulang seluruhnya,” katanya.
Mobil Lamborghini Revuelto di acara perayaan ulangtahun Lamborghini ke-60, di Miami, Amerka Serikata, pada 2023/Lamborghini.com
Urus adalah cerminan semangat Ferruccio Lamborghini, sang pendiri, yang tak gentar berinovasi, visioner, dan berambisi menjadi pionir. Urus mendobrak pakem bahwa supercar harus berbentuk mobil sport yang mungkin hanya sesekali dipakai. Dengan postur yang lebih jangkung dan muat lima penumpang, Urus bisa dipakai sehari-hari di jalanan apa pun. Karena itu, Urus jadi mobil Lamborghini yang paling banyak dipesan.
Menurut Giorgio Sanna, semangat menantang zaman tersebut merupakan legasi Ferruccio yang terus dipelihara para pegawai Lamborghini hingga sekarang. “Bagi kami, sangat penting untuk selalu menjadi pencipta tren, bukan sebagai pengikut,” ujarnya. Tren tersebut bisa soal desain ataupun teknologi mobil. Maka, kata Sanna, setiap produk Lamborghini harus memiliki efek “wow”. “Kalau tak ada efek ‘wow’-nya, itu bukan Lambo.”
•••
FERRUCCIO Lamborghini mendirikan perusahaan mobilnya, Automobili Lamborghini, pada 1963. “Awalnya untuk menantang Ferrari,” ucap Giorgio Sanna. Menurut Amanda Conti, pemandu di Museum Lamborghini, semua bermula dari kemasygulan Ferruccio terhadap Enzo Ferrari, pendiri Ferrari, yang menyepelekan keluhannya soal kopling Ferrari 250 GT. “Sejak itu, dia bertekad membuat mobil yang lebih baik dari Ferrari,” ujarnya.
Versi cerita yang lebih panjang menyebutkan, pada awal 1960-an itu Ferruccio sudah menjadi salah satu industrialis terkemuka di Italia utara. Perusahaan traktor yang didirikannya pada 1948, Lamborghini Trattori, sukses memasarkan traktor murah kepada petani. Kaya raya berkat traktor rakitannya, dia pun mengoleksi mobil grand touring yang paling terkenal pada zamannya, Ferrari 250 GT.
Namun mobil itu kurang enak dipakai karena koplingnya bermasalah. Ferruccio pun membawanya ke pabrik Ferrari di Maranello di Modena yang berjarak sekitar 50 kilometer dari markas Lamborghini Trattori di Cento, Ferrara. Kedua kota itu berbeda provinsi, tapi sama-sama berada di Region Emilia-Romagna.
Bukannya diterima, keluhan Ferruccio justru dibalas Enzo dengan hinaan yang kelak mempengaruhi perkembangan otomotif dunia. “Kamu bikin traktor saja. Biar aku yang bikin mobil,” kata Enzo dalam sebuah versi. Dalam cerita lain, Enzo bilang, “Kamu mungkin bisa mengendarai traktor, tapi tak bisa menyopir mobil.”
Mekanik saat proses produksi mobil Lamborghini Urus di pabrik Lamborghini di Sant’Agata Bolognese, Bologna, Italia/Dok.Lamborghini
Sakit hati dengan ucapan Enzo, Ferruccio bertekad membuat mobilnya sendiri. Ia membangun pabrik kecil di Sant’Agata Bolognese di Bologna, sekitar 20 kilometer dari Cento, tempat pabrik traktornya berada. Dalam empat bulan, ia bersama timnya membangun Lamborghini 350 GTV, sebuah purwarupa yang menjadi leluhur 350 GT, mobil Lamborghini pertama yang diproduksi massal.
Untuk membuat 350 GTV, Ferruccio merekrut bekas karyawan Ferrari seperti Giotto Bizzarrini, yang pernah menjadi kepala insinyur di sana, dan Giampaolo Dallara, seorang insinyur. Bizzarrini ditugasi mendesain mesin V12 dan sasis mobil tersebut, tapi Dallara adalah orang yang menyempurnakannya. Lamborghini 350 GTV yang dibangun dengan setting balap menjelma menjadi 350 GT yang bisa dipakai mengebut di jalan raya sehari-hari. Mobil ini lalu diproduksi secara massal pada 1964-1966.
Tentu saja mobil tersebut telah ditempeli emblem Lamborghini yang tersohor: banteng mengamuk. Logo itu dibuat desainer Paolo Rambaldi setelah menanyakan karakter Ferruccio. “Aku seorang keras kepala, seperti banteng,” kata Ferruccio. Dikombinasikan dengan lambang zodiak Ferruccio, Taurus, maka jadilah gambar banteng mengamuk. Sejumlah orang beranggapan logo tersebut sebagai lambang perlawanan terhadap Ferrari yang memiliki logo kuda jingkrak.
Meski membetot perhatian pencinta mobil, 350 GT belum melampaui performa Ferrari 250 GT yang lebih kencang dan bermesin lebih gahar. Sama-sama menggunakan mesin V12, Ferrari 250 GT sanggup melaju hingga 280 kilometer per jam. Adapun top speed Lamborghini 350 GT “cuma” 250 kilometer per jam.
“Dendam” Ferruccio baru betul-betul terbalaskan ketika pabriknya melahirkan Lamborghini Miura P 400S pada 1966. Mobil ini lebih kencang dari Ferrari 250 GT. Miura bahkan menjadi mobil sport paling bertenaga di dunia saat itu. “Miura bahkan menjadi salah satu mobil paling ikonik hingga sekarang,” ucap Giorgio Sanna.
Setelah itu, Lamborghini terus melahirkan mobil-mobil yang termasyhur. Ketika pesaingnya merilis Ferrari Daytona untuk menyaingi Miura, Ferruccio dan timnya meluncurkan Lamborghini Countach LP400 yang bisa melaju hingga 315 kilometer per jam. Ini juga mobil Lamborghini yang bodinya terbuat dari serat karbon. Bentuknya yang seolah-olah datang dari masa depan diingat orang sampai sekarang. “Countach dapat dikenali hingga kini di mana pun Anda melihat mobil ini di dunia,” ujar Sanna.
Ferruccio hanya sepuluh tahun memiliki Lamborghini. Krisis minyak pada awal 1970-an memukul industri otomotif. Pada 1972, Ferruccio menjual mayoritas sahamnya kepada industrialis Swiss, Georges-Henri Rossetti, seharga US$ 600 ribu. Sisanya ia jual pada 1974 kepada René Leimer, juga pengusaha Swiss. Ferruccio lalu pensiun dari perusahaan yang ia lahirkan untuk menantang Ferrari itu.
Walau Ferruccio telah undur diri dan perusahaan berganti-ganti pemilik, Lamborghini tak menanggalkan visi sang pendiri untuk terus berinovasi. Giorgio Sanna merasakannya sejak ia bergabung dengan Lamborghini pada 2001 dan terlibat dalam pengembangan semua tipe Lamborghini hingga sekarang, kecuali Centenario dan Sian.
Mobil Lamborghini 350 GT di Museum Lamborghini di Sant’Agata Bolognese, Italia/Tempo/Anton Septian
Saat ini Lamborghini hanya memproduksi tiga model, yakni Urus dan Huracan yang berbahan bakar bensin serta Revuelto yang bermesin hibrida. Menurut Dimitrios Korkiniotis, pemandu kami selama berkeliling pabrik Lamborghini, sementara Urus diproduksi 30 unit per hari, Huracan dibuat 18 unit. Revuelto juga cuma belasan unit. “Hingga dua tahun ke depan, semua mobil kami telah habis terjual,” kata Sanna.
Pada tahun-tahun mendatang, semua mobil Lamborghini akan dibekali mesin hibrida, termasuk Urus yang akan menggunakannya pada akhir 2024. Namun pada akhir dekade ini, antara 2028 dan 2030, semua Lambo akan bertenaga listrik sepenuhnya. “Kami sedang melakukan riset dan pengembangan untuk membuat mobil listrik tapi dengan cara Lamborghini, yang berarti sangat sportif dan emosional,” ujar Sanna.
•••
ENAM puluh tahun lebih berdiri di Sant’Agata Bolognese dan memproduksi mobil-mobil yang dikenang, Lamborghini tak berniat membuka pabrik di tempat lain. “Sumber daya yang kami dapatkan di sini tak ada di tempat lain,” kata Giorgio Sanna. Selain itu, sejarah selama 60 tahun tersebut berarti enam dekade pengembangan berbagai mobil yang diproduksinya. “Khususnya desain dan teknologinya.”
Sant’Agata Bolognese berada di kawasan Lembah Motor—julukan bagi Region Emilia-Romagna, khususnya Provinsi Modena dan Bologna, karena di wilayah ini terdapat sejumlah pabrikan, museum otomotif, hingga sirkuit. Selain Lamborghini dan Ferrari, ada Maserati, Pagani, dan Dellara serta dua produsen sepeda motor, Ducati dan Energica. Museum otomotif ada 10, di antaranya Museum Lamborghini dan Museum Ferrari. Adapun sirkuit yang paling terkenal adalah Imola, yang kerap dipakai balap Formula 1.
Ini belum termasuk pabrikan yang bangkrut seperti De Tomaso ataupun Stanguellini. Banyaknya perusahaan otomotif di Lembah Motor mungkin hanya bisa disaingi Turin, kota yang menjadi markas Fiat, Alfa Romeo, Abarth, dan Lancia. Dengan lokasi yang relatif berdekatan, pabrikan tersebut bersaing sampai sekarang seperti diakui Giorgio Sanna. “Setiap perusahaan memiliki jiwa dan karakteristik sendiri,” tuturnya.
Arsip foto proses produksi Lamboghini Countach/Lamborghini.com
Terkadang persaingan tersebut dipantik penolakan seperti kisah Ferruccio Lamborghini dan Enzo Ferrari. Namun dari situ lahirlah perusahaan baru yang membawa inovasi teranyar. Enzo pun melahirkan Ferrari setelah berselisih dengan Alfa Romeo, tempat ia bekerja sebelumnya. Dellara dibuat Giampaolo Dellara, insinyur di balik Lamborghini 350 GT, sebagaimana Pagani yang didirikan bekas kepala departemen komposit Lamborghini, Horacio Pagani.
Meski pabrik-pabrik mobil tumbuh dan jatuh di Lembah Motor, Giorgio Sanna meyakini Lamborghini akan tetap bertahan karena memiliki pasarnya tersendiri. Menurut dia, Lamborghini menjadi merek yang ikonik karena menginspirasi generasi untuk bekerja keras dan sukses sehingga bisa membeli mobil tersebut kelak. “Lamborghini tak hanya memproduksi dan menjual mobil impian,” ujarnya. “Lamborghini membuat mimpi.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Membuat Mimpi di Kandang Banteng Ngamuk"