Tak biasanya berita dari dunia seni menjadi laporan utama majalah Tempo. Pada Tempo edisi 25 Juni-1 Juli 2012, turun laporan tentang sejumlah koleksi lukisan para maestro di museum baru milik dr Oei Hong Djien di Magelang, Jawa Tengah, yang diduga palsu. Laporan berjudul "Lukisan Palsu Sang Maestro" ini menghebohkan dunia seni rupa Indonesia.
Masalahnya, museum itu dibuka untuk publik. Pengunjung harus membeli tiket. Sejumlah lukisan yang masih tak jelas asal-usulnya tentunya kurang tepat bila disajikan begitu saja. Tempo menelisik riwayat sejumlah lukisan yang diragukan itu dengan mewawancarai beberapa pakar, bertanya kepada keluarga sang maestro, dan mencari tahu kemungkinan adanya sindikat pemalsu lukisan.
Laporan Tempo tersebut membuat banyak orang lebih berhati-hati dalam membeli lukisan para maestro. Orang juga mulai memperbincangkan fenomena lukisan palsu secara terbuka setelah sekian lama hanya menjadi rumor dan kasak-kusuk.
Menindaklanjuti laporan utama majalah Tempo, sebuah kelompok kolektor yang bernaung di bawah Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI) membuat buku mengenai hal-ihwal pemalsuan lukisan para maestro di Indonesia. Kelompok ini secara aktif mengadakan diskusi dan kampanye penyadaran, dari Bali sampai Yogya, mengenai maraknya penyebaran lukisan palsu. Lukisan palsu tak hanya merugikan kolektor yang telanjur membeli, tapi lebih penting bisa menyelewengkan dan menipu sejarah seni rupa Indonesia.