Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kuda Hitam Calon Ban Serep

Ma’ruf Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno menjadi calon wakil presiden di detik-detik akhir.

28 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ma’ruf Amin-Sandiaga Salahuddin Uno. Ilustrasi: Imam Yunni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Joko Widodo memilih Ma’ruf, Ketua Majelis Ulama Indonesia dan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, ketimbang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud Md., yang namanya sempat menguat pada hari pengumuman. Adapun Prabowo Subianto memilih Sandiaga, Wakil Gubernur DKI Jakarta, setelah Gubernur Anies Baswedan menampik tawarannya. Sesudah kampanye hampir empat bulan, sejumlah survei menunjukkan baik Ma’ruf maupun Sandiaga tak mampu mengerek elektabilitas calon presiden masing-masing.


 

Andika Perkasa. TEMPO/Amston Probel

 

Tongkat Komando Angkatan Darat

Dalam kurun lima tahun, bintang di pundak Andika Perkasa bertambah dari satu menjadi empat. Lulusan Akademi Militer 1987 ini melesat ke pucuk Angkatan Darat melompati tiga angkatan di atasnya yang masih aktif berdinas. Presiden Joko Widodo menyatakan memilih Andika menggantikan Jenderal Mulyono lantaran pengalamannya yang komplet di militer—bukan karena pria 54 tahun ini menantu bekas Kepala Badan Intelijen Negara, A.M. Hendropriyono, salah seorang penyokong Jokowi dalam pemilihan presiden 2014.

 


 

Andi Syamsuddin Arsyad. TEMPO/Dwianto Wibowo

 

Bos Batu Bara di Tim Jokowi

Pengusaha batu bara asal Batulicin, Kalimantan Selatan, Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, bergabung dengan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai wakil bendahara. Tahun ini, sengketa lahan tambang batu bara di Kalimantan Selatan menyeret namanya. Direktur Utama PT Sebuku Iron Lateritic Ores, Soenarko, menuding Isam berada di balik pencabutan izin perusahaannya oleh Gubernur Sahbirin Noor, yang juga paman Isam, agar bisa menguasai lahan tersebut. Isam membantah tuduhan Soenarko. “Salah kaprah. Kenapa saya yang dituduh?” katanya.

 


 

Oesman Sapta Odang. TEMPO/Imam Sukamto

 

Dilarang Maju Jadi Senator

Komisi Pemilihan Umum menolak memasukkan nama Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang ke daftar calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Musababnya, Oesman tidak mundur dari kepengurusan partai politik, yang merupakan syarat pencalonan sebagaimana diputuskan Mahkamah Konstitusi. Oesman melawan dengan menggugat keputusan KPU ke pengadilan tata usaha negara. Hingga tingkat kasasi, Oesman menang. Tapi KPU berkukuh tak memasukkan nama Oesman dengan alasan mengikuti undang-undang.

 


 

Tito Karnavian

 

Catatan di Buku Merah

Investigasi tim IndonesiaLeaks mengungkap skandal “buku merah” pengusaha impor daging sapi, Basuki Hariman, yang menyeret Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian. Mulanya, buku laporan catatan keuangan Basuki yang telah disita Komisi Pemberantasan Korupsi itu diduga dirusak oleh Roland Ronaldy dan Harun, dua polisi yang bertugas sebagai penyidik di KPK. Dalam buku bersampul merah tersebut, “Kapolda”, yang diasosiasikan sebagai Tito, ditulis menerima duit pada 2016. Lewat juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Tito menyangkal pernah menerima setoran dari Basuki. Roland dan Harun menolak menjelaskan kasus ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus