Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia Meilati Batubara mengatakan banyak menu masakan Nusantara yang terancam punah. Alasannya bermacam-macam. Dari tidak diturunkannya resep itu ke anak dan cucu, bahan-bahannya yang menghilang, hingga persepsi negatif terhadap pangan lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mei menggagas Pusaka Rasa Nusantara (PRN), proyek yang mendokumentasikan resep kuliner Nusantara di sejumlah daerah. Ekspedisi berjalan sejak Oktober 2021 dan akan berakhir pada awal tahun depan. Dari hasil penelusuran tim Pusaka Rasa Nusantara, berikut ini beberapa resep masakan yang sudah terancam punah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rendang 120 daun
Rendang umumnya dikenal sebagai hidangan berbahan daging. Namun tim ekspedisi PRN menemukan resep rendang dengan 120 jenis daun khas Nagari Batu Bulek, Sumatera Barat. Masyarakat setempat biasa mendapatkan daun-daun tersebut dari hutan sekitar tempat tinggal mereka. Namun kini tersisa 55 jenis daun.
Swamening
Hidangan khas Jayapura, Papua, ini menggunakan sagu, kelapa parut, dan daun talas yang digulung berlapis. Menurut Meilati, hidangan ini mulai ditinggalkan generasi muda di Papua yang lebih suka camilan gurih. “Yang makan itu (swamening) cuma orang tua,” kata Mei.
Kepiting Kelapa
Kepiting yang hidup di kawasan Maluku Utara, terutama Ternate, ini merupakan hewan yang dilindungi dan dikonsumsi terbatas.
Sambal Tulang
Sambal ini menggunakan tulang dari sisa pemotongan sapi. Para perajin tulang memahatnya dan dijual di pasar untuk dijadikan sambal tulang. Sayangnya, kata Mei, jumlah perajin tulang makin sedikit.
Tengkawang
Buah dari pohon meranti ini tumbuh di hutan Kalimantan. Keberadaan flora tersebut makin langka. Padahal buahnya bisa dijadikan butter atau mentega untuk bahan kosmetik.
Ikan Masapi
Ikan sidat kembang (Anguilla marmorata) ini kian sulit ditemui di Danau Poso, Sulawesi Tengah. Ikan masapi biasa bertelur di muara, lalu balik lagi ke danau. Ketika telur menetas, anak-anak ikan sidat juga menuju danau. Namun, menurut Mei, keberadaan bendungan pembangkit listrik tenaga air memutus jalur alami ikan tersebut.
Ikan Pora-pora
Ikan endemik di Danau Toba ini juga terancam punah. Mei menuturkan jumlah ikan pora-pora mulai kalah banyak dari bibit ikan yang didatangkan dari luar, seperti mujair.
NASKAH: FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo