Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kurikulum Akan Disesuaikan dengan Kebutuhan Industri

Pendidikan semestinya berkontribusi pada demokrasi dan memperjuangkan hak asasi.

29 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam serah-terima jabatan di gedung Kemendikbud, Jakarta, 23 Oktober lalu. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim masih menggodok program untuk membangun sistem pendidikan yang berkesinambungan dengan dunia industri. Menyiapkan peserta didik agar siap terjun di dunia usaha merupakan arah pendidikan yang direncanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Nadiem.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla, menerangkan, untuk mewujudkan kesinambungan dunia usaha dengan industri, Kementerian akan menyesuaikan kurikulum di sekolah-sekolah. Kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK), misalnya, bakal disesuaikan dengan kebutuhan di dunia usaha dan industri. Dengan kesesuaian tersebut, ada harapan peserta didik yang telah lulus lebih banyak terserap di dunia kerja karena memiliki kompetensi yang dibutuhkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan riset, Awaluddin melanjutkan, SMK selama ini tumbuh tanpa melihat kebutuhan yang ada. Dengan demikian, meski para peserta didik di SMK disiapkan untuk bekerja, penyerapannya belum optimal. "Alumni SMK tidak akan berdaya tanpa dukungan industri. Jadi, nanti akan ditilik bagaimana kesesuaian kurikulum di SMK, juga kesesuaian kurikulum di perguruan tinggi, termasuk politeknik," kata Awaluddin kepada Tempo, kemarin.

Ia menambahkan, nantinya peserta didik di SMK akan lebih banyak melakukan praktik sesuai dengan kurikulum yang disiapkan. Para siswa, kata dia, juga akan mendapat pengalaman belajar langsung dari para profesional yang sukses di bidangnya. "Nanti perlu diundang orang-orang yang profesional sebagai pengajar ke sekolah," ucap dia.

Selain di tingkat SMK, Awaluddin menjelaskan, Kementerian akan memberikan bekal kepada para siswa sekolah menengah atas (SMA) untuk mengantisipasi mereka yang tak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Bekal yang diberikan kepada para siswa SMA berupa soft skill meningkatkan kreativitas dan etos kerja.

Tuntutan adanya kesinambungan dalam dunia industri dan pendidikan berasal dari Presiden Joko Widodo. Kepada Nadiem, Jokowi meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa membangun sistem pendidikan yang berdasarkan kompetensi. "Kedua harus relevan. Presiden Jokowi selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan. Relevansi dari skill-skill tersebut yang kami pelajari harus relevan," kata Nadiem seusai serah-terima jabatan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu lalu.

Ide mengenai link and match dunia pendidikan dan industri bukan kali ini saja digagas Jokowi. Pada periode pertama pemerintahannya, Jokowi juga berbicara mengenai link and match saat memisahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi kala itu memiliki tugas melakukan link and match antara universitas dan industri.

Praktisi pendidikan, Najeela Shihab, mengatakan arah pendidikan tak seharusnya berfokus untuk menyiapkan peserta didik ke dunia kerja. Pendidikan, kata dia, mestinya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hak asasi manusia dalam menumbuhkan potensi. Ia menambahkan, pendidikan harusnya bisa membuat warga menjadi tak hanya produktif, tapi juga bisa berkontribusi pada demokrasi dan memperjuangkan hak asasi. "Jadi, kalau pendidikan hanya digunakan untuk agar siap di dunia kerja, itu menyederhanakan," kata Najeela.

Menurut Najeela, menyiapkan peserta didik untuk siap terjun di dunia kerja itu adalah solusi jangka pendek. Jika pemerintah menginginkan solusi jangka panjang, kata dia, langkah strategis yang perlu diupayakan adalah pemenuhan pendidikan usia dini. Ia menyebutkan masalah pemerataan pendidikan hingga saat ini belum terselesaikan. "Pemenuhan kebutuhan pendidikan anak usia dini adalah investasi jangka panjang. Saya khawatir, kalau fokus di ujung saja, kemajuan yang muncul hanya satu atau dua tahun," katanya. MAYA AYU PUSPITASARI


Kurikulum Akan Disesuaikan dengan Kebutuhan Industri

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus