Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lawan Pasukan TNI Polri di Papua, TPNPB Mengaku Berbaur dengan Masyarakat adalah Strategi Perang

TPNPB menyatakan sudah meminta masyarakat untuk meninggalkan delapan daerah yang mereka klaim sebagai wilayah perang di Papua.

10 Mei 2024 | 07.11 WIB

Suasana aparat gabungan TNI-Polri dari Brimob dan Kopassus diturunkan ke Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua Tengah, untuk memburu kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) setelah pembakaran sekolah di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat, 3 Mei 2024. Dok. Humas Polda Papua
Perbesar
Suasana aparat gabungan TNI-Polri dari Brimob dan Kopassus diturunkan ke Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua Tengah, untuk memburu kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) setelah pembakaran sekolah di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat, 3 Mei 2024. Dok. Humas Polda Papua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB OPM Sebby Sambom menyatakan mereka menggunakan taktik perang gerilya dalam melawan TNI dan Polri di Papua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebby mengatakan berbaur dengan masyarakat itu merupakan strategi dalam peperangan gerilya. Pihak TPNPB kata dia, sudah meminta masyarakat untuk meninggalkan daerah yang menjadi wilayah perang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kepada Tempo dia merinci delapan wilayah tersebut, yakni Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak Papua, Nduga, Pegunungan Bintang, Yahukimo, Maybrat, dan kini Paniai. "Itu wilayah konflik bersenjata," ucapnya saat dihubungi Tempo, Kamis, 9 Mei 2024. 

Pembicaraan Tempo dengan juru bicara TPNPB itu dalam merespons tanggapan Kepolisian Daerah Papua. Polda Papua menyebutkan kelompok bersenjata kerap membunuh warga sipil. Misalnya tukang ojek maupun tukang bangunan. Setelah itu mereka menyebut orang yang dibunuh adalah anggota intelijen.

Selain itu, menyinggung soal penyerangan markas Kepolisian Sektor Homeyo di Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua, dan menembak Alexsander Parapak hingga tewas. Penyerangan Komando Rayon Militer 1705-05/Homeyo dan pembakaran SDN Inpres Pogapa. Penyerangan itu berlangsung sejak 30 April-1 Mei 2024.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady, mengatakan saat penyerangan itu aparat keamanan cukup kesulitan menahan serangan TPNPB-OPM. Menurut Ignatius, KKB melakukan penyerangan hingga masuk dalam Distrik Homeyo. Sehingga KKB terlihat berbaur dengan masyarakat. "Kalau sudah berbaur itu sangat susah," tutur dia.

Benny mengatakan karena mereka berbaur dengan warga sipil, polisi kesulitan membedakan mana warga kampung dan mana anggota kelompok kriminal bersenjata. 

Saat bercampur dengan masyarakat itu akan membuat aparat kesulitan membalas serangan tepat sasaran kepada KKB. "Nanti kami membalas tembakan, ada yang korban, mereka bilang itu warga kampung. Akhirnya mereka menuduh (serangan) TNI-Polri menimbulkan korban masyarakat," tutur dia.

Sebby Sambom mengataka perjuangan untuk memenangkan tanah Papua adalah dengan mengusir penduduk Indonesia ilegal di Papua. "Maka orang Papua, seluruh rakyat (Papua) di Indonesia mendukung Papua merdeka. Para pejabat pun mendukung Papua merdeka," kata juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus