5 JUNI 1974, dinihari. Sebuah pencurian misterius telah terjadi. Dari rumah mahajutawan legendaris Amerika Howard Hughes, di Los Angeles, telah hilang hampir 10.000 dokumen, termasuk 3.000 lembar catatan pribadi yang ditulis tangan. Berkas-berkas itu tak pernah ditemukan kembali sampai Hughes meninggal. Tapi, awal tahun ini, jejak dokumen-dokumen yang hilang itu muncul ke permukaan. Sejumlah kisah pun lahir. Umumnya tentang bagaimana, di penghujung tahun 60-an, taipan yang ketika itu telah lama menyembunyikan diri membikin ulah dan mengusik perhatian publik Amerika dari tempat pertapaannya nun di sana - di sebuah suite di puncak tertinggi Desert Inn, Las Vegas. Dan lebih dari itu, sejumlah dokumen lebih jelas memaparkan tahun-tahun tragikomik kemunduran tokoh legendaris itu di akhir hidupnya. * * * Sebagai penerbang, sekaligus raja film, bos perusahaan penerbangan, gembong judi, tukang tuntut, pemburu cewek, ahli lingkungan, dan "pertapa yang menutup diri di puncak istana" Hughes digambarkan sebagai sosok dengan selusin kepribadian. Dua puluh tahun terakhir kehidupannya, yaitu sampai saat ajalnya pada usia 70 tahun, 1976, dihabiskannya dalam kesendirian yang nyaris total. Seluruh teman, keluarga, bahkan pejabat eksekutif perusahaannya yang banyak itu tak satu pun diizinkan menemuinya. Tangan kanannya, yang mengurus segala tetek bengeknya pada masa itu, antara lain Bob Maheu seorang yang ulet, bekas perwira FBI. Untuk pekerjaannya itu Maheu dibayar 10.000 dolar per minggu, tetapi pada kenyataannya dia cuma punya sedikit sisa waktu untuk menikmati gajinya yang besar. Tugasnya: membereskan tuntutan hukum, mengatur pembalasan tindakan politik, dan menyuarakan tentangan terhadap percobaan nuklir di Nevada. Tetapi yang paling banyak menyita waktunya adalah majikannya sendiri, yang dari hari ke hari makin ruwet saja tingkahnya. Begitu nyentrik- nya sang bos, sampai-sampai selama 17 tahun bekerja Maheu belum pernah melihat tampang orang yang menggajinya. Segala urusan, baik yang besar maupun yang remeh, disampaikan lewat tulisan. Dan cara berhubungan mereka yang tidak lumrah itu, yang memang sudah demikian dari mula pertamanya, secara ajaib bisa juga mengalami kortsluiting. Gesekan itu terungkap pada salah satu dokumen. "Itu terjadi pada suatu hari, ketika Hughes merencanakan sebuah pesta . . .," Begitu The Sunday Times terbitan Maret memulai kisah di balik dokumen yang hilang di tahun 1974. Pesta yang diadakan pada tahun 1970 itu dimaksudkan untuk menandai dibukanya Landmark, hotel terbaru Hughes saat itu. Namun, bukan pesta itu yang penting, tetapi persiapannya, yang ternyata menjadi ajang perbedaan pendapat - yang aneh antara Hughes dan Maheu. Sengketa itu kemudian menimbulkan luka tak terbalut dalam diri keduanya, bernanah, dan meracuni hati mereka berbulan-bulan. Landmark adalah sebuah bangunan yang sebenarnya norak di Las Vegas sana. Bentuknya seperti menara yang puncaknya mbendol. Tata ruangnya bergaya campuran: ruang dalam pesawat ruang angkasa dan panel-panel kayu ala Inca. Lantainya, marmar Italia. Bangunan bertingkat 31 itu, sebelum dilego seharga 17,3 juta dolar oleh pemiliknya yang bangkrut kepada Hughes, sempat kosong selama delapan tahun. Sistem pendingin udaranya brengsek, dan lift kaca yang sengaja dipasang di luar - untuk dapat dipakai melihat pemandangan kota - nyaris tidak berfungsi salah-salah malah bisa bikin celaka. Sekilas, seluruh bangunan lebih mirip setting film sebangsa The Towering Inferno ketimbang arena pesta raya. Tetapi, di mata Maheu, semua itu tampak indah. Ia gembira bosnya membeli hotel itu. "Hughes," tulis Maheu, "coba deh sekali-sekali tinggalkan Penthouse Anda akan tercengang oleh panorama dari puncak menara. Waktu siang pemandangan begitu megah, dan jadi cantik menawan begitu gelap turun. Akan terasa bahwa menara kita yang megah ini dibangun di pusat lembah, tepat di pusarnya, dengan bebukitan memagar di tepian _ nun di sana, dengan jarak yang sama di mana-mana." Sayangnya, dan ini bukan karena api sentimen atau apa, dalam beberapa minggu saja perasaan yang berbunga-bunga itu rontok berderai, berganti dengan duri-duri pertengkaran. "Daripada ngomongin soal Landmark," jawab Hughes pada awal ketegangan, "kenapa kau tidak membantu aku saja untuk mencoba menyusun acara yang bisa memuaskan bukan saja aku, tapi juga kau sendiri ?" Hughes, yang sangat tertutup dan lebih suka bergerak misterius, agaknya cemas memikirkan pesta pembukaan. Sebenarnya tidak mengherankan karena pesta itu pesta pertama Hughes sejak mahajutawan gaek itu menapakkan kakinya di Las Vegas. Juga pesta besar pertama sejak dia mengundurkan diri dari keramaian. Pesta besar terakhir, sepuluh tahun lewat, ia masih hadir. Lagi pula, pada pesta itu nanti ia harus berhadapan frontal dengan saingan bebuyutannya: Kirk Kerkorian. Tepat berseberangan dengan Landmark berdiri dengan megah hotel International punya Kirk Kerkorian, hotel terbesar di Las Vegas dan lebih perkasa dari punya Hughes. Menurut rencana, hotel itu akan diresmikan pada minggu yang sama di bulan Juli 1970 itu. Jadi, kapan Landmark sebaiknya dipestakan: sebelum atau sesudahnya? Maunya Hughes sih menonjok langsung si Kerkorian, biar dia KO. "Pokoknya," demikian pesan tertulis yang diterima Maheu, "publik harus bisa dicelikkan matanya sampai yakin bahwa pesta pem_ bukaan Landmark adalah kejadian terbesar setelah The Last Supper," - itu jamuan Yesus menurut cerita Injil. "Di samping itu," - tambah Hughes, "harus benar-benar sempurna pembukaan hotel kasino kita yang sama sekali baru dan dilengkapi segala macam kemudahan yang bisa dipikirkan orang. Tidak boleh ada yang cela. Dan ini tidak mudah. Kalau ada sedikit saja yang retak, semua akan runyam, tersiar ke seluruh penjuru dunia, karena wartawan yang kita terbangkan dari New York, Washington, London, Paris, dan banyak lagi pasti tidak akan sudi melepaskan berita bagus. Lalu... plasss, dalam sekejap semua yang dibanggakan lenyap jadi asap." "Makanya, aku katakan sekarang, adalah mungkin untuk mengontrol apa maunya orang terhadap Landmark," demikian kesimpulan sang taipan. "Walaupun gampang mengetahui maunya orang agar Landmark itu jadi kayak apa, aku rasa tidak mungkin mengontrol dengan pasti bagaimana hasilnya malam pembukaan itu." Runyam, tidak? Belum. Sebab, masih ada ini: "Soal tanggal pelaksanaan, kenapa tidak kita biarkan mengambang saja?" tulisnya kepada Maheu. "Kalau berita cepat tersebar, memang bagus juga tapi aku ingin agar tanggal 1 Juli tetap dirahasiakan, dan ini harus. Tidak boleh ada publisitas, baik tertulis maupun lisan." "Aku tidak mau mendapat malu kalau nantinya pesta kita terpaksa sedikit diundur. Reputasiku bisa jatuh kalau aku tidak bisa pegang janji maka bagaimanapun juga rencana kita tidak boleh diumumkan dulu sampai hari H-nya bisa kita pastikan." Bagi Maheu, bagaimana mungkin bikin rencana Pesta Gala Las Vegas dan sekaligus merahasiakannya rapat-rapat? Lagi pula, 'kan gendeng namanya, merencanakan sesuatu tanpa tahu kapan pelaksanaannya. Maka, Maheu pun menulis usul: "Kalau hari peresmian Landmark tidak jadi 1 Juli, kami sangat berharap Anda mau memberikan kepastian kapan tepatnya." Maheu berulang kali membujuk Hughes untuk membuat keputusan. "Kami yakin, tanggal 1 Juli itu sudah tepat Tapi kalau Anda punya alasan pribadi sehingga Anda tidak senang tanggal itu, tidak usah berikan alasan itu kalau memang berat bagi Anda. Kami hanya mohon agar Anda mau memberi kan tanggal pasti." Jawab Hughes, "Aku nggak senang kalau Landmark dibuka 1 Juli, lalu nanti melihat hotel International diresmikan beberapa hari kemudian dan membuat pesta Landmark nggak ada apa-apanya, gurem. "Lagian, aku juga nggak mau sainganku itu memanggil Barbra Streisand pada peresmiannya, sedangkan pada pesta kita tidak ada nama besar yang bisa diingat." "Ayo deh percaya saja sama aku soal tanggal itu. Kalau kau masih saja berkeras, apa aku mesti suruh kau mencari orang beken lainnya yang mampu melaksanakan rencanaku ?" Menolak untuk menetapkan tanggal pelaksanaan, Hughes malah menyibukkan diri merancang jalannya pesta. Disusunnya rinci-rinci acara sampai yang sekecil-kecilnya. Lalu, yang masih jadi tanda tanya besar, siapa bintang penghibur yang layak. Ini perkara penting - harus dipilih yang paling hebat. Bob Hope? Hope dan Crosby? Sayang, yang ini belum pernah manggung di Las Vegas. Bagaimana kalau Dean Martin? Artis yang satu ini pernah beberapa lama mengisi acara di Sands, Vegas, sebelum akhirnya pindah karena Frank Sinatra ngamuk. Tapi Dean Martin sedang terikat kontrak dengan hotel lain. Jadi, Hughes pun lalu menulis memo kepada Maheu. "Sebelum aku menghubungi teman-teman dari Hollywood, menurut kau apa ada cara yang paling gampang untuk menggaet Dean Martin dengan umpan berikut ini?" "Aku pikir Dean Martin bisa dibujuk dengan salah satu dari tiga. Pertama, fulus - bayaran yang sesuai untuk bakat yang, tidak diragukan lagi, memang dimilikinya. Kedua, perjanjian untuk membiayai film apa saja yang dia inginkan. Kau tahu, semua aktor punya impian muluk. Jadi, kalau si Martin sampai tidak punya, dialah bintang film pertama yang kudengar, untuk seumur hidupku, yang tidak punya impian macam begitu. Ketiga, aku rasa Dean Martin akan bisa diyakinkan bahwa persahabatan denganku suatu saat akan ada gunanya buat dia. Dan aku rasa dia juga bakal bisa dibuat mengerti, asal saja caranya tidak terlalu gegabah, bahwa aku pernah dibuat sakit hati oleh tingkahnya yang jelek. Lalu dengan mudah kurasa dapat juga didorong agar berusaha mengobati luka yang dulu dibuatnya...." Ide untuk membujuk Dean Martin agar kabur dari restoran tempat kerjanya, Rat Pack, dan menggondolnya ke kelompok baru, benar-benar mengairahkan dan menggesek ambisi Hughes. Maheu mengusulkan untuk mengumpulkan saja semua kelompok panggung Rat Pack - yang akan hancur setelah Dean Martin ditarik - untuk manggung di Landmark. Kup model begitu bakalan terpampang dengan huruf besar dalam sejarah Las Vegas, katanya. Dan kalau berhasil, kumpulan bintang gemerlap itu akan diberi nama baru: "The Hughes Parade of Stars". Tapi konsep itu tampaknya menyinggung bosnya yang eksentrik. Bos belum lagi siap dengan urusan panggung. Ia menulis: "Pertama harus diingat, Bob, aku tidak mau kalau namaku dihubungkan dengan masalah perpangunan di Landmark. Aku khawatir para kritikus nantinya akan mengira aku sudah mulai masuk ke dunia panggung. Dan mereka akan punya alasan untuk mengkritik seenak perutnya tentang aku dan soal panggung itu." * * * "Kembali ke masalah tanggal peresmian," Hughes menulis, "aku minta dengan hormat tapi sangat agar kau tidak mengizinkan siapa pun membocorkan harinya, tanggal 1 Juli atau sekitar itu. Memperhitungkan untuk menghantam si K dengan pembukaan lebih awal ketimbang hotel International adalah kesalahan besar. Aku perintahkan supaya tidak membuat pernyataan lagi atau lepas omongan tentang hari H sampai waktu yang ditentukan kemudian." Maheu bingung. Kalau sudah begini, bukan Kerkorian yang bisa bikin gelisah, tapi taipan nyentrik itulah. Bukan juga hari pembukaan itu sendiri, tapi justru sikap Hughes yang selalu menolak menetapkan hari itu. "Aku, dengan segala hormat, mengharapkan agar Anda bisa sedikit memaklumi posisiku yang sulit: Tidak tahu sama sekali kapan pesta yang Anda suruh untuk kutangani itu akan diadakan," Maheu rmencoba menyatakan kesulitannya. "Howard, kami tidak ingin berkukuh dengan tanggal 1 Juli itu. Kalau Anda menghendaki agar kami melaksanakannya beberapa hari setelah Kerkorian, tolong ditetapkan saatnya, sehingga kami bisa mempersiapkan segalanya. Samber gledeg, Howard, kalau kau terlalu mencemaskan Landmark, kau tidak akan bisa menetapkan putusan, dan membuat segalanya jadi berlarut-larut." Menerima surat Maheu yang keras itu, Hughes tidak bergeming. Malah ia tiba-tiba mendapat alasan baru untuk tetap membiarkan hari peresmian yang direncanakan itu mengambang. "Bob, aku membentur tembok sekarang," tulisnya, pura-pura kaget. "Pendaratan manusia di bulan juga direncanakan Juli ini! Sekarang, yang juga aku khawatirkan adalah bahwa mungkin ada sesuatu yang lain yang direncanakan sekitar tanggal rencana kita itu, baik acara lokal maupun di tempat lain, yang bisa mengecilkan publisitas hotel kita." "Karena itu, Bob, tolong diperiksa lagi kalender acara, lokal dan nasional. Lalu laporkan padaku semua acara penting yang ada hubungannya dengan publisitas yang rencananya akan diadakan bulan Juli ini. Dan kemudian aku akan mencoba sedapat-dapatnya tidak menunda lagi pemilihan tanggal yang pasti untuk Landmark." Mati, tidak? Nyatanya, sampai pertengahan Juni, Hughes belum juga memutuskan apa-apa. Tanggal 1 Juli masih saja merupakan ancer-ancer. Maheu pusing tujuh keliling. Citranya di masyarakat sedang dipertaruhkan. Maka, dia pun berkaok-kaok. "Di sini, di garis depan, aku berhadapan langsung dengan masyarakat, ngomong dengan Dean Martin, astronaut, pemerintah, dan - sialan - aku tidak tahu yang aku omongkan karena kau tetap berkeras merahasiakan harinya," tulis Maheu senewen kepada Hughes. "Aku bisa runyam kalau berkata terus terang kepada mereka bahwa aku tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana yang pasti akan mereka lontarkan: Kapan harinya?" Hughes malah kian keras kepala. Bukannya memberi kepastian, malah mengancam. "Bob, kau telah bekerja dengan baik, dan aku menghargai itu semua. Pun aku menghargai beberapa pernyataan yang kauajukan tentang kedudukanmu yang terjepit, dan aku akan mencoba menerimanya sejauh itu ada kaitannya dengan suksesnya acara. Tetapi, Bob, masih ada yang lain dalam hidup ini di samping uang dan sukses," Hughes mencoba menguliahi. "Aku tidak mau mereguk sukses hanya dalam hal keuangan, tetapi tidak dikaruniai kesehatan dan tidak bisa meraih tahun-tahun yang panjang untuk dikenang orang.' "Soal hari pembukaan, sudah berkali-kali kukatakan padamu bahwa Landmark tidak akan dipestakan sebelum hotel International diresmikan. Sekiranya dalam keadaan begini kau berpikir bahwa kegagalanku memberikan tanggal pasti menempatkan engkau pada kedudukan yang merikuhkan, sehingga kau tidak betah lagi di Las Vegas, aku rasa sekaranglah saatnya - demi kesehatanku - mencari seseorang yang agak kurang berbobot tetapi tahan menjalankan perintah-perintahku, yang kuakui memang sering kurang mengenakkan, untuk menjadi pejabat eksekutif di Las Vegas sini. Bob, aku mengatakan semua ini hanyalah demi keselarasan hubungan kita." Hughes minta ketegasan Maheu, dan memberinya batas waktu. Keruan saja yang jadi taruhan sekarang bukan lagi citra dan nama baik, tetapi gaji yang 10.000 dolar per minggu. Maka, langsung saja Maheu balik bakul - menanyakan dengan sopan urusan selanjutnya: daftar tamu. Hughes menang. * * * Untuk mengumpulkan nama-nama yang pantas diundang, Hughes berhari-hari menenggelamkan diri, memeras pikiran, mengingat-ingat, sampai akhirnya sadar bahwa pestanya tidak bisa ditunda terus-menerus. Tentu saja, tidak akan mungkin ada pesta kalau tidak ada tamu. Dan Maheu pun mencoba menasihati Hughes tentang betapa pentingnya penyusunan daftar tamu, antara lain dengan mengusik titik kecemasan bosnya terhadap saingan utamanya: Kerkorian. "Aku baru saja menerima undangan yang aduhai dari Kerkorian untuk pesta peresmian hotelnya," demikian tulis Maheu. "Selagi kita masih sibuk bicara, mereka sudah kerja keras. Howard, aku benar-benar yakin bahwa ditundanya penyusunan daftar undangan hanya akan menempatkan kita pada kedudukan yang sulit." Ternyata, surat ini pun tidak ada gunanya. Hughes bahkan tidak mau mempertimbangkan sedikit pun daftar yang telah dibuat Maheu dengan teliti sampai tepat satu minggu sebelum tanggal ancer-ancer tiba. Malah akhirnya semua nama ditolak mentah-mentah. Penolakan itu menurut Hughes sangat beralasan, dan Maheu dianjurkan untuk menyusun lagi daftar baru dengan cara yang lebih "ilmiah". "Aku bisa mafhum akan kecemasanmu sehingga mencoba mulai menyusun daftar nama yang akan diundang," kata Howard lewat memo. "Tetapi, kekecewaan akan timbul di belakang hari kalau sampai gagal mengundang beberapa orang penting padahal kita mengundang yang lain, hanya karena kita kurang mengerti." "Nah, Bob, sekarang kukatakan padamu: aku tidak punya waktu. Sedangkan aku tahu, kau juga tidak bisa menunggu aku menyusun nama demi nama. Susun saja nama orang-orang untuk membuat daftar baru berdasarkan konsep berikut: mereka itu dipilah-pilah dulu, dan kalau kau mengundang seseorang, undang juga orang-orang yang kira-kira sejajar gengsi, kedudukan, dan pergaulannya, serta lainnya, kecuali kalau orang itu tidak memenuhi syarat karena mental atau loyalitasnya kurang, atau semacam itu." "Sebagai contoh, kalau kau bermaksud mengundang para aktor dan aktris, seperti yang nanti kaulakukan, kupikir sebaiknya melihat dulu Central Casting Directory - buku petunjuk yang memuat nama bintang - atau daftar penerima Oscar baru memilih aktor dan aktris yang penting, punya nama besar, kecuali orang-orang yang tidak memenuhi syarat seperti yang kusebut tadi itu. Aku hanya pesan agar pemilihan selalu didasarkan kepada alasan dan syarat yang konsisten." Hughes juga memberikan jawaban bunglon tentang teman-teman lamanya. Mula-mula dia putuskan mengundang seluruh barisan sobat kuno itu. Tapi belum sampai habis gemanya, dia sudah berpikir lain. "Satu pertanyaan penting, Bob. Kalau sobat-sobat lamaku akan diundang, harus kauperhitungkan juga siapa saja kiranya yang akan kecewa kalau namanya tidak masuk daftar. Tapi perhitungkan juga mereka yang terpaksa dilupakan dan siapa-siapa yang mungkin sakit hati karenanya." Gejala psikologis Hughes muncul bertubi-tubi. Belum lagi daftar sobat lama sempat dirampungkan, datang pesan susulan. "Peras lagi, Bob, nama yang kaupilih. Aku pikir tidak benar itu: mengundang orang hanya karena dia kebetulan teman lama. Sebaiknya kaubagi saja daftarmu dalam kategori, dan usahakan agar tetap konsisten dalam menyusun nama-nama beken yang sebanding." Kalau sudah begini, apa lagi yang bisa diterima akal sehat? Bekas perwira FBI itu akhirnya menyerah salah-salah nanti malah runyam, pikirnya. Karena itu, Maheu memohon bosnya menyusun sendiri daftar tamu yang baru. Dan inilah jawabnya, "Bob, aku nggak sempat. Kau saja yang membuat." Gila. Jadi, "tugas" Hughes hanyalah memeriksa daftar, untuk memberi pengesahan. Dan ini agaknya sangat menggairahkan kesukaan vandalnya: setiap daftar baru yang dengan teliti dan hati-hati disusun Maheu, langsung saja digarap, dibongkar, dianalisa, dan entah diapakan lagi oleh sang bos - dengan tega. "Sekarang kita mulai dari pentolan-pentolan bisnis," ujar Hughes. "Aku rasa itu tidak usah terlalu panjang. Di urutan pertama kaupilih penyalur mobil biarkan saja mereka di situ, sebagai nama-nama pertama. Aku tahu, ada banyak penyalur mobil terkemuka di Las Vegas sini. Aku bisa mengenali tapi kalau kaucoba memasukkan mereka semua, terlalu banyak jadinya - tidak praktis. Aku mau tahu: apa dasar dan alasannya kau memasukkan nama-nama itu." Tentu saja akhirnya tidak terlintas dalam pikiran sang pembantu segala macam patokan. Dan sambil menunggu catatan Maheu tentang penyalur mobil Hughes meloncat ke bidang selanjutnya: aktor dan aktris. Ini pun jadi masalah. "Aku sadar.bahwa waktu kita sudah mepet, jadi tidak usah diingatkan lagi," tulis Hughes yang tampak mulai tidak sabar, terganggu oleh cara Maheu yang bingung. "Bob, tengok lagi daftarmu - kau sudah membuat kesalahan besar. Contohnya: di situ kaumasukkan Rita Hayworth, Sidney Poitier, dan Connie Stevens, tapi Darryl Zanuck dan seluruh direktur studio besar, ditambah beberapa bintang penting, malah kausisihkan. Susan Hayward, misalnya. Apa kau tak ingat komentarku tentang dia, dulu?" Nyata sudah, Maheu gagal menunjukkan usaha kerasnya. Seluruh persiapan jadi kacau. "Simak media massa. Perbaiki lagi daftar orang yang diundang," kata Hughes lebih jauh. "Kaupikir, perlu atau tidak kalau undangannya agak diperluas? Aku sendiri tak tahu. Aku cuma mau tanya. Tapi kulihat kau tidak punya teman di stasiun radio. Aku bukannya mengkritik engkau. Sekali lagi, cuma tanya." Keadaan terus saja begitu, sampai akhirnya Maheu merancang dua pesta terpisah - supaya bisa menampung semua tamu yang diusulkan: pertunjukan prapembukaan, diikuti pesta raya pembukaan itu sendiri. Tapi semua nama kembali dipertanyakan. Seluruh kategori dihapus. "Aku sudah mempelajari dengan saksama daftar kompletmu. Aku harap kau membuat daftar baru lagi sebagai berikut: kenaa tidak kaucoret saja semua orang luar Las Vegas plus beberapa orang sini yang kira-kira tidak bikin susah di belakang hari?" Dalam waktu tiga hari, tiga kali Maheu harus mengubah daftar nama yang akan diundang dalam pesta yang masih juga belum ditetapkan waktunya itu. Hughes kini menginginkan ketegasan: siapa saja yang disingkirkan dan siapa yang dimasukkan. Semua nama yang tidak memenuhi syarat dicoret. Maka, daftar yang tadinya membesar langsung saja menciut drastis. "Sekarang komentarku yang terakhir tentang daftar undangan. Apa kaupikir benar-benar perlu untuk mengundang begitu banyak eksekutif hotel?" tanyanya dengan nada bimbang. "Kalau aku akan menghapus nama semua temanku dari dunia perfilman dan industri pesawat terbang, katakanlah sobatku dari Lockheed, tapi lalu aku ragu cobalah kau berikan sedikit pendapat." "Harap diingat juga, aku tidak bermaksud mengundang semua temanku yang tersebar di Los Angeles, New York, Washington, dan Houston, yang jumlahnya sampai 500 itu, walaupun mereka semua memenuhi syarat." "Kau mungkin akan usul: 'Ayo, deh, undang saja semua'. Tapi, untuk mempertimbangkan untung-ruginya, akan kita bicarakan lagi mana yang memang perlu didatangkan ke pesta. Kuharap kau tidak sungkan-sungkan mengusulkan kembali nama-nama yang tadinya sudah dicoret. Dan, tentu saja, jangan lupa sertakan juga alasan-alasannya. Ini perlu untuk pegangan dalam mempertimbangkan lagi nama-nama itu." Maheu sudah tersuruk sampai batas kesabarannya. Dia sudah menyampaikan berseri-seri laporan, begitu banyak - tak habis-habisnya. Sudah mengemukakan pokok alasan daftar yang diusulkan, menerangkan kualifikasi tiap nama yang dipilihnya, sudah menuruti semua kehendak majikannya: mencoret nama yang ditentang Hughes, menambahkan yang diusulkan, menghapus lagi nama yang tadinya ditambahkan tapi kemudian dipertanyakan lagi alasannya, lalu menyerahkan daftar yang telah diperbaiki, lalu memperbaiki lagi daftar yang telah diperbaiki tadi .... Ternyata, semua sia-sia. Setiap nama yang ditambahkan dan setiap nama yang dihilangkan membuat semua nama yang ada dipertanyakan lagi. Hughes selalu merinci dan menganalisa kembali seluruh daftar. "Aku yakin, setelah perbaikan dan penyederhanaan sekali ini, semua akan beres," Hughes sekali lagi memberi jaminan. "Satu setengah jam setelah kau mengembalikan daftar yang telah jadi itu, kuharap aku sudah bisa memberikan lampu hijau. Tanggal akan ditetapkan, juga yang lainnya. Jadi, cepat saja hitung jumlah undangan setelah perbaikan daftar itu. Aku sudah bayangkan bahwa jumlah total tamu yang diundang, setelah perbaikan yang kuinginkan itu, akan cukup kecil sehingga memungkinkan pesta sehari saja seperti pendapatku yang dulu." Permintaan Hughes untuk membuat perbaikan daftar tamu yang lain itu datang lewat tengah malam - hanya tiga hari sebelum 1 Juli, tanggal ancer-ancer (ingat: ancer-ancer) penyelenggaraan pesta. Daftar tamu disunat lagi, dipotong, diperpendek, supaya cocok untuk pesta yang akan diadakan di hotel yang lift-nya selalu rewel itu. Artinya, belum satu pun undangan disetujui. Dan tuan besar itu masih keras kepala. Maheu pun hilang kendali, akhirnya. "Howard," katanya meluap, "kita tidak bisa membuat daftar baru lagi karena, seperti yang ada sekarang, kita bahkan belum tahu nantinya itu dibikin satu kelompok, dua, atau banyak kelompok. Kalau kita belum juga tahu siapa yang akan diundang, bagaimana bisa menyusun daftar? Aku sudah sodorkan lebih dari 10 rancangan." "Sialnya," begitu kata Maheu mengenai hidangan, "aku terlalu kausibukkan dengan masalahmu aku jadi belum sempat memikirkan menu. Tapi seperti telah kukatakan dulu, harga menu kira-kira 10 dolar per kepala. Dalam hal ini aku tidak peduli pesta sialan itu akan dilakukan di lantai 30, atau lantai pertama, atau terbuka begitu saja. Hanya kuanjurkan, Howard, agak seriuslah. Kita kesampingkan dulu pikiran bahwa kita bisa bikin Kerkorian kayak orang bego biarkan mereka mengolok kita, sampai nanti kau cukup mampu mengumpulkan barisan tamu, bintang, dan segala macam, sampai kau benar-benar meraih sukses besar." Hughes menerima cercaan itu dengan ketenangan yang mencengangkan. Dia tidak mau langsung menohok ditunggunya Maheu sampai benar-benar menggigit. Lagi pula, Hughes sendiri masih bingung tentang daftar tamunya. Tulisnya, mengulangi hal yang dulu-dulu juga: "Bob, aku tidak sependapat dengan tuduhanmu bahwa aku kurang nalar dalam menyusun daftar. Aku secara jujur mengakui, Bob, aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu, jadi - sekali lagi - kau sajalah yang membuatnya. Aku yakin, suatu saat pasti akan ada kesempatan seperti ini lagi. Jadi, kalau daftar itu bisa disusun baik, semua akan beres, dan nantinya tidak usah bikin perubahan apa pun." Dan itu berarti Hughes mundur lagi, mulai lagi, mengubah lagi, menganalisa, memperbaiki, terus . . . dengan semangat yang menyala. "Tolong berikan lagi nama yang dulu kausarankan. Akan kutampung segala fakta yang kauajukan, yang mendukung nama yang kausarankan itu. Juga nama dan kualifikasi yang lainnya, yang kau pikir perlu ditambahkan. Bob, aku juga menunggu daftar nama penyalur mobil yang mungkin layak dimasukkan. Sebagai contoh di sini, aku masukkan lagi Ackerman ke dalam daftar kita." Ackerman. Penyalur mobil beken ini sebetulnya sudah dimasukkan ke dalam daftar Maheu yang pertama. Dan sekarang, setelah dicoret beberapa kali, akhirnya diterima lagi. Setelah membolak-balik daftar lama, akhirnya Maheu mendapat lampu hijau. Saat itu tanggal 28 Juni pukul 7 lewat 40 sore. Dua puluh menit setelah daftar diajukan, persetujuan keluar. "Sekarang, akhirnya, kuumumkan nama-nama pertama yang masuk daftar," ujar Hughes dengan berwibawa. "Aku sudah menandai tiga nama dengan kode OK. Aku berikan segenap restuku untukmu, agar mulai maju dan menelepon mereka. Jam berapa kauinginkan mereka datang" Jadi, akhirnya cuma tiga nama. Tiga nama. Ya, dan Hughes masih belum bicara apa-apa tentang tanggal. Maheu patah semangat. "Howard, aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang kaucoba lakukan kepadaku," tulisnya lebih menunjukkan kepusingan daripada kemarahan. "Tapi kalau maksudmu menempatkan aku dalam keadaan tertekan, kau sudah berhasil." Tambahnya lagi: "Howard, aku tidak sanggup harus menyediakan diriku setiap saat, 24 jam sehari. Itu sama saja dengan menyalib diriku sendiri." "Coba tanyai stafmu mereka akan tahu bahwa dalam dua setengah tahun belakangan ini, kecuali pada beberapa kesempatan kecil, tidak ada yang tahan menggantikan tempatku. Tetapi aku merasa, akhirnya, segala usahaku bekerja sama dengan kau dalam perkara ini jadi sia-sia. Tidak ada artinya sama sekali." "Sekarang, Howard, aku tidak peduli lagi apa jadinya nanti. Aku merasa tertekan setiap kali mengangkat telepon, terutama saat-saat terakhir ini . Hanya neraka yang kudapat - untuk hal yang kulakukan, pun yang tak kulakukan." Makin lama Maheu memikirkan masalah pesta, makin panas dia. Dan akhirnya dia tak peduli lagi segala akibatnya. "Howard, mungkin ini akan bikin kau kaget, tapi memang kita sudah sampai nada keadaan yang tak terbayangkan. Kalau aku tidak salah hitung, pesta pembukaan kita hanya tinggal beberapa hari lagi. Semua orang, dalam keadaan begini, mestinya sudah siap. Semua orang, kecuali kau!" "Kita sudah mencucurkan keringat darah untuk proyek yang satu ini. Yang kami perlukan sekarang adalah pernyataan kepercayaanmu. Setelah itu, Howard, akhirnya hanya kaulah yang akan mendapat untung-ruginya. Sungguh, bukan kami. Maka, yang ada dalam hatiku sekarang ini adalah: aku tak peduli, pesta ini akan jadi diadakan atau tidak!" Tetapi, tetap saja, Maheu sebenarnya khawatir. Dia waswas sekali. Pesta ini sebenarnya lebih merupakan pestanya. Adalah berkat usaha gigihnya, darah dan keringatnya, sampai terbentuk rencana yang ada itu. Dan dialah yang akan hancur seandainya pesta urung. "Howard, semua yang kukatakan itu hanyalah untuk mencegah orang mencap kita tidak becus. Aku tidak mau orang menganggap kita ini gombal," tulisnya kemudian. "Tapi kalau caramu mengatur begitu macam, aku takut tidak ada cara lain yang dapat kulakukan untuk menjaga citra baikmu. Dan kalau sudah begitu, aku harus ngomong apa lagi?" "Pesta pembukaan itu, kalau memang masih kita inginkan, aku rasa hanya tinggal beberapa hari. Dan aku akan membantumu sekuat tenaga mengejar waktu yang masih tersisa. Maka, sangatlah penting untuk mengumumkan hari H-nya." "Tetapi, kalau misalnya kau bermaksud tidak menyertakan aku dalam pesta Landmark, bilang saja terus terang, tidak usah berbelit-belit tidak keruan. Dan kau tidak akan pernah dapat saksikan seumur hidupmu bagaimana cepatnya aku, si Prancis ini, menggelinding pergi, menghilang lewat pintu belakang." Nah, itulah saat yang dinantikan Hughes. Umpan telah disambar. Sekaranglah waktunya menarik tali pancing. "Maafkan saya," Hughes menulis, tanpa berusaha menyembunyikan kepuasannya, "tapi saya tidak bisa memberikan putusan apa-apa tentang Landmark, sampai ketidakcocokan antara kita pupus dan keadaan jadi baik lagi." * * * Hughes sangat puas. Bukan hanya karena telah berhasil memancing Maheu untuk "adu otot", tetapi karena adu kuat itu sendiri bisa dijadikan alasan yang bagus untuk justru membiarkan hari H tetap mengambang. Lebih-lebih lagi, itu semua jadi tampak seperti kesalahan Maheu. Dan yang paling utama, Hughes bisa tahu persis isi perut andalannya itu. "Kau selalu saja mengatakan bahwa aku sedang ngelantur tidak keruan kalau aku membicarakan kesalahpahaman di antara kita. Kau bilang omonganku tidak ada apa-apanya, kecuali pikiranku yang simpang siur," Hughes ganti meradang. "Lalu datang saat yang tidak enak seperti pagi ini: kaubuka kedokmu dan kau kasih unjuk kau punya luka. Sakit di hatimu sudah tak tertahan, begitu katamu." "Aku sama sekali menolak segala usulmu - semuanya," singa tua itu menambahkan. "Tapi kupikir, ada juga untungnya hari ini, karena akhirnya kau bisa lebih terbuka memasalahkan uneg-unegmu dan mencoba menemukan ihwal segala keruwetan yang timbul selama ini." "Tidak perlu kita mengunyah lagi masalah kemarin, tapi juga tidak benar namanya kalau kita - untuk itu - berpura-pura tidak ada masalah. Kalau kita tidak membiarkan semua terbuka lebar di depan mata, masalah itu tentu tetap akan mengganjal." "Aku jamin, kalau setengah saja dari yang kaukatakan itu benar, semua itu pasti akan bisa kuarahkan, sehingga nantinya akan kaulihat sesuatu yang sama sekali berbeda." "Sungguh absurd bahwa dua orang dengan keadaan seperti kita - yang tergantung satu sama lain saling tekan, memendam segunung kepahitan dan sakit hati seperti yang kaukatakan pagi tadi." "Pokoknya, aku jamin, Bob, ini bukan jalan satu jurusan," kata Hughes membujuk dengan janji gombalnya. "Karena, perlakuan yang tidak senonoh atau apa pun yang bisa bikin kau tersinggung, sesungguhnya sangat bertentangan dengan nuraniku." "Seperti keyakinanmu tentang aku bahwa aku salah, dan kau merasa akhirnya akan ketiban pulung, seperti kau yakin bahwa kau kuperlakukan jelek, dan kau jadi korban dendamku, sekuat itu pulalah seharusnya - keyakinanmu tentang aku yang selalu mengatakan bahwa segala perasaanmu itu 100 persen salah." "Maka, kuharapkan juga agar keretakan yang ada bisa kita tambal lagi," Hughes menegaskan sebelum dia balik ke soal lama. "Sementara itu, Bob, jangan biarkan kesalahpahaman tentang Landmark berlarut-larut. Juga aku tegaskan lagi - dan ini harap dicatat - jangan bikin rencana untuk suatu tanggal pasti. Tidak perlu juga bikin persiapan pesta segala." "Satu lagi, Bob, aku mohon kau tutup rapat, agar tidak ada yang bocor dari keterangan tentang tanggal 1 Juli atau apa pun yang berhubungan dengan itu, sampai berita burung yang beredar bisa kita pasti kan." Di akhir suratnya Hughes menambahkan catatan: "Bob, semua yang kutulis di atas itu penting, kalau kita memang berniat untuk memulihkan segala keretakan yang ada." Bekas perwira FBI yang tangguh itu terhenyak, terjajar di punggungnya. Dia sampai menangis. "Bahkan orang yang telah terlatih menghadapi keadaan yang kasar dan alot seperti aku pun bisa terkapar kalau terus-menerus digodam aneka persoalan," tulis si pecundang menerima kekalahannya. "Dan kalau sudah begitu, tinggal tunggu waktu saja untuk jadi hamba alkohol, sebelum akhirnya menemukan diri terkapar di kanvas dan dicampakkan kecomberan. Karena itu, tidak berlebihan kalau orang seperti itu pun bisa mengeluh: 'betapa menyakitkan'." "Kembali ke soal Landmark, Howard, aku yakin Anda mestinya tidak mengabaikan masalah logistik. Kalau pesta memang tidak akan kita adakan 1 Juli, kami mohon Anda mau memberikan kepastiannya," tulisnya. Dan Hughes tetap saja-- seperti biasa-berkukuh. Dengan Maheu yang terikat tak berdaya, Hughes mengubah taktiknya. Dia tak ingin pembantu setianya itu babak belur. Hughes sendiri sudah "tujuh keliling", buat apa lagi bikin setori? Peristiwa itu - yang, harap diingat, juga pahit bagi Hughes sendiri - memaksanya untuk merenungkan kembali seluruh jalan yang telah ditempuh. "Enam puluh empat tahun sudah hidupku kuabdikan kepada pekerjaanku. Setiap detik selalu berarti kerja keras," renungnya sedih. "Apa yang harus kutunjukkan pada dunia selain bakat, kemampuan, dan sedikit barang berharga?" "Seandainya keadaan tidak mengizinkan aku mengerahkan daya dan dana seperti yang ingin kulakukan pada pembukaan Landmark, karena aku tergoda untuk melarikan diri dari beban dan tekanan yang disebabkan oleh makin mendekatnya deadline, aku pasti akan merasa bahwa hidupku yang 64 tahun itu tak ubahnya debu." "Aku tidak berkata bahwa aku tidak mampu menyelenggarakan semua itu tepat 1 Juli aku hanya bilang: aku tidak mau memastikan tanggal itu." Hari H tinggal tiga hari lagi. Maheu tambah panik, sementara Hughes berkata bahwa seluruh hidupnya akan sia-sia kalau dia tidak bisa membuat tanggal pembukaan justru tetap mengambang. Lalu, tulis Maheu: "Howard, selama satu musim ini orang-orang mulai kasak-kusuk. Kesan mereka, kita ini berantakan - tidak terorganisasi sama sekali." Tapi pendapat itu dirasakan Hughes sebagai penghinaan. Juga sodokan langsung ke ulu hati. Karena bukan saja mempertanyakan peresmian Landmark, atau seluruh petualangannya di Las Vegas, atau hubungannya yang genting dengan Maheu, tetapi lebih dari itu - seluruh arti hidupnya. Hughes menulis: "Aku sangat berterima kasih padamu karena sumbangan yang telah kauberikan, yang membuat suksesnya rencana besar yang dahulu. Tetapi, Bob, sekaranglah saatnya bagiku, ketika sukses bukan lagi yang terpenting dibanding kebebasan menentukan sikap dan kesehatan jasmani dan rohani." "Bob, aku telah kerja keras. Dan, seperti semua orang tahu, telah mengabdikan seluruh hidupku untuk pekerjaan itu. Karena itu, aku akan mengakhiri keadaan yang dikatakan orang sebagai usahawan sukses yang telah merusak kesehatannya sendiri, dan memberikan tahun-tahun terbaik dari kehidupannya untuk meraih semua itu." "Bob, aku sudah berusaha jujur sampai ke hal-hal terkecil aku sudah berusaha memberi, mencoba berderma, menyisihkan sedikit hartaku. Tapi tampaknya kisah sukses itu tidak cukup membuat kau mengerti, Bob," ujarnya. "Surat yang kaukirim selalu saja mengungkapkan ketidakpuasanmu. Kadang memang cuma beberapa patah kata, tapi sering pula. Surat pembelaan diri yang panjang itu diakhiri dengan, "Aku bisa ambil kesimpulan bahwa, menurut kau, pengambilalihan Landmark merupakan salah satu sumbangan penting bagi kehidupan lingkungan di sekitarnya. Tapi belakangan kau mengatakan bahwa aku tidak cukup menunjukkan kemauan baikku, terutama yang berkenaan dengan tanggal pembukaan yang pasti." "Yang paling mengganggu pada surat-suratmu adalah pernyataan bahwa aku harus mau berdamai dengan kenyataan yang menganggap kita - akhirakhir ini - tidak teroganisasi baik. Dan yang paling mengejutkan dari semua ini, pada pendapatku, adalah: kau dan aku tidak cukup punya pengertian yang baik untuk bisa menjembatani perbedaan pendapat yang timbul karena penundaan penetapan tanggal pasti itu." "Jadinya, Bob, yang ada dalam benakku adalah: seandainya semua sumbangan kepada masyarakat yang telah menaikkan tingkat pendapatan dan pertumbuhan mereka itu, ya, seandainya setelah itu semua, aku tidak bisa memutuskan untukmu tanggal pasti dalam beberapa hari ini, tanpa kaukasih peringatan dini tentang Pemerintah dan segala tetekbengek - lalu kaupikir aku akan goyah dan menerima saja dituduh tidak bisa mengorganisasi kan keadaan, aku akan tegaskan bahwa itu berarti hidupku ini tidak ada harganya, kalau mengatasi tekanan macam begitu saja tidak becus." "Bob, kau adalah pembantu yang paling hebat dari seluruh pegawai yang kupunya. Tetapi - seperti juga semua orang potensial - kau punya kebanggaan tersendiri atas pekerjaanmu, dan risi melihat campur tangan orang." "Aku percaya, kau memang tidak akan pernah senang dengan keadaan macam kita sekarang ini. Aku rasa kau baru benar-benar akan merasa puas kalau kau bisa bekerja untuk dirimu sendiri. Tetapi aku yakin, kau juga menyadari bahwa sepanjang kau berada pada posisi pelaksana, dan tidak menjadi penentu kata akhir seperti yang kulakukan seumur hidupku, kebebasan penuh tanpa campur tangan orang adalah mustahil." "Nah, Bob, aku anjurkan kau tunjuk orang lain saja untuk menggantikan pekerjaan Las Vegas-mu ini . Dan, Bob, aku akan ikut gembira kalau kau bisa menghabiskan seluruh musim panasmu di Newport, di kapal pesiarmu, seberapa lama saja kau suka." "Aku pikir kau secara tidak sadar selalu mengecam aku setiap akhir minggu kau tidak di kapal pesiarmu itu. Jadi, kalau kauletakkan pekerjaanmu, dan kau pergi ke kapalmu, aku yakin semua akan beres." Surat Hughes yang keras itu akhirnya benar-benar meluluhkan Maheu. Tidak ada hal lain baginya sekarang - yang justru lebih berharga dibanding pesta itu. Maka, Maheu pun mencoba meredakan amarah Hughes dengan merendahkan diri dan menghiba-iba. "Howard," tulisnya, "aku masih ingat dengan baik kisah di balik film Anda dulu - The Outlaw - dan bagaimana Anda memutuskan untuk menunda peredarannya, berlawanan dengan saran para ahli. Juga masih segar dalam ingatanku kenyataan bahwa di tahun 1947, dalam surat pernyataan Anda sebelum Komite Brewster - setelah kaupertimbangkan semua masukan yang ada - kau menolak mereka semua dan menangani Brewster dengan cara tersendiri." "Aku bukannya mau memperingatkan Anda bahwa Anda tidak akan bisa memilih cara yang tepat seperti dulu lagi, dalam hal Landmark. Lain dari semua itu, Howard, aku mengatakan semua itu untuk mengetahui jalan pikiranku itu benar atau tidak. Ya, dalam satu kapal memang hanya ada satu kapten - dan itu adalah Anda." Lagu pujaan terhadap kejayaan masa silam itu ternyata mempunyai tenaga gaib. "Kapten" Hughes akhirnya bersedia memilih dan menetapkan hari H. "Aku tidak keberatan menyerahkan segala urusan pembukaan Landmark kepadamu, baik soal waktu maupun hiburan dan acara lainnya," tulis bos besar itu dengan segan, dua hari sebelum 1 Juli. "Aku cuma mau bilang bahwa ini adalah rekor penundaan yang pernah aku buat...." Dan hari H yang ditetapkan adalah ini: 1 Juli. * * * Tapi keputusan "besar" itu segera menyulut sumbu kecemasan Hughes sendiri. Ia tidak bisa tidur. Terus saja lembur, menyusun daftar undangan yang dari dulu belum rampung-rampung: menambahkan satu nama, mencabutnya lagi, begitu seterusnya. Semua nama pengusaha dimasukkan kembali, kecuali beberapa yang dianggap kurang bergaya. Ada satu hal yang mengganggunya. "Aku mau lihat malam ini juga nama-nama penyalur mobil yang menurut pendapatmu patut diundang," pesan Hughes. Pengusaha dan penyalur mobil. Tentu saja, ya, nama Ackerman akan tercantum lagi. Hughes masih juga menggantung nama para penyalur mobil itu, seperti pada permulaan penyusunan daftar dulu. Kurang satu hari dari hari H, ia akhirnya menyetujui 44 nama. Tetapi masih belum bicara apa-apa soal makanan - masih saja menanyakan rincian pesta, masih berkeras tidak mau memberikan lampu hijau. Ketika akhirnya Hughes terpaksa menyetujui acara pembukaan, dia tetap tidak mau bicara apa-apa soal pelunasan pembelian Landmark. Tapi caranya menangani rencana yang gila-gilaan itu ternyata berakar pada kenyataan ini: sebenarnya Landmark belum sepenuhnya milik Hughes. Maka, Maheu yang makin kedodoran itu menulis: "Tampaknya, di Clark County ini hanya ada dua orang yang belum tahu kapan kita membayar impas Landmark - kau dan aku." Maheu memang sudah semakin tak keruan: batas waktu pukul 17.00 tinggal satu jam lagi. "Aku sudah memberikan kuasa kepadamu untuk mengatur pembayaran Landmark soal waktunya terserah kau," kata Hughes kalem. "Yang tak bisa kuterima adalah, hari ini kita jadi sibuk karena harus menyediakan waktu beberapa jam untuk sedikit berpayah-payah meminta penundaan pembayaran selama 24 jam." Ternyata, kemudian, penjadwalan kembali pembayaran yang oleh Hughes dinamakan "kesulitan kecil" itu benar-benar bukan hal sederhana. Renegosiasi berjalan rumit dan melibatkan tidak kurang dari 15 kreditor, termasuk pemilik Landmark yang bangkrut itu. Butuh waktu berhari-hari. Bahkan mungkin tidak bisa diselesaikan. Dan Hughes tentu saja - sudah mafhum. Tapi pura-pura blo'on. Lengkaplah sudah segala kesulitan: tidak ada daftar undangan, makanan belum siap, dan - lebih gila - belum ada jaminan bahwa Landmark, yang akan dipestakan itu, pasti jadi milik Hughes. Maka, pagi-pagi sekali, 30 Juni, Maheu mencakmencak. "Howard," katanya meradang, "sekarang ini sudah pukul tujuh pagi, dan aku masih saja kaubiarkan meraba di tempat gelap." "Kalau persiapan pembukaan Landmark tetap begini saja, kau kurasa adalah orang pertama yang tahu bahwa kalau kau mau menemui aku selama 'hura-hura' di Landmark berlangsung pada sore hari tanggal 1 Juli, kau harus menyuruh orangmu untuk mencariku di Circus." Maheu melihat keadaan bertambah parah. Circus yang disebutkannya itu adalah saingan Hughes yang paling dibencinya - sebuah kasino baru yang membuat Hughes putus asa karena tak mampu membabatnya. Kasino ini dikhawatirkan Hughes akan menjatuhkan pamor Las Vegas dengan atraksinya yang murahan, lagi pula urakan. "Kau tahu, Howard, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri kalau aku sampai sekali saja mengunjungi Circus. Tapi sekarang aku mulai sadar, sejak aku tahu bahwa tak ada yang bisa kulakukan untuk 1 Juli kita, ada gunanya jua menunjuni tempat sialan itu." Ancaman itu membuat Hughes menggelegak. Tetapi si eksentrik tua itu tidak mau memberi kesempatan kepada bawahannya meletupkan kekesalannya. Hughes hanya menjawab surat Maheu dengan kemarahan yang ditahan sekuat tenaga. "Aku mengerti--seperti yang kaukatakan dulu bahwa kau adalah orang yang biasa ceplas-ceplos, senang ngomong tanpa tedeng aling-aling. Tapi kukatakan padamu bahwa kalau kau tidak mau terbakar, sebaiknya kauikuti saja cara-caraku. Tidak usah banyak komentar," begitu tulis si gaek. "Aku biasanya bisa menahan diri. Tapi kalau keadaan terus saja begini, percuma saja kau menyindir lebih baik aku ngumpet dan menakut-nakuti aku dengan kemungkinan jelek yang bakal kuhadapi. Semuanya itu sungguh di luar batas ketahanan sarafku," ujar Maheu membalas. "Kalau kau tidak buang-buang waktumu, kauurus keperluan minimum untuk 36 jam terakhir sebelum pembukaan hotel, kauurus semua tanpa mendramatisasikan suasana - aku akan segera menyetujui segalanya, memberi keleluasaan padamu untuk melakukan apa yang kaupikir terbaik, membuat garis besar rancangan seperti yang kuinginkan. Dan nanti, setelah Landmark dibuka, aku akan beri kau cindera mata untuk mengenang hubungan kita yang luar biasa ini," tulis Hughes. Tidak satu pun - baik Hughes atau Maheu - yang merasa sedang menghadapi pesta. Tanggal 1 Juli, hari H pesta besar itu, hubungan mereka begitu tegang, masing-masing menghindari pembicaraan. Hughes menyibukkan diri dengan daftar tamunya yang tak kunjung memuaskannya itu, merenungkan keadaan Landmark yang belum menentu itu sambil melupakan waktu. "Coba kaupertimbangkan benar soal penundaan," pesannya kepada pembantunya yang setia di pagi yang panas itu. "Aku sekarang sedang merampungkan daftar terakhir, dan satu jam lagi lampu hijau akan kunyalakan. Aku secara pribadi senang menunda-nunda sesuatu, tapi aku tahu itu tidak menguntungkan buatmu dan yang lain. Tapi, ngomong-ngomong, jangan umumkan apa pun sampai konsultasi lebih lanjut." Dan konsultasi yang dimaksudkannya itu berlangsung sepanjang hari. Berjalan seru, mirip perang saudara. Tapi ada juga kemajuan yang berarti. "Ada satu hal yang ingin kutanyakan: soal ketegasanmu," Maheu meraung. "Berapa orang sebenarnya yang akan kauundang masuk ke menaramu yang mbendol itu?" Beberapa menit kemudian - setelah jawaban Hughes yang menjengkelkan - tiba-tiba ada sesuatu yang menyengat ingatan Maheu: kelengkapan gedung sialan itu. "Satu lagi," katanya kepada Hughes. "Apakah kau yakin bahwa ruangan itu cukup dingin untuk undangan yang sekian banyak? Kau tahu, kalau ruang terlampau sesak, panas makin menjadi. Menurut aku puncak menara itu tidak boleh menampung terlalu banyak tamu. Kau pasti ingat, salah satu keberatan pertamaku dulu adalah soal sistem pendingin ruangan itu." * * * Bayangan bahwa para tetamu akan dijejalkan di puncak menara dan terperangkap di sana tanpa pendingin, terpanggang udara musim panas Las Vegas yang menyengat, kini benar-benar membuat Hughes kalang kabut. "Aku tidak pernah mengajurkan siapa pun untuk mendiamkan saja kekurangan macam begitu," Hughes menanggapi. "Aku hanya menekankan agar dibuat perhitungan yang saksama untuk memperbaikinya, sehingga para undangan yang berjubel itu bisa merasa nyaman." "Kurasa kau juga perlu mencari kemungkinan lain untuk peralatannya dan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk menjaga kemungkinan yang sama-sama tidak kita kehendaki. Ah, Sobat, Sobat, mungkinkah seseorang akan menertawakan kalau misalnya keadaan yang tidak kita inginkan itu benar-benar terjadi di tengah pesta?" tulisnya lagi, mengeluh. Maheu, cukup sigap. Satu masalah, soal kenyamanan ruang, bisa teratasi. Tapi perkara lain menanti. Sampai beberapa jam sebelum saat pesta, Hughes hanya bisa mencantumkan 44 nama, dan tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan undangan lain yang sama bobotnya. Maka, Maheu mulai nekat ia mengambil keputusan membangkang: secara diam-diam menelepon 440 orang lagi untuk datang ke pesta, suatu jumlah yang diperkirakan cukup banyak untuk mengisi ruang pamer hotel, tempat yang dipilih untuk pesta pembukaan itu. Masalah lain: makanan. Hughes belum mengizinkan mereka memesan hidangan apa pun. Sampai waktu keadaan makin mepet, pukul 17.00 - hanya dua jam menjelang pembukaan - perintah diberikan. "Aku tidak akan mengulur waktu lagi untuk memesan makanan buat pesta malam nanti," begitu bunyi aba-aba Hughes yang langsung membuat panitia pontang-panting. Lalu tambahnya, seperti biasa, "Tetapi aku akan berterima kasih kalau kau menyiapkan sedikit saja dulu. Aku perlu mendiskusikan dulu, mungkin agak panjang lebar, pandanganku soal hidangan pesta itu." Tapi itu tak jadi masalah: Maheu sudah mengambil alih tugas kapten dan bertindak. Jadi, soal makanan pun rampung. Sekarang semua, terutama Maheu, bisa mengambil napas agak leluasa, sementara menunggu tamu yang diundang secara tergesa-gesa. Beberapa menit sebelum pukul 19.00, bersamaan dengan masuknya tamu pertama ke lobi hotel yang gemerlap itu, datang pesan terakhir yang dikirim Hughes dari "pertapaan"-nya. Tapi Maheu tak peduli. Tangannya sibuk menyalami tetamu, melambai, mempersilakan, dan manset emasnya yang besar gemerlapan memantulkan sinar ribuan lampu. Dia berdiri di depan, mewakili bosnya yang bayangannya saja pun tak tampak. Pesta raya yang membuat panitia benar-benar kalang kabut dan senewen. Tak seorang pun dari tamu yang ratusan itu bisa membayangkan apa yang telah dilakukan Maheu untuk mengatasinya. Juga tak seorang akan bisa merasakan lelucon sinting dalam dua kalimat di selembar kertas pribadi Hughes yang berwarna kuning, yang datang pada awal pesta. Maheu membukanya, setelah pesta berjalan. Perlahan-lahan dikeluarkannya dari amplop tebal yang tersegel, dan terbaca: "Bob, aku ucapkan selamat kepadamu dan semua pembantumu. Ada lagi yang dapat kubantu?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini